the flash of little
star
|
|
|
|
|
Muhammad Fajaruddin
Shiroth
“Di setiap untaian kata ada sihir. Di setiap kalimat cinta
ada kekuatan. Di setiap peribahasa mengandung ma’na. Di setiap bait ada seni.
Di setiap ungkapan rasa terdapat ketulusan. Di situ kita temukan ketentraman”
PENDAHULUAN
Akhirnya,
puji syukur saya panjatkan ke hadirat sang pencipta. Ketika saya selesaikan
tulisan ini saya menyadari bahwa ini hanyalah sebuah karya sederhana dari hidup
yang sejati. Maka fikiran pun berhenti merangkai kata. Lisan tak mampu lagi
berucap. Kata-kata indah menguap lenyap. Setetes air embun berbisik lembut.
Sangat lembut, terdengar manis di telinga. Paling tidak dia berusaha merangkai
kata. Dan semoga ini ada manfaatnya.
Ketulusan, Kesabaran Dan Kepercayaan Akan Membawa Pada
Kekuatan Cinta Sejati.
Dalam
novel ini dimuat sosok Raihan yang selalu mencoba menghindari gadis. Dalam
novel ini dimuat unsur cinta dan petualangan yang mendebarkan. Raihan adalah
remaja berbakat, kaya raya dan multy talent. Ia tergolong remaja tampan di
sekolahnya. Namun sayang, kebahagiaan tak pernah hinggap di hatinya.
Hari-harinya selalu dipenuhi bayang-bayang pengkhianatan pacarnya terdahulu.
Dalam kehidupannya sehari-hari dia merasa bahwa dirinyalah yang paling
menderita di muka bumi ini. namun dalam hati kecilnya ia menyadari bahwa
dirinya masih beruntung. Ada usaha untuk mencari kebahagiaan dalam dirinya.
Asya,
gadis yang sangat cantik. Dia memiliki banyak prestasi sehingga ia dipindahkan
ke sekolah di mana Raihan bersekolah. Dia mampu bergaul dengan siapapun,
termasuk Raihan. dia penasaran dengan latar belakang Raihan yang selalu
menjahui setiap gadis yang mendekatinya. Mungkinkah Raihan gay? Pertanyaan
pertama yang muncul dari benak Asya. Setelah mengetahui siapa Raihan
sebenarnya. Takdir mempertemukan Asya dengan kakek Raihan, seorang laki-laki
tua yang pernah Asya tolong. Sang kakek percaya pada Asya. Kakek Raihan
mempercayakan Raihan pada Asya.
“kalian akan saling membutuhkan”.
Begitulah kata singkat yang membuat Asya dan Raihan menyimpan tanda tanya
besar.
Seiring
waktu berjalan Raihan mulai percaya kepada Asya.cinta mulai tumbuh diantara
keduanya. Cinta itu merasuk di dada mereka menyatu dengan darah dan detak
jantung. Cinta tumbuh subur diantara mereka. mereka membiarkan cinta itu
menghiasi hari-hari mereka dengan penuh kasih sayang .Raihan mulai
memperhatikan Asya, saat Raihan kecelakaan Asya merawat Raihan dengan senang
hati. Setiap hari dia mendatangi rumah Raihan. mereka dihadapkan pada ujian
saat Raihan lupa ingatan dan tak ingat siapapun. Dengan sabar Asya merawat
Raihan dan membantu menyembuhkan lupa ingatannya. Kesabaran Asya mampu
meluluhkan hati Raihan. perlahan Raihan teringat kembali kenangan-kenangan yang
pernah ia lalui bersama Asya. Asya bahagia. Namun kebahagiaan itu tak bertahan
lama. Kota tempat tinggal mereka mendapat teror dari joker. Siapakah joker?
Di
bagian akhir novel, Raihan harus berhadapan dengan joker bersama flash dan mega runner. Siapakah mereka?
apa peran mereka dalam misi peringkusan terorisme itu?. bukan hanya mereka.
dalam novel ini juga hadir tokoh Alwi, Zaskia, Anet, Faris, Raka, dan the flash. Yang sengaja saya sadurkan
dari novel pertama saya, STAR NIGHT.
Siapakah mereka?apa fungsi kehadiran mereka dalam novel ini?.
Semoga
hikmah dari novel sederhana ini dapat kita ambil manfaatnya, salam kreatif
TRENGGALEK, 04 AGUSTUS 2013.
DAFTAR ISI.
PENDAHULUAN..............................................................4
THE
EMOTIONAL BATTLE................................................8
HER NAME IS
ASYA.......................................................22
THE
FACT......................................................................31
NIGHT
WORLD..............................................................42
THE
JOKER......................................................................54
THE
ACCIDENT.................................................................63
ASYA
FAITFULNESS..........................................................77
RECOVERY OF
CONSCIOUS RAIHAN....................................86
RAIHAN’S ARRIVAL
IN OLIVER...........................................93
THE
TERORISM..............................................................105
THE
STRATEGY...............................................................113
RAIHAN ACCURATE
TACTICS............................................126
THE GREAT
STRATEGY.....................................................145
BIOGRAFI
PENULIS.........................................................148
The
Emotional Battle
Sejauh mata memandang hanya
tampak bias cahaya semu mentari pagi. Di ufuk timur beberapa burung merpati
beterbangan mencoba saling mendahului, berlomba menggapai ketinggian tertinggi.
Burung itu melesat ke angkasa nan jauh di sana. Dari kejauhan terdengar raungan
mobil honda civic tahun 2012 menggema menuju halaman sekolah, di dalamnya
terlihat sosok remaja bertubuh atletis mengendarainya santai. Seluruh mata
tertuju padanya, roman wajahnya yang tampan membuat semua gadis SMA di sekolahnya
takjub padanya. Selain tampan dia juga memiliki banyak talent dari yang
akademis hingga non-akademis.
Ini semua hanyalah sesuatu yang kasat mata, ini tak akan bertahan lama,
tak ada yang abadi. Gumamnya sembari melangkah memburu menuju kelas.
Didapatinya di kelas telah gaduh akan ocehan teman-temannya. Ia menatap kosong
pada bangkunya, ia melihat surat kecil bertuliskan “untuk raihan”. Ia membuka
surat kecil itu. Membacanya sekejap lalu membuangnya. Mengapa setiap hari selalu ada surat kecil bertemakan cinta, haruskah
aku merasakan cinta. Gumam raihan.
“hey han,
kenapa loe?kok tampak kurang gizi loe?” canda Revan.
“gue Cuma
heran aja, kenapa selalu ada surat untukku setiap aku masuk?”. Raihan membuang
pandangannya keluar.
“come
on....nikmati saja han”. Sahut Revan sekenanya.
“it’s not
game van”. Jawab Raihan dingin.
“loe hanya
perlu pembiasaan han”. Revan mencoba memberi sugesti.
“gue nggak
butuh beginian lagi van”.
“gue tahu loe
sakit hati tapi bukan gini caranya menghapus sakit hati loe han, gue tahu sudah
banyak loe menaruh hati pada gadis tapi akhirnya loe dikhianati, gue
tahu...tapi bukankah loe punya segalanya han?loe punya harta yang banyak...loe
juga calon penerus ayah loe...apakah itu nggak cukup buat hilangin kesedihan
loe han?”. Oceh Revan panjang lebar.
“bukan dengan
harta suatu kebahagiaan dapat diraih..tapi dari sini”. Raihan menunjuk hati
revan. “di hati”. Sambung Raihan.
“trus loe mau
apa han?apa loe mau gue carikan pacar lagi?”. Tawar Revan.
“nggak, gue
nggak butuh van”.
“lalu?”.
“biarkan hal
ini gue hadapi sendiri”. Sahut Raihan dingin.
“loe yakin
han”.
“apa wajah
ini pernah menunjukkan kebohongan van”.
“gue percaya
loe han....”.
Bel berdering, semua siswa
memasuki kelas. Terlihat dari pintu kelas , Nita masuk bersama dua temannya,
Mia dan Sovi. Kedatangan mereka disambut hangat oleh siswa laki-laki.
“pagi
nita...”. sapa salah seorang siswa.
“siapa loe
siapa gue..nggak ngaca loe?berani-beraninya nyapa gue loe”. Bentak Nita. Tak
banyak ucap laki-laki itu segera menghindar, berjalan menghampiri tempat duduknya. Di kelas dan di sekolahan
Nita memang dilkenal sebagai anak orang elite yang kekayaannya berada satu level diatas
Raihan. Imbas dari kekayaan itu adalah sifat angkuh dan sombong Nita. Dia
mengandalkan ayahnya yang memiliki sekolahnnya itu. Ayah Nita adalah seorang
pengusaha besar yang memiliki sekolah dimana Nita sekolah. Ayahnya bekerja
sebagai direktur utama ekspor-impor negeri. Sekolah itu bernama OLIVER, sekolah
elite, gedung yang megah dengan panorama yang eksotik menambah aksen tersendiri,
maklum saja sekolah OLIVER memiliki artsitek ternama level internasional.
Raihan melihat sekejap Nita lalu membuang pandangannya jauh-jauh. Ia sudah muak
melihat keangkuhan Nita. Dalam hatinya, ia ingin sekali menghalau keangkuhan
Nita dengan sifat dinginnya. Tapi ia tahu belum saatnya melakukan hal itu.
“hey han..”.
sapa Nita.
“hey...ada
apa?”.
“nggak cuma
nyapa aja”.
Tak berselang
lama Bu Salma masuk kelas.
“selamat pagi
anak-anak”. Sapa Bu Salma yang ramah.
“pagi bu”.
Jawab para siswa serempak.
“baik sampai
di mana pelajaran terakhir kita?”.
“bab 2 bu..”.
jawab Raihan.
“Baik mari
kita review pelajaran kemarin”. Ujar
Bu Salma.
Dalam pembahasan bahasa inggris
tetap diketuai oleh Raihan. Dia disebut-sebut sebagai kamus berjalan,ia pernah
menjuarai olimpiade bahasa asing tingkat internasional di london. Wah han..aku padamu han. Gumam Nita.
Detik berjalan demi detik, mengantarkan setiap orang pada suatu masa dimana ia
akan mengalami suatu kejenuhan yang tak bisa diduga datangnya. Menit demi menit
seakan berjalan mencekik leher bagi orang yang memiliki level kesabaran rendah.
************
Tak terasa pelajaran telah
berlalu, angin segar terasa berhembus menerpa Nita, jam akhir sekolah adalah
saat yang sangat ia nanti-nanti kehadirannya. Nita segera menghampiri Raihan.
“han bisa
bareng nggak?”
“sorry gue
buru-buru”. Jawab Raihan sembari pergi memacu mobilnya keluar halaman sekolah yang sangat luas
dengan taman yang indah. Dari kejahuan Nita hanya memandang kecewa. Setiap kali
ia mengajak Raihan selalu ditolaknya. Gerangan
apa yang membuatmu berubah han?. Gumam Nita. Memangnya loe nggak tahu siapa gue?gue bisa lakuin apa aja hingga gue
ndapetin loe.tunggu-tunggu, bukankah ayah gue seorang diretur ekspor-impor,
kenapa gue nggak manfaatin saja ayah gue untuk membujuk ayah Raihan.
Dalam perjalanan, Raihan memacu
mobilnya hingga angka seratus KM/J. Ia tak memperhatikan ada gadis bersepeda
yang hendak menyeberang jalan. Tiba-tiba “ciiiit ciiiit”. Suara rem mobil Raihan
berdecit keras. Gadis tadi jatuh di aspal. Sepedanya rungsek di parit dekat
jalan. Sontak Raihan segera keluar dari mobil dan menemui gadis itu untuk
memastikan keadaannya. Betapa terkejut Raihan saat gadis itu menolehkan
pandangannya padanya. Bagai tatapan bening bidadari surga, matanya begitu
bercahaya menatap Raihan. Tampak jelas di roman wajahnya ia bukanlah gadis
sembarangan, parasnya cantik dengan pipit lesung di pipnya. Rambutnya terurai
lurus dengan poni asimetris kanan yang tertata rapi. Benar-benar bagai gadis
khayangan. Raihan sempat terbengong
melihatnya.
“hati-hati
donk kalau nyetir”. Tegur gadis itu.
“e..ma’af
mbak..ada yang luka?”. Tanya Raihan.
“nggak apa-apa
kok, Cuma lecet”. Jawabnya sekenanya.
“tapi
sepedamu rusak, mari aku antar pulang”. Tawar Raihan.
“ah..nggak
usah, aku bisa pulang sendiri kok”.
“tapi aku
ngrasa nggak enak.....ayolah...”. Raihan membawanya masuk ke mobil lalu melesat
di tengah teriknya matahari. Ia membawa mobilnya mengikuti petunjuk dari gadis
itu. Setelah melewati beberapa pertigaan sampailah Raihan di rumah gadis itu.
“makasih ya”.
Gadis itu tersenyum.
“sama-sama,
oh ya kalau kamu mau menuntut ganti rugi ini”. Raihan menyerakan kartu naman
beserta alamat lengkapnya. “kamu bisa datangi alamat itu”. Sambung Raihan.
“baik...kapan-kapan
aku kesana”. Senyum kecil kembali terbit di bibirnya.
“aku permisi
dulu ya...”
Raihan memutar balik mobilnya
lalu membawanya pulang. Dalam hati ia tersenyum
puas bisa bertemu dengan gadis secantik dia. Ia sangat menanti-nanti
kedatangannya.
Di lain
tempat, Nita tengah membujuk rayu ayahnya untuk melakukan koneksi dengan ayah
Raihan. Nita mendapatkan segalanya dari ayahnya. Ia tergolong anak yang manja
dan sangat suka menghabiskan uang terlalu banyak. Dengan uang semua bisa ia
dapatkan. Tak peduli berapa banyakkah uang itu, ia hanya menghambur-hamburkan
tanpa guna sama sekali. Ayah Nita menyetujui permintaan anaknya, ia berpikir
sejenak tentang cara melakukan koneksi dengan ayah Raihan. Ayah raihan bukanlah sosok yang gila harta, ini takkan semudah
kelihatannya. Tapi aku harus tetap mencoba untuk anak tercintaku. Gumam
ayah Nita. Terbit sebuah senyum kecil wajahnya. Ia teringat kalau ayah Raihan
adalah seorang distributor dalam negeri yang sukses. Ia berniat untuk
menawarkan beberapa jasa bantuan bersyarat pada ayah Raihan. Aku tahu caranya, ya aku tahu. Ada
kebanggan muncul dari dalam dirinya.
Harta takkan menggiurkan pendirian ayah Raihan, atau apapun. Sejak kecil
beliau telah mendapatkan warisan pendirian yang tegar dari ayahnya, Handoyo.
Orang-orang memberinya julukan singa
podium. Julukan itu diberikan karena setiap ucapan yang keluar dari mulut
ayah Raihan selalu bisa diterima dan membawa efek segan pada bawahannya. Bukan
karena harta atau tingkat sosialnya yang tinggi, beliau dihormati karena
kepemimpinan beliau sebagai MAIN DIRECTOR sangatlah baik. Dia tak malu untuk
bermasyarakat dengan bawahannya. Setiap ucapan yang ia lontarkan selalu
mendapat respon baik dari setiap orang.
**********
Raihan sampai di depan pintu
gerbang rumahnya.
“siang
den....”. sapa satpam sembari membukakan pagar.
“siang
pak...”. jawab Raihan ramah. “sudah makan belum pak?”. Tanya Raihan.
“sudah den,
tadi pagi”.
“yang siang
belum?”.
“belum
den...”. satpam meringis.
“ya sudah
ini”. Raihan mengeluarkan uang lima puluh ribuan. “untuk beli makan, ajak juga
teman bapak”. Ujar Raihan.
“terima kasih den”. Satpam itu
berlalu darinya.
Raihan segera
memarkirkan mobilnya di garasi pribadinya, terlihat di dalamnya ada sebuah
mobil ferari dan sebuah mobil yang tertutup terpal pembungkus mobil. Saat
melangkah keluar dari mobil ia mencium bau ayam goreng kesukaannya. Pasti ini kerjaan ibu. Gumam Raihan.
Diam-diam ia menuju dapur lewat pintu belakang. Berjalan perlahan tanpa suara.
Ternyata benar, ibunya tengah menggoreng ayam. Ia berjalan mendekati meja yang
di atasnya telah tersedia ayam goreng satu piring. Ia berniat hendak membawanya
pergi ke kamar tapi sebelum itu terjadi ibunya mengetahuinya terlebih dahulu.
“wah sudah
pulang ya kucing besar ibu”. Canda Bu Fatma.
“iya bu, aku
bawa satu ya bu”.
“iya”.
Raihan
membawa satu piring ayam goreng ke kamarnya.
“lho-lho...katanya
satu”.
“iya bu, maksudnya satu piring”.
Raihan berlari ke kamarnya. Ibu Raihan membiarkannya pergi. Beliau telah
mengerti kesukaan anak nya itu.
Di dalam kamar, ia mengingat
kembali wajah gadis itu, begitu cantik nan menawan. Namun, tiba-tiba saja
kenangan buruknya kembali muncul. Pengkhianatan yang dilakukan oleh
mantan-mantan Raihan membuatnya gusar kembali. Gue nggak mau hal buruk itu terjadi lagi...nggak akan. Gumam
Raihan. Raisa, Nita, Erika dan jesica.
Mereka telah mengkhianatiku. Takkan terjadi lagi, gue nggak akan terbujuk oleh
siapapun. Tapi kenapa sekarang Nita mencoba kembali ngedeketin gue?apa
jangan-jangan ada sesuatu yang hendak ia rencanakan. Tapi gue nggak kan mau
kembali padanya. Apapun paksaannya, gue akan tetap sendiri. Erika bilang lebih
baik sahabat??apanya?sama saja sahabat juga pengkhianat, saat mereka telah
menemukan seseuatu yang baru mereka akan lupa padaku. Mungkin ini udah jalan
hidup gue, gue nggak boleh kalah. Apa itu sifat alamiah perempuan....apa semua
gadis seperti itu,,,,habis manis sepah dibuang...jika iya. Maka mulai detik ini
gue nggak akan percaya lagi pada semua gadis terkecuali orang yang telah mampu
mendedikasikan dirinya itu setia. Titik. Pikir Raihan. Sampai kapan han?sampai kapan loe bakal seperti ini?”. pertanyaan
muncul dari hati sanubarinya. Perang emosi ego terjadi lagi setelah sekian lama
Raihan tak merasakannya. Apa loe pikir
semua gadis di muka bumi ini seperti mereka yang mengkhianatimu???nggak
han...loe salah, masih ada orang yang berhati malaikat berparas bidadari, hanya
mungkin saat ini kamu belum menemukannya saja han....bersabarlah...ketika loe
sudah menemukan pendamping yang cocok buat loe yakinlah hati loe akan
terjaga...aku..hati sanubarimu akan tetap mengajakmu pada jalan yang baik.
Hilangkan prasangka burukmu han, loe punya segalanya, hanya satu yang nggak loe
punya....kebahagiaan... nasihat hati sanubarinya.
Raihan merebahkan tubuhnya di
kasur, mencoba menggunkan akal fikirannya untuk menetralisir perang emosi ego
tadi. Jika gue fikir-fikir sama saja gue
ngehancurin perasaan orang yang menaruh perhatian pada gue. Juga hal itu juga
hanya akan membuat mantan-mantanku merasa menang atas apa yang telah mereka lakukan
padaku. Jika sepereti itu maka benar-benar gue orang yang rugi. Nggak ada
salahya memberi kesempatan pada orang lain untuk dekat dengan gue. Iya, gue
harus bangkit. Gue nggak bisa seperti ini terus. Gue harus terbuka. Akhirnya Raihan
mendapatkan titik terang atas masalahnya. Ini merupakan langkah awal baginya
untuk menjajaki dunia yang luas di sana. Sesuatu yang baru janganlah ditolak
tapi hendaknya pintar-pintar memilah-milah agar tidak terjerumus dalam
penyesalan yang mendalam. Orang-orang sukses adalah mereka yang mau mengoreksi
diri mereka sendiri dan terbuka menerima hal baru dengan mem-filternya agar tidak menyesal kelak.
Meski langkah awal untuk memulainya sulit namun Raihan akan tetap mencoba.
Namun, Raihan tetap bersikukuh untuk tidak pacaran lagi. Baginya hal itu
hanyalah sandiwara yang tak rasional.
Baginya cinta sejati adalah dimana saat seseorang mampu menunjukkan perhatian
dan cinta kasih tulus untuk orang yang dicintainya. Bukan dengan kata kias
cinta diungkapkan tapi cinta terucapkan dengan sendirinya melalui sifat alamiah
seseorang. Juga bukan dengan memuji kelebihannya dan menutupi kekurangannya
tapi dengan berkata apa adanya dan berusaha melengkapi kekurangannya karena
pada hakikatnya cinta diciptakan untuk melengkapi sesuatu yang belum sempurna.
Kebanyakan orang menilai bahwa cinta harus butuh pengorbanan. Iya memang betul,
namun dalam artian pengorbanan itu adalah pengorbanan yang wajar bukan dengan
mengorbankan harga diri. Dalam renungannya, Raihan berusaha mencari arti cinta
sesungguhnya. Namun, apalah daya jika tuhan belum memberinya petunjuk. Hanya
waktu yang akan menuntunnya pada kedewasaan tingkat lanjut. Waktu yang kan
menerangkan apa arti cinta itu. Seiring berjalannya waktu akan tumbuh jua
deskripsi-deskripsi masalah disekitar Raihan.
***********
Sekecil cahaya merah mengambang di ufuk barat,
membiaskan sinarnya pada garis batas ufuk. Nampak warna kemerahan lembut
dibalut dengan awan senja yang bergerumul. Raihan tengah duduk santai di
beranda luar kamarnya, dari lantai dua itu ia dapat menikmati pemandangan taman
rumahnya dan beberapa kolam ikan yang bening airnya. Desain rumahnya disamakan
dengan suasana rumah elite desa yang dulu pernah ia tinggali. Kesan asri tak
lepas dari rumah mewah itu.
“raihan....”.
panggil sebuah suara dari luar kamar Raihan. Suara itu kedengaran berat dan
penuh wibawa. Raihan segera membukakan pintu, ia mempersilahkan kakeknya masuk.
“sedang apa
kau cu?”. Tanya kakek Handoyo.
“hanya duduk
kek, menikmati pemandangan senja hari”. Jawab Raihan berjalan ke tempat
duduknya di teras kamarnya.
“kamu suka ya
cu?”. Tanya kakek sembari duduk di sebelah Raihan.
“iya kek,
rasanya bisa menghilangkan penat hari-hariku...Rai lelah kek...setiap hari
harus melawan emosi Rai sendiri...”. keluh Raihan pada kakeknya. Kakek
tersenyum kecil.
“itulah
remaja cu...kamu akan dituntut untuk menyikapi berbagai masalah dalam kehidupan
ini, kakek juga pernah muda Rai”. Ujar kakek.
“lalu
bagaimana rai harus bersikap kek?”. Tanya Raihan polos. Kakek mengambil cerutu
dari sakunya, menyalakannya lalu menghembuskan asapnya keudara.
“hanya satu
hal rai”. Jawab kakek.
“apa itu
kek?”. Tanya Raihan penasaran.
“kenali
dirimu....”. Raihan mengeritkan kening. “apa maksudnya kek?”. Tambahnya. “kakek
tak tahu...”. tertawa kecil. “kok bisa kek”. Raihan sebal. “itu tugasmu rai,
untuk mencari jati dirimu. Jika sudah kau temukan maka kau akan tahu sikap apa
yang harus kau ambil”. Kakek meninggalkannya sendiri, membiarkan ia dengan
sejuta tanda tanya di kepala Raihan.
Mengapa
selalu kata-kata yang ngga gue tahu betul keluar dari lisan kakek, kenali diri
gue???siapakah gue???ah......gila bahkan gue nggak tau siapa sebenernya diri
gue. Apa ini tandanya gue belum dewasa ya??. Gumam Raihan. Ia mengedarkan
pandangannya ke sekitar kamarnya lalu ia mendapati sebuah tulisan besar
tertulis di dindig kamarnya. Be your
self, never say i can’t but say i’m doing it. Sejak kecil Raihan menaruh
tulisan itu disana tapi hingga sekarang arti kata itu belum juga dapat ia
nikmati atau bahkan belum ia pahami. Dalam dirinya tersimpan beribu pertanyaan
yang memaksanya untuk mencari tahu sesuatu yang membuatnya penasaran. Ah....siapa sebenernya gue.....
“bruak......thaarr....”.
Raihan memecahkan cerminnya. Kakek mendengar suara dari luar kamar Raihan. Benar rai, cermin itu takkan mampu menjawab
pertanyaanmu, hancurkan saja. Bukan dengan cermin itu kamu harus mengaca, tapi
mengacalah pada orang lain, bandingkan dirimu dengannya. Gumam kakek Handoyo. Senyum kecil muncul di
wajahnya, menghisap ceruttunya lalu pergi menuruni tangga. Bisakah Raihan
menemukan jati dirinya?disela-sela masalah percintaannya yang rumit ia bergumam
when live brings me to blind, love brings
me to kind......
Her
Name Is Asya
Kecepatan
tinggi.
Raihan memacu mobilnya dengan speed diatas seratus km/j. Hari ini dia
bangun kesiangan sedang jarak yang harus ia tempuh adalah tiga puluh kilometer,
ia akan malu jika dirinya terlambat masuk sekolah. Padahal hari ini akan ada
pertandingan basket antar kelas dua SMA OLIVER, pertandingan itu merupakan
pertandingan paling bergengsi di OLIVER jika menang maka nama tim tersebut akan
melayang setinggi langit. Suara mesin honda civic Raihan berdenging. Jarum
kecepatan menunjukkan angka seratus dua puluh. Suasana jalan yang ramai tak ia
hiraukan, ia pandai dalam permainan jalan raya. Diam-diam ia juga ikut balapan
liar pada setiap malam minggu. Raihan melihat jam tangan. “tinggal sepuluh
menit”. Gumamnya. Tak masalah. Ia
menambah kecepatan hingga angka seratus empat puluh. Tak berselang lama sama
gerbang SMAnya telah nampak dari kejauhan. Tapi ada sesuatu yang berbeda,
gerbang itu perlahan menutup. Setiap jam tujuh kurang lima menit pintu gerbang
sekolah Raihan akan menutup otomatis. Masih
bisa.gumamnya. Raihan tetap memacu mobilnya. Dua puluh detik dari sekarang. Perkiraannya. detik-detik seakan
berjalan lambat, gerbang itu semakin menyempit. Sepuluh sembilan delapan tujuh enam lima empat tiga dua satu. “ciiit....ciiit..”.
suara rem mobil itu mengundang perhatian seluruh siswa yang tengah persiapan
apel pagi. Raihan memarkir mobil di area parkir. Ia mengambil langkah seribu
menuju kelas, meletakkan tasnya lalu berbalik arah menuju halaman yang sudah
ramai dengan para siswa.
“hey han,
ngapain loe hampir terlambat?”. Tanya Revan.
“tadi
malam gue tidur kemalaman hehe”. Raihan nyengir.
Tak berselang lama apel pagi pun
dimulai. Suasana pagi itu agak berbeda dengan biasanya, awan putih menyelimuti
sejauh mata memandang, suasana serasa lebih sejuk. Angin dingin berhembus sejuk
menerpa wajah sosok anak baru yang pernah Raihan temui sebelumnya. Wajah itu
tak asing baginya. Wajah yang pernah membuat jantungnya berdetak kagum
dibuatnya. Tatapan matanya juga memberikan kesan bening nan menawan, dua lesung
di pipinya menambah kesempurnaan wajahnya. Rambutnya terurai lurus dengan poni
asimetris kanan, tak canggung lagi ia adalah gadis yang pernah Raihan tabrak.
Raihan teringat hal itu, ia semakin penasaran apakah benar dia atau bukan.
Raihan ingin memastikan rasa ingin tahunya. Ia menatap dalam-dalam wajah gadis
itu, semua mata tertuju pada gadis itu saat ia melangkah menuju halaman
didampingi kepala sekolah. Di tengah-tengah pidato apel, kepala sekolah
menyampaikan perkenalan singkat.
“perkenalkan,
ini adalah gadis berbakat yang telah lama bapak ingin memberinya bea siswa
untuk bersekolah elite ini. dan dengan ini bapak nyatakan bahwa siswi ini telah
sah menjadi bagian dari keluarga besar SMA OLIVER”. Perkenalan oleh kepala
sekolah.
“plok...plok....plok”.
Raihan mengawali memberikan applause
pada gadis itu, lalu diikuti oleh seluruh siswa SMA OLIVER. Kepala sekolah
mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan diri.
“selamat
pagi”. Suaranya terdengar begitu lembut dan mampu melelehkan siapa pun yang
mendengarnya.
“perkenalkan
nama saya Asya, saya murid pindahan dari SMA NIBS. Sekarang saya duduk di kelas
dua SMA. Terima kasih”. Perkenalan singkat dari Asya. Suaranya yang lembut
mampu menyihir seluruh siswa OLIVER terkesima. Jadi namanya asya,..nama yang indah. Gumam Raihan. Apel selesai,
seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing.
Asya memperhatikan sosok Raihan
yang berjalan dengan cara berjalan yang khas, tidak dimiliki orang lain. Kelihatannya dia bukan anak orang biasa. Gumam
Asya. Lalu ia melangkah ke kantor kepala sekolah untuk menanyakan kelasnya. Ia
berjalan melewati beberapa ruang lalu matanya menangkap plat ruang kepala
sekkolah.
“permisi...”.
salam Asya.
“silahkan
masuk”. Kepala sekolah mempersilahkan.
“ma’af
pak, kalau boleh tahu saya ditempatkan di kelas mana?”. Tanya Asya polos.
“di kelas
unggulan, 11 IPA A”. Ujarnya.
“terima
kasih pak, permisi.”. Asya berpamitan. Anak
yang beradab, hmm tak salah aku memilihnya. Gumam kepala sekolah.
Asya berjalan mencari kelas yang
dimaksud oleh kepala sekolah, ia menyusuri kelas demi kelas hingga ia berhenti
di depan sebuah kelas bertuliskan kelas
unggulan 11 IPA A. Tanpa pikir panjang ia masuk kelas itu. Didapatinya
seluruh mata tertuju padanya ketika satu langkah ke dalam kelas.
“permisi,
kelas sebelas ipa a ya?”. Tanya Asya lembut.
“sudah tau
pakek nanyan lagi”. Sahut Nita ketus.
“hey-hey
nenek sihir...slow down aja kale”.
Rendi menimpali.
“seharusnya
dipersilahkan masuk bukan dibentak”. Tambahnya. Ia yang menjadi ketua urusan di
kelasnya, jika ada apa-apa maka Rendi lah yang bertanggung jawab. Raihan hanya
diam dia sama sekali tak menunjukkan ketertarikan pada siapapun.
“diem
loe!!!”. Nita terbakar emosi. Asya mendapati cowok yang pernah menabraknya itu
duduk di dekat jendela menatap kosong taman sekolah yang hijau permai. Tak
butuh waktu lama, Pak Herman masuk kelas dan mempersilahkan Asya untuk duduk di
bangku kosong dekat Sheila.
"biasain
aja ya...emang kayak gitu sifat Nita.”. Sheila membuka dialog.
“iya, aku
udah terbiasa dengan hal itu, sudah sering terjadi di sekolahku dulu.”. respon
Asya secekupnya, ia tak ingin memberi kesan cerewet pada teman barunya. jadi namanya nita ya. Gumam Asya. Jam
pelajaran pertama pun dimulai, Pak Herman membuka perlajaran dengan review
terlebih dahulu. Methode ini adalah methode baku yang diterapkan di OLIVER,
methode ini sangat efektif untuk pembelajaran tingkat SMA.
“baik mari
kita review rumus terakhir yang bapak sampaikan”. Ujarnya. Pak Herman menulis
sepuluh rumus matematika di whiteboard
sekaligus memberi soal.
“siapa
diantara kalian yang bisa mengerjakan silahkan angkat tangan”. Seru pak Herman.
Asya mengangkat tangan.
“saya
pak”. Sahut Asya.
“baik
silakan asya”.
Asya memperhatikan sejenak soal
itu. Hiiiih masih baru sudah sok pintar
lagi. Gumam Nita. Tangan Asya mulai bergerak menggoreskan boardmarker ke whiteboard. Rumus pertama ia lalui dengan mudah, masuk ke rumus
dua, Asya mencoba lebih cepat. Rumus dua terpatahkan masuk rumus tiga, Asya
mendapatkan kesulitan di rumus tiga. Aku
harus tenang. Asya mencoba menepiskan kegugupannya. Perlahan-lahan ia
lewati rumus tiga, maasuk rumus empat, ia berpikir sejenak. Asya mencoba
menyingkat lima rumus sekaligus. Tangannya mencoba berjalan kembali dan
mematahkan lima rumus sekaligus, kini ia sampai pada rumus ke delapan. Seisi
kelas terpana melihat kemampuan Asya tak terkecuali Sheila, teman duduk Asya.
Dalam hati ia mengakui kehebatan Asya. Asya melanjutkan hingga rumus sepuluh.
Dan selesai.
“beri
tepuk tangan yang meriah”. Pinta pak Herman.
Plok....plok....plok.... seisi
kelas memuji Asya.
“baiklah untuk
soal kedua siapa yang berani?”. Tantang pak Herman. Seisi kelas diam seketika
tak bersuara, hening.
“tak ada
yang berani?”. Timpalnya. Tanpa isyarat Raihan melangkah maju. Waahhh.....kereen.... gumam para gadis
di kelas.
Sang
bintang kelas maju, menarik banyak perhatian para gadis tak terkecuali Asya.
“silahkan
raihan”. Pak herman mempersilahkan. Raihan diam sejenak.
“silahkan
pilih menggunakan sepuluh rumus atau denga cara kamu sendiri”. Tantang pak
Herman.
“seperti
biasa pak..”. jawab Raihan santai. Tangannya mulai berjalan melika-liku di whiteboard melibas soal dengan cepat
tanpa tersendat.
“sudah
pak”.
“benar...jawaban
kamu benar”. Ujar pak herman.
Seisi kelas geger dibuatnya.
Satu soal yang seharusnya dengan sepuluh rumus bisa selesai hanya dengan satu
rumus gabungan saja. Asya terkesima dengan otak Raihan. Nama yang bagus, raihan. Gumam Asya. Sialan tuh cewek, masih baru sudah berani mandangin raihan lagi, nggak
ngaca siapa dia?.gumam Nita.
Bel
istirahat berbunyi.
Seluruh siswa membubarkan diri
pergi menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing. Asya masih tetap duduk di
bangku, diam tak bergerak sama sekali. Dilihatnya Raihan juga tengah berdiri
mematung menyebarkan pandangan ke taman, ia hanya diam tak bicara sepatah kata
pun. Asya melangkah mendekat.
“ehm...”.
Asya mendehem kecil membuyarkan kesendirian Raihan.
“oh kamu,
ada apa?”. Tanya Raihan dingin.
“nggak
apa-apa..Cuma mau nagih ganti rugi aja”. Jawab Asya sekenannya.
“di sini
bukan tempatnya nagih hutang”. Raihan membalikkan badan menghadap Asya.
“lalu di
mana?”.
“kan aku
sudah memberimu kartu namaku, kenapa nggak datang?”
“nggak ada
kendaraan, ketahuilah..aku bisa sekolah di sini berkat bea siswa yang aku
dapat. Aku ini anak orang tak punya”. Pandangan Asya nanar menatap taman. Raihan
tersentak, ia melangkah mendekat pada Asya.
“kau
tahu?jika bukan karena paksaan orang tuaku aku nggak bakal mau pindah ke
sekolah ini, bagiku ini terlalu elite, aku nggak pantas berada di sini”. Asya
membalikkan arah menghadap Raihan.
“terlihat
dari wajahmu, kamu sama sekali nggak punya kebahagiaan..betul bukan?”. Asya
meneliti muka Raihan. Raihan kaget. Dari
mana dia bisa tahu???.
“ketahuilah,
bahwa masih ada orang yang lebih menderita dari pada kamu,janganlah merasa
dirimu paling menderita”. Lanjut Asya. Asya sengaja tidak memberi Raihan
kesempatan untuk bicara, ia ingin menekan emosional Raihan untuk mengetahui
responnya.
“padahal
kamu punya segalanya, kamu kaya, cerdas dan punya talenta, apa yang kau
risaukan?”. Asya seolah memojokkan Raihan. Raihan menatap mata Asya
dalam-dalam, ia tak mendapati hal yang dibuat-buat di sana. Ia mendapati sebuah
kejujuran bukan kebohongan. Gadis macam
apa kau ini, hebat kau mampu meluluhkan hati gue, apa mungkin ini yang kakek
maksud. Diam-diam Raihan mengakui kata-kata Asya itu benar. Tapi ia belum
bisa mempercayainya begitu saja. Masih ada beberapa hal yang harus Asya lakukan
untuk membuatnya percaya.
“kenapa
diam han?”. Tatapan mata Asya menyorot tajam ke mata Raihan. Tajam, sangat
tajam namun perlahan memudar. Dan kembali menundukkan kepala.
“baik,
tunjukkan padaku semua itu, pulanglah denganku nanti”. Raihan meninggalkan Asya
sendiri di kelas. Berjalan tanpa bekas.
Asya
mengangkat kepalanya, ia melihat Raihan dari belakang. Akhirnya berhasil juga, ternyata nggak sulit naklukin tuh cowok, hanya
perlu kata-kata yang mengena dalama hatinya. Atau barangkali dia itu cowok yang
sensitif. Sebersit senyum muncul di bibir manisnya. Ada perasaan syukur
menaungi hatinya.
Sesuatu yang bagi kebanyakan
cewek di OLIVER sangat sulit untuk mendapatkan perhatian Raihan ternyata tidak
berlaku untuk Asya. Asya berjalan keluar kelas, ia ingin menikmati suasana baru
di sekolah yang baru. Ia ingin mengenal jauh lebih dekat tentan sekolah
barunya, juga seorang cowok bernama Raihan. Asya merasa tertantang untuk
mengetahui seluk beluk siapa Raihan sebenarnya. Cowok yang misterius...aku merasa tertantang mengetahui seluk
belukmu..lihat saja..aku bakal menyingkap semua. Gumam Asya.
Di
lain sisi, Raihan juga tengah menaruh rasa penasaran pada gadis berparas cantik
itu. Tentang ucapan Asya, Raihan sangat memperhitungkannya. Itu bukanlah kata-kata yang dapat terlontar
dengan sendirinya,dia bukan gadis biasa. Sebersit senyum muncul di bibir
Raihan. Gue akan cari tau siapa loe sebenarnya
sya. Berjalan santai menuju kantin.
Biarkanlah
alur cerita hidup mengalir denga derasnya
Jangan
halangi ia dengan segudang sifat angkuh
Dan
sombong yang tak mau pembaharuan
The Fact
Sesuai dengan permintaan Raihan,
Asya menuruti kemauan Raihan untuk pulang dengannya. Raihan memberi isyarat
pada Asya untuk mengikutinya ke parkir. Asya menurut. Ia berjalan tepat di
belakng Raihan seakan membuntutinya. Ngapain
tuh anak baru ngebuntutin Raihan. Gerutu Nita. Ia tak tahan, Nita berjalan
mengejar mereka.
“eh anak
baru”. Tangan Nita menangkap tangan Asya. “masih baru udah blagu ya loe”.
Bentaknya.
“lepasin
ta”. Suara Raihan penuh wibawa.
“loe gag
bisa ngehindar dari gue terus han”. Nita memelas. Asya hanya diam tak mengerti.
“biarkan
dia pergi...”.sambungnya dingin.
“han....kok
loe tega sih sama gue?”. Suara Nita getar. Tak banyak kata Raihan membawa Asya
pergi ke parkir.
“cepet
masuk, lalu kita pergi”. Ujar Raihan membuka kunci otomatis dari tombol
remotenya. Raihan menyalakan mesin lalu menancap gas dalam-dalam hingga
menimbilkan suara decitan kecil di area parkir.
“ngapain
buru-buru sih?”. Tanya Asya heran. Tak ada tanggapan dari Raihan.
“han, kamu denger nggak?”. Suara Asya agak
meninggi.
“dia itu
masa laluku”. Ujar Raihan. “maksudmu nita itu mantan kekasihmu?”. Tanya Asya
selidik.
“iya”.
Jawab Raihan dingin. “dia yang membuatku benci dan sulit untuk mempercayai
gadis lagi...”. timpalnya.
“hah?berarti
kamu nggak percaya sama omonganku tadi?”. Asya heran.
“belum
seratus persen”. Jawab Raihan.
Mudah sekali, ternyata kamu punya masa
lalu yang buruk, hingga kamu sulit
menerima gadis baru, jadi itu masalahmu....Asya bergumam.
“kenapa
memangnya?”. Tanya raihan selidik.
“nggak
apa-apa, Cuma mastiin aja.”. jawab Asya sekenanya.
“katanya
tadi kamu mau nunjukin sesuatu padaku, apa itu?”. Tagih Raihan.
“ikuti
saja petunjuk arahku”.
Raihan menuruti kemauan Asya,
Asya menuntunnya ke suatu tempat, tempat yang terkucil dari pusat kota, tempat
yang sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah, suatu tempat yang
dilupakan. Tempat di mana para fakir miskin tinggal. Suatu komplek pemukiman
kumuh yang sangat memprihatinkan keadaannya. Tak begitu jauh dari sungai yang
kotor. Sungai yang terawat, sungai limbah. Tak berselang lama tibalah mereka di
tempat itu.
Ketika menapakkan kaki di bumi
kumuh itu, Raihan mencimu bau tak sedap, bau penderitaan yang sangat mendalam.
Juga suara yang menyiksa pendengaran. Seluruh mata tertuju pada Raihan, saling
berebutan menemukan sosok yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Asya
mengajak Raihan untuk menemui salah satu keluarga. Raihan melangkah dengan
perasaan malu, malu karena dia merasa dirinyalah yang paling menderita, padahal
itu salah. Langkah demi langkah Raihan lalui. Ia melihat ada seorang dengan
tangan satu yang sedang berjuang keras menjahit sepatu, sepatu temuan yang akan
ia berikan pada anaknya. Ia juga melihat ada gadis kecil berkaki satu berjalan ke arahnya dan berkata
“alangkah baiknya jika kakak mau memberiku uang receh”. Sontak Raihan
mengeluarkan uang sepuluh ribuan dua lembar. Asya mengajaknya berjalan lagi.
Hingga kaki mereka berhenti disebuah rumah yang hampir rubuh.
“permisi...”.
sapa Asya. Tak lama berselang dari dalam keluarlah anak kecil berusia tujuh
tahun, di tangan kirinya terdapat sebuah alat musik kecil, bajunya compang
camping, dengan bau khas anak miskin. Asya mendekatinya.
“bagaimana
kabarmu dik?”. Tanya Asya lembut.
“baik
kak....ini siapa kak?”. Tanya gadis kecil itu.
“ini teman
kakak...”. Asya memperkenalkan Raihan pada gadis itu.
Masih kecil sudah menjadi pengamen, kasihan
sekali kau. Gumam Raihan. Asya mengajak Raihan masuk. Raihan melihat sbuah
foto yang sudah buram, yang usaianya di perkirakan dua tahunan lebih. Ia dapati
disana seorang anak kecil dan ibunya tengah bersua ria. Tak terlihat sama
sekali kesedihan di raut wajah mereka.
“di mana
ibumu dik?”. Tanya Raihan.
“ibuku
meninggal empat bulan yang lalu”. Gadis kecil itu menundukkan kepala.
“di akhir
hayatnya ia berpesan untukku untuk tidak menyerah dengan keadaan, dia
mengajariku untuk tegar. Tapi, tapi aku tetaplah aku yang tak punya masa
depan.”. sambungya.
“lalu
ayahmu dimana?”.
“ayahku di
tangkap polisi saat penggrebekan, aku
tak tahu dimana ayah sekarang”.
“jadi kamu
tinggal sendirian..?”. tanya Raihan.
“tidak,
aku tinggal dengan adikku”. Jawabnya. “ia masih berumur empat tahun, setiap
hari aku harus mencarikannya makanan dan kebutuhan hidupnya”. Terangnya.
Pemandangan itu Raihan dapatkan
di sini, di tempat kumuh penuh dengan orang miskin. Tak ada fasilitas,
beralaskan bumi beratapkan langit, itulah kata kias yang patut diucapkan. Dari
dalam hati yang paling dalam, Raihan menangis tersedu-sedu matanya panas
menahan air mata yang hendak keluar.
“kau
melakukannya sendiri dik?”. Tanya Raihan.
“iya
kak....kadang aku harus berkejar-kejaran dengan SATPOL PP, kadang aku dihadang
preman hingga uang yang aku punya habis diambilnya, tak jarang kami kelaparan.
Kadang hanya makan nasi tanpa lauk, kadang tak makan sama sekali.”. tutur gadis
itu.
“lalu di
mana adikmu?”. Tanya Raihan.
“dia
sedang tidur...”. ucapnya.
Sungguh beruntungnya gue, gue punya segalanya
tapi nggak pernah gue syukuri nikmat itu. Alangkah nista diriku ini.gumam
Raihan. Asya hanya diam membiarkan Raihan bertanya-tanya dengan gadis kecil
itu.
“kamu
sadar sekarang han?”. Tanya Asya. Raihan tak menjawab, hanya anggukan kepala
isyarat “iya”. Asya mengajaknya berpamitan lalu pulang. Mereka berjalaan menuju
mobil. Lalu kembali ke jalan raya. Semua hal di tempat itu membuat hati Raihan
tak henti-hentinya merasa malu dengam dirinya sendiri. Raihan mengantarkan Asya
pulang hingga di rumah.
“kalau
kamu masih ingin ganti rugi, datang saja ke rumahku”. Kata Raihan.
“iya”.
Asya berlalu dari Raihan.
**********
“den ada
yang cari”. Kata satpam Raihan.
“siapa
pak?”. Tanya Raihan nengentikan mencuci mobilnya.
“namanya
asya den”.
“oh ya,
tunggu sebentar”. Raihan mencuci tangannya.
Raihan
berjalan menuju pos satapam. Di sana telah menanti Asya.
“lama
banget sih?”. Asya membuka dialog.
“sorry,
baru cuci mobil, mari masuk”. Raihan menuntun masu Asya. menuntun masu Asya. Kamu punya rumah se-gede ini cuci mobil
sendiri han, apa kamu pengen ngirit biaya???atau memang udah hobi kamu?.
Gumam Asya.
“kenapa
bengong?”. Raihan membuyarkan lamunan Asya.
“nggak,
Cuma kagum aja sama kamu, rumah segede gini masak cucil mobil sendiri???”. Asya
heran. Raihan hanya tersenyum kecil.
“mati
kutunjukkan”. Raihan berjalan ke garasi pribadinya. Ketika pintu garasi itu
dibuka Asya kagum bukan main, didapatinya sebuah mobil ferari merah tengah
beristrahat di sana. Raihan membiarkan Asya kagum sejenak, lalu memulai
perckakapan lagi.
“kamu tau
ini semua pemberian dari kakekku”. Terang Raihan.
“kakek
kamu siapa?”. Tanya Asya.
“kamu
ingin ketemu?”. Tawar Raihan.
“kalau
boleh...”.
“ikuti
aku”. Ajak Raihan.
Raihan mengajak Asya berkeliling taman, ada bermacam bunga mawar
melati semuanya memberi bau yang harum, udara terasa segar di taman Raihan,
walau rumahnya terletak di tengah kota. Asya juga melihat ada kolam ikan yang
airnya bening mengalir seperti sungai. Asya berhenti sejenak, ia menyelupkan
tangannya ke air itu. Dingin, itu yang Asya rasakan. Asya benar-benar dibuat
takjub akan pemandangan itu, ditambah lagi dengan adnya rumah burung dara. Di
sana ia dapati berbagai macam burung dara yang tengah asik bercengkrama dengan
pasangan mereka masing-masing. Dalam angannya, Asya berfikir bahwa ia tengah
berada di surga. Asya melanjutkan berjalan. Lalu ia berhenti lagi di rerumputan
kecil yang di sana banyak kelinci berkeliaran. Asya mengambilnya satu,
digendongnya kelinci itu.
“wah han,
rumah kamu kayak surga ya?”. Asya kagum.
“memamangnya
kamu pernahke surga?”. Tanya Raihan.
“belum
sih, tapi lihatlah ini begitu alami, ada bunga, taman, kolam ikan, rerumputan
dan taman han”. Ujar Asya. Raihan hanya tersenyum. Ia tahu Asya pasti akan
kagum jika tahu rumahnya. Namun tak ada rasa sombong yang terbit dari dalam
hatinya, ia bersikap sewajarnya saja.
“kamu
beruntung han”. Ucap Asya memainkan kelinci yang ia pegang.
“ayo,
katanya kamu mau ketemu kakekku?”. Raihan mengajak Asya masuk.
“iya iya”.
Raihan membawanya masuk rumah,
rumah yang besar dnegan ukiran-ukiran alam di sekitar pintunya. Asya masuk
rumah dnegan perasaan was-was, ia khawatir kalau keluara Raihan akan menolaknya
mentah-mentah. Saat ini Asya hanya berpakaian seadanya. Memakai kaos putih
kengan panjang dan celana jeans
panjang. Sungguh penampilan yang sangat biasa bagi keluarga se-kaya Raihan.
Baru beberapa langkah, ia di kejutkan dengan ibu Raihan yang tiba-tiba datang.
“ini siapa
han?”. Tanya Ibu Raihan.
“teman
Raihan bu”.
“dari mana
dia?”. Tanya ibu Raihan, sepintas pertanyaan ibu Raihan menjurus pada strata
sosial Asya.
“dari sana
bu...”. ujar Raihan menunjuk arah timur sembari nyengir.
“kamu ini,
selalu becanda ketika diajak bicara ya...”. gerutu ibu. Asya tersenyum kecil di
dalam hati.
“sebenernya
gini, bu. Dia datang ke sini untuk minta
pertanggung jawabanku bu”. Ujar Raihan enteng.
“apa??kamu
apakan dia han?”. Ibu shock.
“hehehe,
aku tabrak bu”. Raihan nyengir.
“haduh,
ibu kira kamu apakan han...tap kamu nggak apa-apa kan nak?”. Ibu Raihan balik
bertanya ke Asya.
“e..nggak
apa-apa tante.”. suara Asya lemah gemulai.
“kakek di
mana bu?”. Tanya Raihan.
“itu di
kamar”. Jawab ibu. “rai kesana dulu ya
bu”. Raihan dan Asya berlalu darinya.
“gila kamu
han, gimana ciba kalau ibu kamu jatuh pingsan?”. Asya khawatir.
“santai
aja, aku dan ibuku sudah terbiasa bercanda kok”. Jawab Raihan sambil tetap
berjalan.
Keluarga yang aneh, beda dengan kebanyakan orang kaya, ibu raihan terkesan
lebih dari pada orang kaya yang pernah aku temui. Apa sudah menjadi daya tarik
tersendiri bagi keluarga ini. gumam Asya. Gadis yang cantik, aku harap rai tidak salah ppilih lagi, kasihan jika
ia sampai sakit hati lagi. Gumam ibu Raihan. Mereka berhenti di depan pintu bertuliskan handoyo. Raihan membuka pintu.
“ha,
kakek”. Asya terkejut.
“Asya?”.
Kakek kaget.
“ini rumah
kakek?”. Asya menghmapiri kakek.
“iya..ini
rumah kakek”. Tutur kakek.
“kakek sudah kenal Asya?”. Raihan heran.
“asya yang
menolong kakek waktu kakek hampir tertabrak mobil, kakek mengenal asya sudah
lama, kakek berhutang budi pada asya”. Terang kakek. Raihan menganggukkan
kepala.
“dari mana
kamu tahu kalau ini rumah kakek sya”. Tanya kakek.
“oh...kebetulan
aku kenal raihan kek”. Ujar Asya.
“bagaiman
bisa?”. Kakek heran. “begini kek, berawal dari tabrakan, tanpa sengaja rai
nabrak Asya, sepedanya rusak dan rai memberi asya kartu nama rai agar dia mau
datang kesini untuk meminta ganti rugi”. Terang Raihan.
“ganti
rugi ya?”. Kakek meyakinkan.
“iya kek”.
Sahut Raihan. Kakek diam sejenak. Ia memikirkan sesuatu. Aku tahu betul siapa asya ini dan aku tahu betul kebutuhan raihan,
bagaiman caranya agar aku dapat membuat mereka tetap bersama?. Kakek
bergumam, terbit senyum di wajah keriputnya.
“bagaiman
jika untuk mengganti rugi asya kamu antar jemput sekolah asya setiap hari?”.
Ujar kakek.
“apaa......?”.
Raihan terhenyak. “nggak bisa gitu dong kek”. Raihan protes.
“kamu akan
membutuhkannya han”. Suara kakek mulai berbobot lagi. “nggak, rai nggak butuh
cewek lagi kek”. Raihan mulai tak terima.
“percayalah
pada kakek”. Kakek menyalakan ceruttunya.
“kakek,
kalau raihannya nggak mau jangan dipaksa”. Tutur lembut Asya. “aku bisa
berangkat sendiri kok kek”. Sambungnya.
“nggak
sya, kamu juga akan butuh raihan”. Sahut kakek.
“maksud
kakek apa sih?”. Raihan dan Asya hampir bersamaan.
“sudah lah
lakukan saja, atau jika kamu menolak kakek akan ambil semua mobil kamu”. Ancam
kakek pada Raihan.
“haduh
kek, iya lah rai menurut”. Raihan mengalah. Asya merasa tak enak dengan raihan.
“kakek
jangan paksa raihan...”bela Asya.
“kamu juga
akan butuh dia sya, percayalah”. Ujar kakek tegas.
Akhirnya, mereka berdua keluar
kakek dengan seribu tanya mengambang di benak mereka. apa maksudnya aku akan butuh asya di sekolahan?. Gumam Raihan. Apa maksudnya aku akan butuh raihan di
sekolah?. Gumam Asya. Sesaat tatapan mereka beradu. Saling mencoba
mendalami lewat pandangan mata. Akankah
aku membutuhkanmu?. Raihan menatap dalam-dalam wajah Asya. Akankah aku membutuhkanmu?. Asya menatap
dalam-dalam wajah Raihan.
“e...han,
aku pamit dulu ya”. Asya minta izin pulang.
“iya,
besok aku jemput jam setengah tujuh, jangan telat ya?”. Raihan ramah.
“iya han,
permisi”. Asya berlalu darinya.
terkadang tak ada salahnya membiarkan
realita
membimbing kita untuk menuju
kedewasaan,
memberi kesempatan orang lain untuk
masuk
kehidupan kita adalah salah satu wujud
realita.
Night World
Suara mesin berderu kencang di pusat
kota
Di
setiap perempatan jalan ada mobil sport yang menjaga, seluruh jalan di
kosongkan. Malam ini terdengar ramai dengan bebagai mobil sport yang datang
dari seluruh penjuru kota. Tak ketinggalan tim Raihan, mereka juka ambil bagian
dalam balapan resmi malam ini. terlihat banyak mobil yang bertata rapi di
pinggir jalanan, malam itu tidak ada mobil biasa yang lewat, hanya ada
sekumpulan tim balap yang tengah sibuk
mempersiapkan balapan untuk ujung tombak timnya.
Balapan
resmi ini sudah menjadi hal yang biasa di kota MEGA METROPOLITAN. Balapan ini diadakan setiap
malam minggu di pusat kota atau kadang mengambil area di luar kota yakni di
gunung dekat kota mega metropolitan. Di pusat kota telah ramai dengan
sekelompok mobil sport yang berjajar rapi sepanjang garis start .Raihan datang
dengan mobilnya, ferari merah. Ia menyapa kru-kakak sepupunya.
“night
guys”. Raihan melempar senyum pada mereka.
“night...”. jawab mereka serempak.
“di mana master?”. Tanya Raihan. Master adalah sebuah sebutan untuk kakak
Raihan yang menjadi ketua di grupnya. Kakak Raihan menamai grupnya dengan DARK
ANGEL. Ia menamai dengan itu karena berkeinginan untuk menjadikan grupnya
sebagai malaikat di waktu malam.
“di tempat biasa lah”. Jawab Joe,
tekhnisi mesin kakak Raihan.
“ok...gue samperin dia”. Raihan pergi. Kakinya melangkah pada mobil putih
yang terparkir tepat di sisi jalan.
“hey kak”. Sapa Raihan.
“oh...loe han”. Sambut laki-laki
bertubuh atletis.
“siapa lawanku malam ini?”. tanya
Raihan.
“toni dari tim Bad Boy”ujar kakaknya
dingin.
“alwi, kita dapat tantangan dari tim
BMW LOVER setelah ini”. potong seorang gadis cantik, mendekat ke Alwi.
“mana laporannya zas?”. Pinta Alwi.
“ini wi”. Gadis itu memberikan sebuah
kertas tantangan untuk Alwi.
“ini siapa kak?”. Tanya Raihan. Alwi
tak menjawab, sebuah senyum terbit di wajahnya.
“perkenalkan aku teman kakakmu dari
kecil, namaku Zaskia”. Gadis itu memperkenalkan diri.
“raihan...”. jawab singkat Raihan.
“dia itu calon kakak iparmu”. Gurau Alwi. Zaskia tersenyum.
“hahahaha” Raihan tertawa lepas.
“persiapkan dirimu han, ini bukan drag yang mudah”. Kata Alwi tegas. “aku
akan berusaha kak”. Raihan bersemangat. Adik
dan kakak sama saja, dulu waktu kamu seumuran Raihan kamu juga begitu wi,
sungguh indah masa itu, saat dimana kau berusaha mendapatkanku kembali dari
tangan jodi. Saat sekolah kita, penuh dengan kenangan yang tak bisa kulupa, sifat cuekmu, rasa
angkuhmu, tingginya egomu, sekarang sudah tak tampak wi, perubahanmu begitu
cepat seriring berjalannya waktu. Gumam Zakia.
hadirin sekalian balapan drag malam hari ini
akan segera dimuali, darag pertama Raihan adik dari sang master melawan toni
dari grup bad boys. Ini dia........suara dari pengeras suara.
Raihan
segera mengambil posisi. Ia menekan-nekan pedal gas hingga menimbulkan bunyi
raungan keras. Raihan mewarisi cara balap dari kakaknya, Alwi. Alwi adalah
pemegang penghargaan safety award.
Banyak lagi penghargaan yang diraihnya karena bakat dan cara balapannya yang
tak membahayakan pengemudi lain.
Alwi
mengamati dari samping, ia harap-harap cemas akan adiknya itu, ia masih belum
yakin dengan Raihan. Dia masih butuh
banyak belajar. Gumam Alwi. Di sampingnya, Zaskia tengah memperhatikan Alwi
dengan seksama. Apalagi yang kau risaukan
wi?. gumam Zaskia.
Baiklah hadirin sekalian, mari kita mulai
balapan ini. suara dari pengeras. Lampu aba-aba mulai dinyalakan. Jantung
Raihan berdetak kencang. Matanya menajam, pendengarannya terbuka, dia mencoba
menstabilkan dirinya. Ok ini dia.
Start pun dimulai. Raihan melakukan roll start. Start dengan ban belakang
berputar lebih dahulu. Raihan terkejut dalam beberapa detik lawannya telah
mendahuluinya dengan sangat cepat. Mobil Raihan berdenging. Piston mobilnya
bekerja keras. Jarum kecepatan menunjukkan angka seratus dua puluh. Masih bisa. Raihan menambah kecepatan
hingga seratus enam puluh. Peringatan bahaya keluar dari sistem mobilnya. Alarm
berbunyi. Raihan panik, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Beberapa detik
terasa sangat begitu lama. Diatas kecepatan seratus enam puluh nyawa
dipertaruhkan. Namun dengan cepat ia teringat nasihat kaknya. “dalam situasi
segenting apa pun tetaplah tenang”. Raihan mengerti ia harus tenang. Toni masih
tetap memacu mobilnya. Raihan mengejar dari belakang. Garis finish sudah
nampak. Raihan paham ia tak akan menang, perlahan dia mengurangi kecepatan.
Hingga akhirnya dia kalah.
Wow......apa yang terjadi, raihan adik dari
sang master kalah dalam adu cepat. Mari kita sambut pemenang kita toooniii....
Raihan
segera kembali ke kru-nya.
“kenapa bisa kalah han?”. Tanya Alwi
kecewa.
“jika aku paksakan mobil ini takkan
kuat, pistonnya bekerja dengan tidak normal, aku merasakan ada yang tidak
beres”. Terang Raihan mengecek kap depan mobil. Ia dapati kekeliruan kabel
penghubung power. Ternyata ini maslahnya.
Gumam Raihan. Memamng jawaban itu yang
aku harapkan han. Ternyata kamu sudah dewasa. Batin Alwi. Sesaat mereka
berdua bertatatpan seakan bebicara dengan bahasa hati. Zaskia diam tak
mengerti.
“hey kalian ini kenapa?”. Zaskia memecah
keheningan.
“kamu memang pembalap sejati han”.
Ujar Alwi.
“terima kaasih kak”. Raihan tersenyum.
Huft...ku kira mereka akan saling
berkelahi. Gumam Zaskia.
“tak apa-apa kau kalah, lain kali aku
akan perbaiki mobil ferarimu, istirahatlah...”. Alwi berlalu pergi, Zaskia
mengikuti. Aku tunggu janjimu. Gumam
Raihan.
Alwi
segera ambil posisi menanggapi tantangan dari BMW LOVER. Ia terlihat santai ,
sama sekali tak terlihat ketegangan di wajahnya. Ia sangat menikmati balapan
ini. Raihan menyaksikan dari samping. Lampu isyarat sudah di nyalakan. Dan
balapan pun dimulai. Untuk start Alwi menggukan start biasa, tanpa roll. Mobil
yang di kendarainya melesat dengan anak panah, dari kejahuan terdengar suara
mesin Alwi bagai suara mesin pesawat. Berdenging dengan sangat kencang. Mobil
dari bmw lover telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengimbangi kecepatan
mobil Alwi. Jangan terlalu cepat baby.
Ejek Alwi dari hati. Alwi menambah kecepatan, jarum kecepatannya menunjukkan
seratus delapan puluh. Dia unggul jauh dari lawannya. Alwi keluar sebagai
pemenang. Seluruh area ramai dengan sorakan penonton. Mereka senang melihat
Alwi keluar sebagai pemenang, sang master telah kembali.
Raihan
kagum dibuatnya. Terdengar suara instrumen musik keluar dari sound sistem untuk
selebrasi kemanangan Alwi. Raihan semakin takjub. Inilah yang ku sukai dari dunia malam, penuh gemerlap nan eksotis.
Batin Raihan. Musik itu semakin keras, di iringi permainan lampu disco yang gemerlap, berwarna warni.
Raihan mendekati kakaknya. Ia ingin menghabiskan malam ini dengan kakaknya.
Zaskia datang membawa tiga minuman bersoda. Mereka meminumnya bersama-sama.
Semua yang hadir malam itu bersorak gembira. Minum-minum bersama. Walau demikian,
tidak ada diantara mereka yang mengkonsumsi alkohol, mereka hanya minum minuman
yang standart. Mereka itu juga warga negara yang taat peraturan walau kehidupan
mereka terkesan foya-foya dan habis dalam gemerlapnya dunia malam. Mereka punya
aturan tersendiri dalam mengatur grup mereka masing-masing. Hanya tinggal
bagaimana penempatan mereka.
Raihan
mendapati keindahan malam di pusat kota dengan berbagai macam mobil sport di
sekelilingnya. Menderu-deru, seakan berlomba bernyanyi. Mobil yang penuh dengan
sentuhan seni, ada gambar abstrak ada gravity bahkan ada pola batik. Semuanya
adalah karya anak muda pemiliknya. Di bawahnya terdapat lampu neon biru yang
menambah sangar tampilannya. Ada juga
yang merah, hijau tergantung selera pemilik. Para pemilik mobil biasanya duduk
bersantai diatas kap mobil. Mereka akan menjaga betul mobilnya, jika ada yang
datang mereka mempersilahkan untuk mengamati, namun mereka tetap waspada.
Kebanyakan mesin mobil mereka sudah
dimodifikasi untuk race jadi sudah
bukan hal yang menakjubkan kecepatan di atas seratus empat puluh km/j.
Zaskia
menatap Alwi dengan penuh perhatian. Dia memandang muka Alwi dalam-dalam
berusaha menelusuri setiap rahasia lekuk wajahnya. Zaskia membandingkan wajah
Raihan dan Alwi, terdapat banyak perbedaan. Namun, dalam satu hal mereka
memliki pola pikir yang mirip. Keduanya bagai raja dan pangeran balap. Dalam
dunia sekolah mereka juga mempunya intelegensi yang hampir tak jauh berbeda.
Tatanan rambut mereka juga sama, asimetris emo.
“apa kamu nggak punya teman perempuan
han?”. Tanya Zaskia.
“ya punya kak”. Jawab Raihan.
“kenapa nggak kamu ajak?”. Tanya
Zaskia penasaran.
“aku belum sepenuhnya percaya pada
dia”. Terang Raihan. Alwi tersenyum. Sama
seperti aku waktu masa SMA. Gumam Alwi.
“kenapa ?”. Zaskia heran. “kamu punya
masalah?”. Lanjutnya.
“zaman sekarang ini sudah nggak ada gadis yang dapat
dipercaya seratus persen”. Terang Raihan. Alwi kembali tersenyum mendengar
pernyataan adiknya. Betul....betul.
gumam Alwi. Zakia mencubit pinggang Alwi. “aduh.....”. teriak Alwi.
“senyum-senyum sendiri”. Zaskia kesal. Alwi meringis.
“sudahlah kak itu masa lalu”. Raihan
cuek.
“ayolah...cerita sama kakak, barang
kali kakak bisa bantu”. Suara lembut Zaskia mampu menyihir Raihan untuk tunduk
padanya.
“baiklah”. Raihan menhela nafas.
“berawal dari pacarku terdahulu...aku mencintainya dengan sepenuh hati, apa
yang ia inginkan selalu aku beri, namun dia sering marah padaku lantaran hal
yang tak jelas, pada akhir kelas satu SMA dia memutuskan untuk berpisah,
padahal aku masih mencintainya”. Tutur Raihan.
“kamu dikhianati?”. Tanya Alwi.
“jelasnya”. Jawab singkat Raihan. “wah
kurang ajar tuh cewek, nggak usah pacaran lagi!” . Alwi tegas.
“memang sudah aku putuskan untuk tidak
pacaran dan aku sudah nggak mau kontak dengan gadis manapun”. Terang Raihan.
“hey...bukan begitu caranya...”.
sergah Zaskia.
“itu sama saja kamu nggak memberi
orang lain untuk mencoba mengenalmu”. Tambahnya. Alwi terdiam. Ia merasa lebih
baik membiarkan Zaskia memberi nasihat pada Raihan.
“lalu bagaimana”. Raihan mengharap
kejelasan.
“jika kamu nggak mau dekat dengan
gadis lagi, fine it’s okey, tap jangan kamu halangi mereka untuk mengenalimu.
Jangan seperti kakakmu waktu SMA dulu, yang bisanya hanya buat gadis menangis”.
Zaskia melirik pada Alwi. Alwi tersenyum.
“memangnya kak Alwi seperti itu ya
dulu?”. Tanya raihan penasaran. “iya”. Zaskia menghela nafas. “bahkan lebih
parah darimu”. Tutur Zaskia. “tapi semua itu bisa berubah kok, iya kan wi?”.
Zaskia melempar penguatan pada Alwi.
“iya, jika nggak ada Zaskia mungkin
aku nggak akan seperti ini”. tutur Alwi.
“maksudnya?”. Raihan bingung.
“begini han, Zaskia datang
mendekatiku, mencoba mengenal dan memahami semua tingkahku, pada awalnya aku
tak begitu peduli, tapi lama-lama aku kasihan juga melihat usahanya yang tak
kenal lelah mengimbangiku”. Tutur Alwi.
“apa kamu nggak punya sosok gadis
seperti Zaskia ini?”. timpal Alwi. Raihan terdiam, mencoba mengingat kembali
apa dia punya sosok gadis yang ingin tahu tentang dirinya. Lama ia berpikir
akhirnya ia menemukan jua.
“iya aku punya”. Jawab Raihan.
“siapa?”. Tanya Zaskia dan Alwi hampir
bersamaan.
“Asya...dia gadis yang berkarakter
mirip dengan kak Zaskia.”. terangnya.
“kapan-kapan ajak dia keluar malam
minggu untuk menemuiku ya?”. Ujar Zaskia.
“aku usahain”.
Malam
semakin larut, angin malam berhembus lembut menerpa wajah-wajah kaum muda.
Lampu-lampu gedung apartemen mulai dimatikan. Zaskia Alwi dan Raihan masih
bercengkrama tentang hal-hal yang mereka lalui. Mobil mereka saling berdekatan
ferari merah dan honda civic putih, perbedaan warna yang kontras, namun tidak
mengapa karena pada dasarnya pemilik mereka memiki karakter yang mirip.
Suasana
pusat kota masih belum surut. Suara-suara mobil berderu-deruu melanjutkan lomba
drag hingga jam tiga pagi. Lomba itu mulai jam sembilan malam dan selesai jam
tiga pagi. Dari kejauhan mobil-mobil sport itu bagai mobil mainan yang
dijajakan di pasaran. Raihan masih bercengkrama dengan Alwi.
“coba kamu ceritakan lagi kehidupanmu
di sekolah, aku ingin mengenang kembali masa-masa SMA-ku”. Pinta Alwi.
“panjang kak..malas aku, ceritaku
nggak ada yang menarik..percayalah”. Raihan menolak.
“kenapa kakak nggak cerita tentang kak
Zaskia saja?”. Timpal Raihan.
“kenapa kamu jadi balik nyuruh aku
yang crita gitu?”. Alwi mengambil minuman.
“aku ingin tahu”.
“aku nggak mau”. Alwi menolak.
“baiklah biar aku yang cerita”. Zaskia
menengahi.
“Alwi dahulu sifatnya angkuh, dia
nggak suka dengan orang yang menghalang-halangi keinginannya”. Tutur Zaskia.
“betul”. Sahut Alwi.
“dia itu nggak suka hidupnya diatur
oleh orang yang baginya tidak cocok untuk mendampingi dirinya”. Sambung Zaskia.
“betul”. Sahut Alwi.
“kakakmu itu pemberani, dia selalu
menjadi ujung tombak teman-temannya kala ada kesulitan. Dia itu multy talent.
Bukan hanya dalam akademis, tapi dia juga berbakat dalam bidang olahraga pencak
silat. Dia pernah menjuarai perlombaan pencak silat antar kota se-provinsi”.
Sambung Zaskia.
“betul lagi”. Sahut Alwi. Raihan hanya
geleng-geleng kepala dengan ulah Alwi.
“satu hal yang belum Alwi lakukan”.
Zaskia memotong sendiri kalimatnya.
“apa itu kak?”. Tanya Raihan.
“dia nggak pernah jujur dengan
persaannya sendiri”. Tutur Zaskia. Sontak Alwi tersetak. Ia menghampiri Zaskia.
Keduanya saling bertatapan. Alwi memegang tangan Zaskia. Alwi menatap Zaskia
dalam-dalam.
“ketika kau marah kau kelihatan begitu
cantik, walau kadang selalu mengesalkan kau selalu bertanya apa yang kau pikirkan wi, dan penuh curiga ku tahu kau sangat menyayangiku
dan takut kehilanganku, begitupun kau selalu memaafkan segala salahku. Kasar
marah padamu kau lupakan itu. Meski tak ada kata cinta terucap sekedar memberi
kebahagiaan padamu tapi ketahuilah.” Alwi memotong kata-katanya.
“apa wi...katakan”. nada Zaskia
lembut.
“tapi hatiku masih milikmu, tak ada
selainmu di hatiku”. Sontak Zaskia bahagia bercampur haru dibuatnya. Ia sangat
bahagia sekali, senyum manis keluar dari bibirnya. Alwi mendekat.
“hatiku masih milikmu”. Alwi
membisikkan kata itu di telinga kanan Zaskia. Zaskia mematung, membiarkan
kata-kata itu merasuki tubuhnya berjalan sejalan dengan aliran darah dan
menjadi bagian dari tubuh. Perlahan air mata Zaskia menetes. Alwi menghapusnya
lembut. Zaskia tersenyum kembali. Air mata itu bukan air mata kesedihan
melainkan air mata kebahagiaan. Raihan hanya diam, dia terpaku. Dalam hati ia
iri dengan kakaknya, namun apalah daya. Ia tak punya siapa-siapa. Zaskia
melirik Raihan.
“kemarilah han”. Tangan Zaskia meraih
kepala Raihan bersama tetesan air matanya. Zaskia medekap kepala Raihan.
“berjuanglah han, berjuangalah
yakinlah kau akan dapatkan apa yang kau inginkan. Percayalah masih ada di sana
seorang gadis yang baik dan cocok untukmu”. Tutur Zaskia, keduanya saling
berpelukan larut dalam tangis kekeluargaan. Alwi memeluk keduanya.
Kekuatan
kekeluargaan akan mampu menghancurkan benteng kesedihan sebesar apapun
kesedihan itu.
The Joker
Udara
pagi terasa segar di OLIVER, embun tipis masi menyelimuti bunga-bunga di taman
OLIVER. Gedungnya menjulang tinggi dengan berbagai macam aktifitas yang
ditampungnya. Nita bersama dua sahabatnya tengah asyik ngobrol.
“eh gue denger mau ada anak pindahan lagi”. Ujar Mia.
“loe
serius”. Nita kaget. “cowok apa cewek?”. Timpalnya.
“menurutt kabar angin sih cowok”. Ujar
Mia santai.
“dia dari sekolah mana?”. Nita
tertarik.
“dari SMA KARDIKAL”.
“bukannya itu sekolah ternama nomor
dua di negeri ini?”. Nita meyakinkan.
“memang iya...?”. jawaab Mia.
“kenapa dia pindah ke sini...?”. Nita
heran. “padahal kan di sana da banyak fasilitas yang lebih elite dari sekolah
kita, gerbangnya saja memiliki sensor”. Timpal Nita.
“gue juga nggak ngerti nit”. Mia
geleng-geleng kepala.
“eh eh tuh, tuh liat”. Nita menunjuk
seorang cowok keren berjalan menuju kantor. “apa dia anak baru itu?”. Tanya
Nita.
“mungkin.....”. Mia tak tertarik.
“kok loe cuek banget sih hari ini”.
Nita kesal.
“gue Cuma bad mood aja kok”. Mia
berlalu pergi.
Cowok
keren itu masuk kantor. Menanyakan kelas mana dia di tempatkan. Rambutnya
terkesan biasa, namun ada hal lain yang menarik dari rambutnya, warnanya biru
kehitam-hitaman. Kedatangannya membuat buah bibir di kalangan siswi OLIVER. Dia
mampu menyihir seluruh siswi OLIVER terkesima. Cara berjalannya khas. Berbadan
tinggi atletis. Di tangan kirinya terdapat sebuah jam berwarna silver cool.
“eh liat deh...jam tangannya itu lho, gue banget...”. celoteh salah satu siswi
kelas sebelas ipa a. Raihan tak merespon dengan kedatangan murid baru itu. Asya
memperhatikannya dari sisi kelas yang lain, ia memandan Raihan penuh dengan
sifatnya yang dingin. Tak mau mengerti tentang keadaan.
Ada apa denganmu han, mengapa kamu seperti
gusar begitu? Adakah hal yang membuatmu tak nyaman. Gumam Asya. Asya
mendekati Raihan.
“han...”. panggilnya lembut. Raihan
tak menjawab. Ia membuang pandangannya ke luar jendela.
“apa kamu masih belum bisa nerima
aku?”. Tanya Asya polos. Sama sekali Raihan tak menanggapi.
“sudah dua minggu kita berangkat dan
pulang bareng, kenapa kamu masih seperti ini?”. suara Asya mulai getar. Raihan
tetap terdiam. Tak mengeluarkan sepatah kata apa pun.
“baiklah han, terserah kamu”. Asya
berlalu dari Raihan, dia menahan air mata. Ia membawa pergi rasa kecewanya
memendamnya dalam-dalam. Asya mencoba untuk tetap tegar. Dia takkan menyerah
hanya karena sifat dingin Raihan. Rasa penasaran memaksanya untuk tetap
berpijak pada pendiriannya. Tak ada batu
yang tak retak, begitu juga hati. Tak ada hati yang tak kan luluh. Gumam
Asya.
Ma’afin gue
sya, gue belum bisa nerima kamu. Aku tak ingin aku terkhianati lagi. Sebenernya
gue percaya sama kamu, tapi itu belum sepenuhnya. Butuh waktu sya, butuh waktu. Raihan menengokkan kepalanya ke arah
Asya, sesaat mereka beradu pandang. Dalam diri mereka menyimpan sesuatu yang
tak ingin mereka ketahui satu sama lain. Raihan terlalu angkuh untuk mengakui
Asya. Sebaliknya, Asya sangatlah sabar menanti keterbukaan Raihan.
Sebagian
siswa memasuki kelasnya masing-masing. Nita terhenyak saat merasakan sebuah
sentuhan di pundaknya. Ia menoleh ke belakang. Ia dapati sosok yang pernah ia temui
sebelumnya tapi ia lupa siapa
“ada apa?”. Nita sedikit gemetar
memandang pesona cowok itu.
“kelas sebelas ipa a dimana ya?”.
Tanya coker itu. Cowok keren.
“di..di.. sini..”. Nita menunjuk kelas
yang hendak ia masuki.
“oh, terima kasih. Bukankah kita
pernah bertemu sebelumnya?”. Coker itu membuat jantung nita berdetak kencang.
“ka...kapan?”. Nita gugup dibuatnya.
“loe lupa ya? Gue cowok yang elo
tolong waktu di mall pusat kota”.
“jad..jadi..e..elo rasya...”. Nita
masih gugup.
“iya...gue rasya..elo nita kan?”.
Rasya menebar senyum. Sontak Nita tersenyum lebar. “sudah lama nunggu
kedatangan loe ras”. Nita bahagia. “akhirnya loe datang juga”. Mata Nita
berkaca-kaca.
“sesuai dengan janji gue nit, saat
kita bertemu di taman kota malam minggu itu, jika dalam waktu empat bulan kita nggak bertemu lagi berarti loe bukan
pendamping gue”. Ujar Rasya.
“dan
jika kita bertemu dalam waktu kurang empat bulan maka kita jadian di tempat dan
di waktu itu juga”. Sambung Nita.
“jadi gimana menurut loe?”. Tanya
Rasya.
“gimana menurut gue?, gue mau aja”.
Nita tersenyum. Rasya tersenyum.
Syukurlah jika loe sudah punya pendamping
baru. Gumam Raihan. Gue dah nggak
butuh loe lagi han. Gumam Nita.
Bel masuk berbunyi.
Seluruh
siswa duduk di bangkunya masing-masing. Rasya duduk bersebelahan dengan Nita.
Asya tertegun melihatnya. Ia melihat bangku kosong di sebelah Raihan. Dia maju
kedepan.
“boleh aku duduk di sini?”. Tanya
Asya. Raihan tak menjawab, hanya menganggukkan kepala. Satu langkah awal terlaksana. Gumam Asya.
Bu
Salma masuk kelas, ia menyapa murid-muridnya. Sebelum ia membuka pelajarannya
ia meminta Rasya untuk memperkenalkan dirinya.
“kamu anak baru, silahkan perkenalkan
dirimu.”. Ujar Bu Salma. Rasya maju ke depan.
“perkenalkan nama gue rasya, murid
pindahan dari SMA KARDIKAL, sekian terima kasih”. Perkenalan singkat dari
Rasya. Raihan sama sekali tak merespon. Apa
yang engkau pikirkan han....?katakanlah.. gumam Asya.
**********
Kehadiran
Rasya membuat Nita semakin mudah berbuat jahat pada Asya dan Raihan. Setiap
hari Rasya membuat jebakan untuk Asya. Dengan jebakan yang berbeda. Hari ini
Rasya merencanakan jebakan untuk Asya. Rasya meretakkan salah satu kaki kursi
Asya. Ia berencana ingin membuat jatuh Asya. Nita membantu niat buruknya. Ia
sediakan alatnya dan membiarkan Rasya mengerjakannya.
Asya
datang. Rasya dan Nita segera kembali ke tempat duduknya. Bersikap seolah tak
melakukan apa-apa. Asya tak menyadari jebakan Rasya. Ketika Asya duduk.
“kraak”. Kaki kursi yang Asya duduki patah dan membuatnya jatuh, tangannya
tergores paku yang Rasya sengaja tonjolkan. Tangannya berdarah. Belum cukup itu
saja. Lantai tempat Asya jatuh telah diberi lem oleh Rasya. Raihan melihat
kejadian itu menjadi iba. Ia marah, tapi tak ia perlihatkan ekspresinya.
“berdirilah sya”. Pinta Raihan.
“nggak bisa han, sakit tangan gue.
Lengket laintainya.”. desah Asya.
Raihan terdiam sejenak. Dia meminta
revan untuk mengambilkan sebotol bensin dan peralatan P3k. Tak banyak ucap
Revan segera mengambilkan permintaan Raihan.
“ini han”. Revan memberikan sebotol
bensin. Perlahan Raihan menuangkan bensin di tempat Asya jatuh. Menunggunya
sebentar lalu membopoh Asya naik.
“hahaha liat tuh si Asya, kenapa
dengan roknya?”. Tawa Nita. Raihan tak menghiraukan tawa Nita.
“ulurkan tanganmu”.pinta Raihan. Asya
mengulurkan tangannya. Perlahan Raihan mengoleskan obat anti septik ke
lengannya dengan kapas. Mata Asya melihat ketulusan pada diri Raihan. Kamu baik juga han. Gumam Asya. Gue juga punya permainan buat loe rasy .
Gumam Raihan menahan emosi.
“nggak perih kan?”. Tanya Raihan.
“nggak han, makasih ya”.
“keterlaluan banget sih tu anak”.
Gerutu Sheila tiba-tiba menghampiri dari luar kelas.
“sudahlah, gue punya rencana buat
mereka”. sahut Raihan.
“jangan balas mereka han”. Suara Asya
lembut.
“sudahlah, aku sudah muak melihat ulah
mereka, licik harus dilawan dengan licik, dia itu bagai joker yang penuh
siasat”. Ujar Raihan. Sheila dan Revan mengangguk setuju.
“tapi han....”. Asya mencoba membujuk.
“sudahlah, apa yang Raihan lakukan itu
untuk kebaikanmu”. Sheila memotong. Asya terdiam menurut. “baiklah”.
“aku tahu tadi dia mengempes ban
mobilku”. Ujar Raihan.
“trus loe diem aja han?”. Sahut Revan.
“nggak lah, gue copot ban mobil Rasya
dua buah. Mereka nggak akan bisa pulang”. Tutur Raihan.
“lalu bagaimana dengan ban kempesmu?”.
Tanya sheila.
“tenang gue udah bawa pemompa otomatis”.
Jawab Raihan santai.
“licik loe han hahahahaha”. Revan
tertawa geli. Sheila tersenyum. Asya hanya diam.
“kamu aman bersamaku sya”. Ucap Raihan
memegang dagu Asya.
Apa ini yang dimaksud aku akan membutuhkan Raihan...jika iya , aku
memang butuh saat ini. gumam Asya. Asya tersenyum.
“aku bertanggung jawab atas
keselamatan, harga diri dan reputasimu sya”. Kata Raihan tegas. Sheila dan
Revan mendengarkan dengan seksama.
“semalam kakek berkata padaku, kelak
aku akan membutuhkanmu, sebenarnya aku tak langsung percaya, tapi karena kakek
memaksa. Aku pun menurut”. Tutur Raihan.
Sejuauh itukah han?. Gumam Asya.
“nggak perlu sejauh itu han”. Respon
Asya.
“sudah terlanjur aku sepakati dengan
kakek, apapun konsekuesinya aku harus tetap jalani”. Raihan menegaskan.
“baiklah han”. Asya menurut.
Bel akhir sekolah berdering.
Raihan
segera membawa Asya ke parkir. Raihan meminta Asya untuk berakting shock mendapati ban mobilnya kempes.
Asya menurut.
“han, coba lihat deh”. Asya memanggil
Raihan.
“ada apa?”. Raihan mendekat.
“banmu kempes”. Asya berakting panik.
“apa....kenapa bisa kempes? Apa bocor,
kurasa tidak”. Cepat-cepat Raihan mengambil pompa otomatis. Ia pasangkan pada
ban bocor. Dalam sekejap, ban itu telah terisi oleh angin. Raihan tersenyum.
“let’s go”. Ajak Raihan. Asya segera
masuk mobil Raihan. Rasya dan Nita mengamati dari kejauhan merasa kesal karena
rencannya gagal. Akhirnya mereka pun kembali menemui mobilnya. Betapa terkejut
Rasya saat mendapati dua roda depannya hilang tanpa jejak. Ia merasa jengkel.
“sial raihan sudah mulai bermain”.
Gerutu Rasya.
“apa......kita nggak bisa tinggal
diam”. Nita menimpali.
Meskipun
begitu mereka tetap tidak bisa pulang karena kehilangan dua roda sekaligus.
Mereka terlalu malas untuk mencari. Hari semakin panas. Matahari memancarkan
sinarnya dengan sangat terik. Angin panas menerpa muka mereka berdua. Alam
seakan tak bersahabat dengan mereka.
“uhh.....awas loe han”. Gerutu Rasya.
Sebagian
orang berpikir bahwa mereka tidak akan
Mendapat
dampak dari perbuatan mereka,
Padahal
setiap pekerjaan mempunyai
Imbas
bagi pelakunga
The Accident
Semakin
lama, perang antara Raihan dan Rasya semakin memanas. Mereka masih bersikukuh
untuk tidak mau mengalah, maklum cowok. Di sekolah mereka akan selalu adu
siasat, beradu taktik. Sebenernya gue
sudah capek, tapi gue udah muak ngelihat ulah mereka. gumam Raihan.
“han sarapan dulu”. Panggil ibu dari
bawah.
“iya bu”. Sahut Raihan. Kenapa firasat gue nggak enak hari ini,
permainan apa lagi yang loe rencanain rasy. Raihan mengaca pada cermin
mewah.
“cepet nak, sudah siang.....”. teriak
Ibu dari bawah. Raihan segera turun.
“pagi bu”. Sapa Raihan. “mana ayah dan
kakek?”. Tanya Raihan.
“mereka di taman”. Jawab ibu. “sudah
cepat sarapan”. Ibu menyodorkan satu piring nasi goreng. Raihan segera
memakannya sesendok demi sesendok. “ini minumnya”. Ibu memberikan segelas susu.
“thaaar”. Tangan tangan Raihan tanpa sengaja menjatuhkan gelas itu.
“aduh...kenapa dijatuhin rai”. Ibu Raihan segera membereskannya. “ma’af bu”.
Raihan memelas. “sudah lanjutin sarapannya”. Ibu kembali ke dapur. Pertanda buruk apa lagi ini. gumam
Raihan. Raihan melanjutkan makan. Ibu kembali dengan membawa segelas air putih,
ia meletakkannya di sampping Raihan.
“awas hati-hati”. Pinta ibu. Raihan
segera meneguk minumannya habis. “Rai berangkat bu”. Raihan pamitan.
“bug...”. Raihan terpeleset ketika
hendak keluar dari rumah.
“aduh...ma’af den, lantainya masih
basah”. Ujar pembantu Raihan.
“nggak apa-apa kok bi, nggak ada yang
basah kok”.
Raihan
segera mengambil mobilnya di garasi. Lalu berangkat menjemput Asya. Raihan
memacu mobilnya dengan cepat, diatas seratus km/j. Dalam beberapa menit ia
sampai di rumah Asya. Asya telah berdiri menunggunya di samping rumah. Asya
tersenyum.
“pagi han”. Sapa Asya masuk mobil
Raihan.
“pagi”. Jawab Raihan kurang
bersemangat.
“kenapa kamu kurang bersemangat gitu
sih, nggak suka ya njemput aku setiap hari?’. Tukas Asya.
“firasatku nggak enak sya”. Ujar
Raihan.
“ceritakan padaku han”. Pinta Asya.
“nggak bisa aku omongin”. Raihan
menekan pedal gas.
“tidak bisa di ungkapkan kata-kata”.
Tambahnya.
“baiklah han, tapi positive thingking-lah” nasehat Asya.
“iya”.
Raihan
memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hanya dalam beberapa menit ia sampai
di sekolah tercintanya. Ia segera
memarkir mobilnya. Lalu berjalan ke kelas.
“han tunggu”. Asya mengejar dari
belakang. Kedatangan Raihan disambut oleh Revan. Mereka bertiga berjalan bareng
ke kelas.
Di
kelas, Rasya telah menyiapkan jebakan untuk Raihan. Silahkan nikmati pagi indahmu han, hahahahaa. Gumam Rasya. Nita
tersenyum kecil di sampingnya.
“kalo loe semua ada yang berani
nulungin Raihan, loe semua juga bakal kena hal yang sama”. Ancam Rasya pada
seisi kelas. Seisi kelas diam ketakutan, kecuali Sheila. Ia tak memperdulikan
ultimatum itu. Dia pikir dia siapa.
Gumam Sheila. Sheila tersenyum mencibir.
“eh ngapain loe senyum-senyum
sendiri”. Teriak Nita. Sheila tak menjawab. Ia membuang pandangannya.
“eh gue lagi bicara sama loe ya, dengerin
gue ya”. Bentak Nita.
“nita...nita...loe pikir loe siapa?
Asal loe tahu...gue nggak bakal takut sama loe, apa lagi anak baru yang sok
itu”. Sheila melirik Rasya. Dari luar kelas tampak Raihan akan masuk.
“han awas....di atas loe”. Peringatan
Sheila. Raihan berhenti seketika. Ia menatap ke atas pintu. Di sana telah
tersedia bak air yang entah apa isinya. “bruuaaaaak”. Raihan menendang pintu
itu. Raihan masuk. Asya dan Revan
mengikuti dari belakang. Raihan mengacungkan jempol. Memberi isyarat terima kasih
pada Sheila. Sheila tersenyum.
“apa??loe nggak terima??loe marah?
Marah aja”. Tantang Sheila Rasya. Rasya hendak menampar Sheila, tangan kanannya
terangkat sebuah ayunan bersiap menukik di pipi halus Sheila. Sheila pasrah, ia
menundukkan kepala, matanya terpejam.
“kalo berani jangan sama gadis loe”.
Revan menahan tamparan Rasya. Revan.....gumam
Sheila, membuka matanya perlahan. Ia dapati Revan tengah berdiri di samping
Rasya, menahan tangan Rasya kuar-kuat. Nita terperangah.
“rasy cukup! Musuh loe di sini Cuma
gue....!hadepin gue!”. Suara Raihan menggelegar. Rasya tersentak mendengar
teriakan Raihan.
“oke...kalo loe mau jadi sok pahlawan,
gue ladenin”. Jawab Rasya santai, melepaskan tangannya dari cengkraman Revan.
Seisi kelas tegang. Asya khawatir, cemas, ia takut terjadi apa-apa dengan
Raihan. Han, jangan berlebihan...aku
takut han, aku takut. Gumam Asya. Raihan dan Rasya saling bertatapan.
Terlihat dari mata keduanya sebuah kekuatan yang besar. Dua aura yang
berlawanan. Aura merah dan hitam. Tangan mereka mengepal. Jarak mereka llima
meter jauhnya. Namun getaran power
sangat terasa, panas. Jantung mereka terpacu lebih kencang. Darah mereka
mengalir lebih cepat. Mata mereka bertarung di awang-awang angin.
“buktikan jika loe memang jantan”.
Tantang Raihan. Seisi kelas menegan. Mereka kahawatir Raihan dan Rasya akan
berduel.
“tenang aja gue akan buktiin”. Respon
Rasya.
**************
Bel
pulang sekolah berdering. Semua siswa berhamburan pulang. Raihan mencium bau
jebakan. Kali ini trap apa lagi yang akan
ia gunakan. Gumam Raihan. Asya sedari tadi mengamati tingkah laku Raihan
yang tak menentu menjadi bingung.
“han, ada apa sih?”. Tanya Asya
lembut.
“nggak apa-apa, firasat gue nggak
enak”. Tutur Raihan. Dari kejauhan mereka di awasi oleh Nita dan Rasya.
“kamu bulang bareng sheila aja ya?”.
Pinta Raihan.
“kenapa?”.
“aku nggak mau kamu terlibat”. Ungkap
Raihan.
“aku ingin tetap berada di sampingu
han”. Asya memelas.
“kali ini saj sya, biarkan aku
sendiri. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu”. Raihan memegang pundak Asya.
“she..bawa Asya pulang, pastikan dia
sampai di rumah ya”. Pinta Raihan.
“van gue titip Asya”. Raihan berlalu
pergi tanpa mengucapkan kata lagi. Dia melangkah menju mobil.
Dari
kejauhan Nita dan Rasya masih mengawasi. Mereka masih membuntuti Raihan pergi.
“sial, kita nggak bisa nyelakain
Asya”. Gerutu Nita.
“nggak apa-apa, paling tidak kita bisa
nyelakain Raihan”. Ujar Rasya. Keduanya tersenyum penuh kemenangan.
“udah loe siapin semuanya?”. Nita
memastikan.
“udah, tinggak shownya aja”. Jawab Rasya.
Raihan
menyalakan mesinnya. Ia merasa ada yang tidak beres. Ini mungkin hanya firasat gue. Gumam Raihan. Raihan tetap
menjalankan mobilnya. Ia membawanya keluar dari are sekolah. Rasya dan Nita
mengikuti dari belakang. Mungkin ada
sesuatu dengan rem gue. Raihan mencoba remnya. “sreet”. Tak terdeteksi
maslah. Raihan melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan muncul firasat. Mungin dengan torsi mesin gue, atau piston.
Sangka Raihan. Raihan mengujinya dengan menambah kecepatan. Angka jarum
menunjukkan seratus dua puluh. Tidak
terjadi apa-apa, tapi firasat gue
mengatakan ada yang tidak beres. Raihan menambah kecepatan hingga seratus
empat puluh.
“oke nita it’s show time”. Rasya yang
sedari mengikuti dari belaknag menekan sebuah tombol. Nita tak sabar ingin
melihatnya.
“nggak terjadi apa-apa rasy? Kok nggak
meledak sih?”. Nita heran.
“memang tidak tapi lihatlah”. Rasya
menunjuk kearah depan.
Mobil Raihan melaju dengan sangat
kencang. Saat hampir tiba di perempatan lampu merah Raihan ingin menekan pedal
rem. Tapi ia kaget, pedal remnya tak berfungsi. Reflek Raihan membanting stir
ke kanan untuk menghindari mobil yang berhenti di depannya. tanpa ia sadari
dari arah yang berlawanan muncul mobil dengan kecepatan tinggi.
“brruaaaak......thar.....”. tabrakan
pun tak terhindarkan. Rasya dan Nita
tersenyum puas. Semua orang berlarian menuju kejadian itu. Raihan tak sadarkan
diri. Darah segar mengucur dari dahinya. Salah seorang secara reflek memanggil
ambulan, sebagian dari mereka menolong Raihan semampu mereka. sopir mobil yang
menabrak Raihan tidak terluka parah hanya luka gores di lengannya karena
mobilnya dilengkapi air bags. Tubuh
Raihan remuk.
Dalam
beberapa menit ambulans datang. Raihan dibawa masuk oleh petugas. Ambulan itu
segera melesat, berpacu dengan waktu. Waktu terus mencekik keselamatan Raihan.
Di tangan sopir ambulan itu nyawa Raihan dipertaruhkan, terlambat sedikit saja
nyawa Raihan melayang. Darah terus mengalir, tim medis yang ada di ambulan
berusaha membekukan darah yang keluar dengan peralatan seadanya.
Tak
berselang lama Asya datang di tempat kejadian itu.
“eh..eh..lihat deh, itu kan mobilnya Raihan”.
Ujar Asya.
“mana-mana?”. Revan berusaha mencari.
“apa yang terjadi?”. Asya panik.
“sebaiknya kita turun sekarang”.
Sheila menimpali.
Mereka bertiga mendatangi tempat
kejadian itu, mereka mendapati mobil Raihan hancur. Di mana Raihan. Asya khawatir.
“ma’af dek, apa adek temannya anak
yang kecelakaan ini?”. tanya salah seorang laki-laki tua.
“iya”. jawab Asya.
“sebaaiknya adek cepat kesana”.
Menunjuk arah pusat kota. “ke rumah sakir pusat kota, teman adek benar-benar
terluka parah”. Sambungnya. Sontak Asya menangis. Air matanya meleleh di
reramaian kota. Sheila dan Revan membawanya kembalimsu mobil. Sheila merasakan
apa yang Asya rasakan.
“shel.....raihan shel.....raihan..”.
Asya menangis tersedu-sedu.
“tenang sya...gue yakin dia pasti
baik-baik aja, dia sudah berada di tangan yang tepat”. Sheila berusaha
menenangkan Asya.
“sialan tuh rasya. Keterlaluan banget
dia”. Gerutu Revan.
“udahlah...sekarang kita ke rumah
sakit pusat aja”. Ujar Sheila. Revan mengangguk.
Mereka
bertiga menyusul Raihan ke rumah sakit kota.
**********
Dalam
beberapa menit sampailah mereka di METRO MEDICAL, rumah sakit pusat. Asya segera
berlari masuk. Dalam fikirannya hanya terbayang Raihan. Tetes air matanya mulai
membasahi pipi. Raihan.... hati Asya
menangis. Ia terus berlari kakinya dengan setia mengantarnya menuju UGD.
Namapak sosok dengan baju putih dan sebau stetoskop berdiri di depan pintu UGD.
Sosok itu menghentikan Asya.
“adek tunggu saja di sini”. Pinta
orang itu.
“tap..tapi dia temanku dok”. Asya
memelas. Tangan orang itu menahan Asya kuat-kuat.
“adek yang sabar ya, kami akan lakukan
pemeriksaan dulu”. Ujar bijak orang itu.
“sya...sya sabar sya...”. sheila
menghampiri, membawanya duduk di kursi tunggu.
“saya permisi”. Dokter itu masuk ruang
UGD. Hati Asya semakin berkecamuk. Sedih, marah dan sesal bersatu padu dalam
hatinya. Memaksa andrealin untuk memompa darah lebih cepat. Sheila memngusap
wajah Asya lembut. Asya berusaha menata kembali nafasnya.
“loe tenang ya sya.....”. pinta
Sheila. Asya mengangguk. Tak berselang lama Revan datang membawa minuman.
“ini minum dulu”. Tawar Revan. Sheila
memberikannya pada Asya. Asya menggeleng, ia terlalu khawatir untuk meneguk
seteguk air saja.
“loe jangan bikin kita panik dong
sya”. Ujar Revan.
“ma’afin aku shel, van....”. Suara
Asya lemah.
“loe minum dulu ya....”. bujuk sheila. Asya mengangguk.
Diambilnya sebotol minuman dingin itu, lalu meneguknya.
“begitu lebih baik sya”. Sheila mulai
tenang.
“shel...gue mau bicara”. Kata Revan.
“iya sebentar”. Sheila bangkit. Mereka
berdua berjalan ke koridor rumah sakit. Menghilang dari pandangan Asya. Setelah
mereka aman baru mereka bicara.
“gue nggak rela atas perlakuan Rasya
pada Raihan. Gue pengen bales dia”. Gerutu Revan.
“iya, gue juga, tapi kita bisa apa?”.
Sheila balik tanya.
“si joker itu punya banyak taktik”.
Revan memandang dalam-dalam waajah Sheila.
“kita nggak bisa lakuin apa-apa van”.
Sheila pasrah.
“ayolah...come
on baby jangan nyerah gitu dong”. Revan sedikit kecewa mendapati respon
sheila.
“lalu kita harus berbuat apa?”.
“gue juga bingung shel”.
“loe aja bingung, apa lagi gue”.
Sheila kesal.
“satu hal yang bisa kita lakuin”. Ujar
Revan.
“apa itu?”.
“kita jaga Asya, amanat terakhir
Raihan, dia nitipin Asya ke gue”. Tutur Revan. Sheila tersenyum.
“ide yang bagus”. Respon Sheila.
Mereka bersalaman.
Di
lain sisi, Asya tengah terduduk lesu. Dalam hatinya ia memaki dirinya sendiri. Kau gagal sya, kau gagal menjaga Raihan.
Suara dari dalam hatinya memakinya. Kamu
nggak pantas bersanding dengannya. Tambah suara jahat itu. Hey sya, bukan salah kamu. Itu kecelakaan.
Suara bijak berkata. Yang perlu kamu
lakuin hanya menjaganya setelah ini sya, kecelakaan itu di luar pengetahuan
kamu sya. Percayalah. Timpalnya. Asya menyeka air matanya. Ia mencoba
membangun kembali gairahnya. Dalam kesedihan, ia tak mau terlalu larut.
Tak
berselang lama keluarga Raihan datang. Ibu Raihan langsung menangis
sejadi-jadinya. Ibu Raihan langsung mendekap Asya, Asya yang baru saja berhenti
menangis, air matanya pecah lagi. Keduanya tenggelam dalam kesedihan.
“bagaimana keadaan Raihan?”. Tanya
Ayah Raihan.
“belum ada kabar dari dokter om”.
Jawab Revan.
Semuanya terdiam. Mati tak bernyawa.
Waktu seakan berjalan lebih lambat. Jantung seakan berdetak lebih lambat. Kakek
menyalakan ceruttunya. Menghisapya, santai. Seakan tak memikirkan apa pun.
“dia akan baik-baik saja”. Ujar kakek
tenang.
“kenapa ayah bisa bilang gitu?”. Ayah
Raihan heran.
“dia tak akan mati, dia punya
malaikat”. Jawabnya.
“maksud ayah?”. Ayah Raihan bingung.
“lihat saja nanti”. Kakek duduk dengan
santai.
Pintu UGD terbuka, keluar dari
dalamnya seorang dokter membawa hasil lab.
“gimana anak saya dok”. Ibu Raihan
panik. Dokter tak langsung menjawab.
Dokter itu menghela nafas.
“ibu yang sabar ya, anak ibu mengalami
lupa ingatan, tulang kaki kirinya retak, mungkin dia akan lumpuh sementara”. Ujar
dokter. Sontak ibu Raihan histeris.
“apa....??”.
“tapi tenang bu, data kami menunjukkan
intiligentnitas Raihan yang besar, lupa ingatannya bisa cepat sembuh jika
mendapat sentuhan emosional dan beberapa rangsangan dari orang yang tepat”.
Terang dokter.
“orang yang tepat itu siapa dok?”.
Tanya ibu Raihan.
“untuk masalah itu pihak medis tidak
dapat memastikan”.
“terima kasih dok”. Ayah Raihan
menengahi.
“saya permisi”. Dokter itu berlalu
dari mereka.
Sejenak
suasana hening. Mereka saling bertatapan, saling menanyakan siapakah gerangan
yang dimaksud dokter. Mereka tak menemukan petunjuk. Ayah Raihan duduk putus
asa. Ibu Raihan bingung harus berbuat apa. Revan memeluk Sheila yang sedari
tadi menahan tangis. Asya diam tertunduk. Suasana benar-benar mati. Tak sepatah
kata pun keluar dari mereka.hari semakin sore, suasana masih juga belum cair.
Raihan belum sadarkan diri. Sang kakek tetap dengan keadaan santai. Seakan tak
peduli apapun.
“bagaimana kakek bisa tenang?
Sementara kita kebingunga memikirkan siapa yang pantas merawat Raihan”. Suara
ibu Raihan getar.
“tak perlu susah-susah mencari. Kita
sudah punya orangnya”. Kalimat kakek mengundang perhatian mereka.
“siapa?”. Tanya Ibu Raihan.
“gadis itu”. Kakek menunjuk Asya. Deg. Hati Asya kaget.
Aku?apa benar aku. Asya kebingungan. Tanpa pikir panjang ibu Raihan menghampiri
Asya.
“asya...”. ibu Raihan memelas.
“iya tante”.
“tante minta kamu rawat Rai ya
sya....”. ibu Raihan memegang tangan Asya. Memohon dengan sangat mengharap.
“tap...tapi tante....”. Asya merasa
dirinya tak lagi pantas bersanding dengan Raihan.
“perlukah tante bersujud di hadapanmu
nak?”. Ibu Raihan semakin mengiba.
“tapi tante, asya nggak pantas untuk
berdampingan dengan Raihan”. Ucapnya.
“kenapa?”. Sahut ayah Raihan.
“bukankah aku ini anak orang
biasa?sedangkan Raihan kaya raya”. Tutur Asya. Sheila menangis di pelukan
Revan.
“asya tante yang menyebabkan raihan
seperti itu”. Ujar Asya.
“nggak sya, nggak. Kejadian itu sudah
takdir”. Sheika memotong di tengah tangisnya. Revan tetap mendekapnya.
“kalian akan saling membutuhkan”. Ujar
kakek sembari pergi meninggalkan mereka. Asya teringat pesan kakek terhadapnya.
“apa kamu tidak kasihan dengan Raihan
nak?”. Tanya Ibu Raihan.
“bahkan aku merasa bersalah tante”.
“kalau begitu rawatlah dia”.
“iya tante”. Asya menurut. Ibu Raihan
memeluk Asya.
“terima kasih nak”. Bisik Ibu Raihan.
Hari
semakin senja, matahari perlahan merangkak ke barat. Sinar merah membalut ufuk
barat. Angin senja bertiup sepoi-sepoi. Burung-burung kembali ke sarangnya.
Mentari semakin redup, sinarnya mulai melemah. Memberikan kesempatan orang
untuk menikmati dinginnya malam. Langitpun mulai gelap, membiarkan sinar
matahari terbenam di dalamnya. Sebagaimana Asya membenamkan rasa sedihnya di
hati yang paling dalam.
Aku akan merawatmu han, sampai kau
benar-benar sembuh. Apa pun yang akan menghalang takkan ku risauakan, dekat
denganmu adalah sebuah kehormatan bagiku. Kan ku jaga namamu harga dirimu
semampuku. Aku berjanji. Asya menatap langit dengan bintang-bintang yang
berkedip seakan memberinya semangat
untuk melalui tantangan hidup. Sheila dan Revan berdiri tepat di
belakang. Mereka berdua akan setia menjaga Asya selama Raihan sakit bahkan
selamanya, barang kali.
Asya Faithfulness
Satu minggu kemudian.
Awan
kelabu itu masih menyelimuti kota mega metropolitan. Asya masih terlarut dalam
kesedihan, dia jatuh sakit. Tubuhnya lemah. Kakinya tak kuat untuk berjalan.
Matanya serasa panas. Tapi ia teringat Raihan butuh pelayanannya.
“halo, shel”. Suara Asya lemah.
“iya, gue sendiri...ada apa sya?”.
Tanya Sheila.
“anterin aku ke rumah Raihan”. Pinta
Asya.
“tapi kamu kan sedang sakit sya”.
“sudahlah, anterin aku.....”. Asya
memelas.
“baiklah...”. sheila hanya bisa
menurut.
Sheila segera menjemput mobilnya di garasi.
Terburu-buru ia berangkat ke rumah Asya. Tungguin
aku han.. gumam Asya.
Taj
berselang lama, sebuah mobil hitam berhenti dirumah Asya. Asya segera
menghampiri walau dengan langkah yang tertatih. Sya janga paksain diri loe. Gumam Sheila.
“ayo berangkat”. Asya masuk mobil
dengan sweater biru menyelimuti tubuhnya.
“gue antar loe berobat dulu ya sya”.
Tawar sheila. Asya mengangguk. Hati Sheila sedikit lebih lega. Gue tau loe masih sedih sya, gue ngerti
perasaan loe ke raihan begitupun sebaliknya. Bersabarlah sya. Gue yakin ini
adalah ujian kalian berdua yang bisa kalian lalui bersama-sama. Berjuanglah
sya. Gumam Sheila memandang iba
Asya. Asya melawan sakit tubuhnya sendiri. Aku
harus kuat, aku harus kuat. Gumam Asya. Sheila membawa Asya ke apotik
terkenal. Ia mencarikan obat untuk Asya. Sheila tak tega melihat sobatnya itu
menderita. Baginya, penderitaan Asya penderitaannya juga.
Raihan..tunggu aku han. Gumam Asya. Sheila kembali dengan segenggam
obat di tangannya. Ia menyodorkan obat itu pada Asya.
“lebih baik kita berangkat sekarang”.
Pinta Asya.
“baiklah sya”. Sheila membawa mobilnya
melaju melintasi keramaian kota mega metropolitan. Dalam beberapa menit
sampailah dia di rumah Raihan. Asya segera masuk. Satpam mengantarkan Asya dari
belakang.
“selamat pagi tante..”. sapa Asya
ramah.
“pagi sya....”. jawab ibu Raihan. “rai
ada di kamar...sudah satnya sarapan, beri dia suapan ya sya”. Pinta ibu Raihan.
“iya tante”. Asya segera naik ke lantai dua. Ditemuinya Raihan sedang duduk
berada di kursi roda. Dia berjalan mendekat. Selangkah demi selangkah.
“han.....”. sapa Asya.
“kenapa loe datang lagi, siapa
loe?kenapa loe panggil gue han?”. Raihan membentak. Asya tetap mendekat.
Hatinya tak gentar.
“makan dulu han”. Asya membujuk.
Raihan menggeleng kepala.
“ayo lah han...”. Asya mengahadapkan
kursi roda ke arahnya. Raihan mendapati wajah Asya yang cantik. Kecantikan Asya
mampu menundukan Raihan. Asya tersenyum. Bibir manisnya berwaarna merah muda.
Lesung pipi menambah cantik wajahnya. Rambut halusnya menjadi ciri khas yang
tersendiri. Asya menyuap Raihan sesendok demi sesendok dengan sentuhan kasih di
setiap suapan. Raihan memandang Asya dalam-dalam. Kenapa loe setiap hari ada buat gue...siapa loe... gumam Raihan.
Di depan rumah.
Alwi
datang dengan Zaskia. Mereka memakai mobil honda civic. Ibu Raihan menyambut
mereka dengan suka cita. Ibu Raihan memaksakan senyum terbit di wajahnya.
“pagi tante”. Sapa Alwi ramah.
“pagi.....ini Zaskia ya” Ibu Raihan
menyalami Zaskia.
“iya tante. Saya Zaskia”. Respon
Zaskia.
“wah..sudah besar ya sekarang.
Semester berapa Zas?”. Tanya ibu Raihan.
“sama dengan Alwi tante”. Jawab
Zaskia.
“semester empat tante”. Sahut Alwi.
“oh ya tante, ma’af ya baru bisa njenguk Raihan..ada kerjaan di rumah”. Terang
Alwi.
“oh, nggak apa-apa kok”. Ibu Raihan
merespon.
“ngomong-ngomong dimana Raihan?”.
Tanya Alwi.
“di kamar wi, samperin aja”.
Alwi
mengajak Zaskia naik keatas tangga, menuju kamar Raihan. Saat hendak masuk
kamar mereka terperangah mendapati sosok gadis muda tengah menyuapi Raihan.
Gadis itu menghentikan pekerjaannya. Ia melangkah mendekat. Zaskia tertegun
melihat sosok gadis seanggun dia. Cara berjalan yang khas. Mata yang berbinar.
Pipi yang ranum. Raambut yang terurai indah. Senyum yang khas. Semua itu belum
pernah Zaskia sebelumnya.
“kalian siapa?”. Tanya Asya lembut.
“aku Alwi, kakak sepupu Raihan”. Jawab
Alwi.
“aku Zaskia”. Zaskia memperkenalkan
diri. Jadi ini yang Raihan ceritakan,
mereka benar-benar pasangan yang serasih. Gumam Asya.
“kenapa melamun”. Zaskia membuyarkan
lamunan Asya.
“nggak, aku teringat cerita Raihan
tentang kalian sebelum ia lupa ingatan”. Terangnya.
“oh.....kamu apanya Raihan?’. Tanya
Zaskia selidik.
“aku temennya”. Jawab Asya seadanya. Gadis yang cantik. Gumam Alwi.
“eh, aku lanjutin dulu nyuapin Raihan,
kakak tunggu aja di bawah”. Pinta Asya. Asya berlalu dari mereka dan
melanjutkan tugasnya.
Menyuapi Raihan, lalu memberinya obat.
Setelah Raihan tertidur Asya pergi menemui kakak-kakak Raihan. Selamat tidur han. Asya memasangkan
selimut di tubuhnya.
“ma’af menunggu lama”. Asya menuruni
tangga.
“bagaimana keadaannya?”. Tanya Alwi.
“sudah mulai membaik....kata dokter cara
kerja otaknya sudah kembali normal”. Terang Asya sembari duduk.
“lalu bagaimana dengan kecelakaan
Raihan?polisi sudah menemukan bukti?”. Taya Alwi.
“belum, hasilnya nihil”.
“izinkan aku dan Zaskia meneliti kasus
ini”. pinta Alwi.
“ya silahkan, kak kamu kakak Raihan,
jadi boleh-boleh saja”. Asya merapikan rambutnya. Gila cantik bener nih gadis. Beruntung adek gue. Gumam Alwi.
“eh ngomong-ngomong nama kamu siapa?”.
Tanya Zaskia.
“aku Asya....”.
“nama yang indah....”. puji Zaskia.
Asya tersipu malu.
“makasih...”. respon Asya.
Mereka bercengkrama. Mereka asyik
membicarakan cerita mereka masa SMA dulu. Cerita-cerita indah dan mengharukan.
Dalam hati Asya bersyukur karena dapat bertemu langsung dengan sosok yang
berkali-kali Raihan ceritakan. Diam-diam Asya mengagumi keanggunan Zaskia.
Dalam hatinya bergumam. Andai aku seperti
dia, aku yakin Raihan nggak akan menghidar dariku.
**********
Hari
demi hari berlalu, Asya tetap continue merawaat Raihan. Setiap hari ia datang,
menyuapinya, menghiburnya walau kadang Raihan membentak-bentak mengusirnya
pulang.
“nggak usah loe datang ke sini
lagi....gue muak ngeliat muka loe....jangan sok perhatian loe”. Bentak Raihan.
Asya terdiam, sama sekali tak gentar. Ini
bukan diri kamu han, ingatanmu masih belum pulih..aku tahu kamu bukan tipe
cowok yang mau menyakiti hatiku. Gumam Asya. Asya melanjutkan suapannya.
“thaar......”. Raihan menampik piring
yang dibawa Asya hingga pecah. Asya tak bergeming. Ia mengambil pecahan piring
yang berserakan. Ia mengambil setiap pecahan dengan tangannya. Raihan tak bisa
membohongi dirinya sendiri, ia kasihan melihat kejadian itu. Tapi percuma, ia
tak ingat siapa gadis dihadapannya. Siapa
loe sebenarnya. Gumam Raihan.
Kakek muncul membawa dari balik pintu
kamar Raihan. Ditangannya terdapat sebuah foto berukuran sedang.
“asya...”. panggil kakek. Asya
menoleh.
“kakek....”.
“sedang apa kamu sya?”. Tanya Kakek.
“ini kek, merapikan pecahan piring”.
Ujar Asya. Tidak salah aku memilihmu
merawat Raihan, kamu begitu sabar. Gumam kakek.
“apa itu kek?”. Asya balik bertanya.
“ini untuk usaha penyembuhan Raihan”. Ujar
sang kakek.
“biarkan kakek tangani ini”. kakek
melangkah mendekati Raihan. Raihan menatap tak enak pada kakek. Ia tak suka di
dekati pak tua itu . kakek menyerahkan foto itu. Raihan menolak, ia menjatuhkan
foto itu. Kakek mengambilnya. Ia memberikannya lagi.
“foto apa ini pak tua?”. Tanya Raihan
ketus.
“lihat saja, anak muda”. Suara kakek
terdengar ketus mengimbangi Raihan. Raihan melihat foto itu. Ia kaget melihat
dirinya tengah berfoto dengan gadis dihadapannya itu. Foto itu memaksanya untuk
mengingat kembali kenangan sebulan lalu, tepat satu minggu sebelum kecelakaan
Raihan. Syaraf-sayaraf otaknya menegang. Deg....ia
bagai tersengat aliran listrik. Matanya memelototi foto itu. Ia menangkap
gambar dirinya tengah berada dekat dengan gadis yang selama ini selalau
merawatnya. Begitu dekat. Ya, sangat dekat. Hingga tak ada jarak di antara
keduanya. Di foto itu, si gadis tersenyum manis.
Apa maksud dari semua ini. gue nggak
mengerti. Otaknya bekerja sangat
keras. Pusing. Itulah yang ia rasakan. Sesak. Nafasnya terengah-engah. Panas.
Sekujur tubuhnya memanas, ia berjuang mati-matian mengingat kembali foto itu.
Kakek tersenyum. Tiba-tiba, deg..
Raihan jatuh pingsan. Asya khawatir.
“kakek, rai pingsan kek”.
“itulah yang kakek harapkan”. Asya
membopoh Raihan. Ia meletakkannya perlahan di kasur. Rambutnya terjuntai menyapu
dada Raihan. Mata Asya memanas. Air matanya meleleh.
“kenapa begitu kek?”. Asya heran.
“dengan begitu berarti dia telah
memaksa otaknya bekerja keras, hingga ia tersentak dan pingsan”. Terang kakek.
“maksud kakek?”. Asya bingung.
“ia memaksa mengingat kembali
ingatannya”. Sambung kakek.
Asya
mengerti. Tapi hatinya tetap resah. Tak tahu apa yang akan menimpa diri Raihan
nanti. Asya menatao Raihan. Air matanya meleleh, air mata itu jatuh di lengan
Raihan. Tetes demi tetes.
Ibu dan ayah Raihan naik menuju kamar
Raihan.
“ada apa tadi, kenapa tante mendengar
pecah?”. Tanya Ibu.
“nggak apa-apa tante, Cuma ketidak
sengajaan kok”. Jawab Asya menghapus air matanya.
“pasti Raihan lagi ya?”. Tanya ibu
selidik. Asya tak menjawab.
“dia itu pura-pura tidur atau tidur
beneran?”. Tanya Ayah.
“dia pingsan”. Sahut kakek.
“kenapa bisa yah?”. Tanya Ayah Raihan.
“dia baru saja memaksa fikirannya
mengingat kembali foto itu”. Kakek menunjuk foto di genggaman Raihan. Ayah
Raihan mengambil foto itu.
“mana yah coba lihat”. Ibu Raihan
mendekat. Ayah dan ibu melihat foto itu bersama.
“mirip kita waktu SMA ya bu”. Ujar
ayah.
“iya yah”. Jawab ibu. Keduanya tersenyum
mengingat kembali masa-masa SMA mereka. Asya tersipu malu. Melihat raut yang
berbeda di wajah Asya ibu Raihan berkata.
“nggak usah malu sya...kalian serasi
nak”. Perkataan ibu Raihan semakin membuat Asya belingsetan salah tingkah.
“belum saatnya, tante”. Asya
tersenyum.
Sejarah
janganlah dilupakan, kenangan janganlah dihapuskan.
Biarkan
ia menjadi arsip hidup kita sebagai pijakan
Menyongsong
hidup yang mendatang
Recovery
Of Consciousness
Raihan
Asya masih merasa
malu akan gurauan ibu Raihan. Asya kembali mendekati Raihan. Dibelainya rambut
Raihan.
“segeralah siuman han....”. doa Asya di dekat telinga Raihan. Keluarga
Raihan memandang Asya. Mereka membiarkan gadis itu melakukan apa yang ia
inginkan. Mereka pergi ke bawah.
“aku rindu kamu, dirimu yang sebenarnya...dirimu yang selalu
melindungiku dari kejahilan Rasya. Bangkitlah han...aku butuh kamu. Bangunlah han...keluargamu
menanti di sana.”. kata-kata Asya begitu lembut. Air mata Asya kembali menetes.
Di lain sisi.
Dalam fikiran Raihan.
Suara itu, gue kenal suara itu.
Asya.....asya...di mana kau... Raihan
kebingungan dalam kegelapan alam bawah sadarnya. Raihan tak menemukan sebuah
jalan. Hanya gelap gulita, hening. Ia tak dapat melihat. Dia kebingungan
mencari jalan keluar. Bagunlah
han...banyak orang menantikan kesadaranmu.....suara itu bergema di
kegelapan Raihan. suara itu, asya...bantu
gue keluar dari sini sya..... Raihan berlari mencari arah suara itu.
“asya.....asya”. kata itu keluar dari mulut Raihan, begitu lemah.
Asya terhenyak oleh suara itu. Senang bercampur haru bersatu di
hatinya. Asya memegang tangan Raihan. menempelkannya di pipi kananya.
“aku disini han, aku disini”. Asya menangis.
Gue harus bisa keluar dari sini. Raihan
beratarung dengan alam bawah sadarnya. Ia melihat seberkas cahaya putih di
hadapannya. Ia mendekati cahaya itu. Cahaya itu semakin membesar, dibuatnya
silau Raihan oleh cahaya itu. Mata
Raihan terbuka perlahan.
“asya....”. panggilnya lirih. Menengokkan kepala ke arah Asya. Reflek
Asya menangis. Ia menanggapi panggilan Raihan.
“om...tante....kakek...Raihan sadar”. Teriak Asya dari dalam kamar.
Mereka berlari ke kamar Raihan.
“ayah....ibu...kakek....”. suara Raihan lemah.
“iya nak....ibu disini..”. ibu Raihan memeluk erat Raihan. haru
bercampur bahagia. Kebahagian mereka terungkap, tak bisa diungkapkan dengan
kata-kata.
“akhirnya kamu sadar han.....”. ujar Asya mengahapuskan air matanya.
“terima kasih sya, untuk semuanya...”. suara Raihan mulai menguat.
“sama-sama han....itu sebuah kehormata bagiku”.
Keduanya bertatapan sejenak. Memulihkan kenangan yang telah lama
tercipta. Keluarga Raihan segera menyebarkan berita kesembuhan putranya. Ke
sekolah, ke rumah Alwi, Zaskia, Faris dan masih banyak lagi.
************
Satu hari
setelah berita tersebar.
Bersama-sama Alwi dan Faris,
kakak Alwi datang mengunjungi Raihan. suara mobil mereka menggelegar di halaman
rumah Raihan.
“itu mereka
datang”. Ujar ibu Raihan. dia segera membukakan pintu menyambut kedatangan
mereka.
“selamat
pagi tante”. Sapa Alwi.
“pagi tante”.
Sambung Faris.
“pagi..ini
Faris ya?”. Tanya ibu Raihan. Faris mengangguk.
“iya
tante..”. sambung Faris.
“wah...sudah
gagah ya,,,,cakep lagi”. Puji Ibu Raihan.
“ngomong-ngomong
Raihan di mana tante?” tanya Alwi.
“dia di
kamat. Samperin aja”. Ujar Ibu Raihan.
Alwi dan Faris berjalan menuju kamar Raihan. setelah menaiki tangga, sampailah
mereka di depan pintu Raihan. pintu itu dibiarkan terbuka. Mereka langsung
masuk.
“hey
han...”. sapa Alwi.
“hey kak”.
Raihan menjalankan kursi rodanya mendekat.
“kamu sudah
ingatkan?”. Tanya Alwi.
“iya,
sudah. Namamu Alwi tan dan yang bersamamu ini Faris tan”. Tutur Raihan,
membuktikan ingatannya sudah kembali. Faris terseyum.
“kakimu
sudah membaik?”. Tanya Faris.
“sudah,
hanya perlu latihan untuk berjalan. Dokter membolehkan aku sekolah besok”
terang Raihan.
“jangan
kamu paksa dulu han...”. Alwi menyarankan.
“aku udah
nggak sabar melihat dunia luar..udah dua bulan aku terkurung di kamar ini”.
protes Raihan.
“oh ya
han...apa kamu masih ingat bagaimana terjadinya kecelakaanmu?”. Tanya Faris
mencari info.
“berawal
dari rem, aku pikir remnya bekerja dengan baik. Sebelum keluar sekolah aku
sudah mencoba remku terebih dahulu. Dan aku rasa berjalan remku dengan baik.
Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Saat beberapa puluh meter dari traffic light aku menginjak pedal rem,
namun tak berfungsi. Lalu untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang
berhenti, aku banting stir ke kanan. Namu na’as ada mobil yang berlari kencang
dari arah yang berlawanan” tutur Raihan.
“bagaimana
bisa rem tidak berfungsi mendadak?”. Alwi heran.
“bisa, di
balik semua ini pasti ada pengendalinya, aku pernah tahu sisitem perusak rem.
Tinggal tekan tombol, maka remmu takkan berfungsi”. Terang Faris.
“seperti
apa itu kak?”. Tanya Raihan.
“sekarang
mobilmu di mana?”. Tanya Faris balik.
“di garasi
pribadi”. Ujar Raihan. Faris pergi tanpa
permisi. Ia melangkah menuju garasi pribadi Raihan. Alwi bingung dengan ulah
kakaknya. Ia membiarkan kakaknya pergi, jika sedang serius Faris bukanlah orang
yang bisa diganggu.
Faris tiba di depan garasi.
Didapatinya mobil Raihan remuk. Bagian depannya hancur. Benar-benar
mengenaskan. Faris segera mengecek kap depan mobil. Ia menemukan keganjilan. Mengapa kabel ini terhubung dengan kabel
ini. bukankah ini kabel pematik listrik mobil?. Gumam Faris. Ia melihat ke
bagian dalam mobil. Ia tak menemukan apa-apa. Ulah Faris mengundang tanda tanya
para satpam Raihan. tapi hal itu tak ia hiraukan. Ia meneruskan penelitiannya.
Lalu “jrennng.....”. ia menemukan sebuah chip
mencurigakan, ia bawa chip itu. Lalu
ia mengecek rem tangan. Ia menarik rem tangan itu “kreek”. Tak berfungsi. Pelaku benar-benar menginginkan kematian
Raihan. bahkan rem tangan pun tak bekerja. Gumam Raihan. aku harus segera lacak chip ini. Faris
kembali ke kamar Raihan. melihat kedatangan Faris membawa sebuah chip Alwi menjadi heran.
“chip apa
itu kak?”. Tanya Alwi.
“ambil
laptopku di mobil, kita harus pastikan chip
apa ini?”. terang Faris.
Alwi segera berlari. Menuju
mobilnya. Ia mengambil laptop dan beberapa sensor sinar blue ray.
“orang yang
menjebakmu benar-benar menginginkanmu mati han”. Ujar Faris. Raihan tak
mengerti.
“maksud
kakak apa?”. Tanya Raihan.
“dia
mematikan seluruh kerja remmu han...”. terang Faris.
Tak
berselang lama Alwi datang membawa laptop dan alat blue ray. Faris segera memasukkan chip itu ke blue ray.
Setelah terscan. Faris mengup-datenya ke internet. Di internet, ia
mencari info seputar chip itu.
“ini
dia....”. Faris menemukan sebuah black
web.web teralang.
“kita harus
membobolnya dulu”. Faris membuka sebuah aplikasi pembobol kode. Dalam hitungan
detik, web itu terbuka. Betapa terkejud mereka saat mereka tahu bahwa chip itu adalah salah satu hasil karya MASTA CORPORATION, perusahaan yang
membuat alat-alat jebak dan juga senjata mematikan. Perusahaan itu di kelola
oleh Jacob Martini, ketua teroris di mega metropolitan. Catatan terakhir
mengatakan bahwa dia dan perusahaannya tengah mengembangkan alat pembunuh tak
terduga.
“coba cari
tahu sapa yang memasang chip itu”.
Pinta Raihan.
“bisa....”.
Faris segera mencari lokasi pemicu reaksinya. Peta menunjukka koordinat rumah. Bukankah itu rumah Rasya. Gumam Raihan.
“dialah
yang memasang chip itu”. Terang
Faris.
“sudah ku
duga, dia sangat memusuhi ku”. Ujar Raihan.
“aku tak
bisa terima, dia harus dibalas”. Alwi geram.
“nggak
perlu, biarkan aku yang membalasnya...kali ini aku takkan kalah”. Raihan
memandang bebas ke angkasa.
“aku akan
ajarkan cara membalasnya”. Ujar Faris.
“tapi
sebelumnya kamu butuh sikap yang sangat cuek dan dingin”. Tambah Faris.
“belajarlah
padaku”. Alwi mengajukan diri.
“beruntung
punya kakak seperti kalian”. Kata Raihan.
Faris dan
Alwi tertawa. Mereka geli mendengar ucapan adik mereka. Faris mengacak-acak
rambut Raihan. Raihan tersenyum.
Tunggu aku rasy.....gue telah
kembali..bersiaplah, siapkan jebakan yang menantang untukku. Tantang Raihan.
Tactics may always win in
the beginning. But patience will beat
Slowly. And the
truth will be revealed
Raihan’s Arrival in
OLIVER
Satu minggu
setelah kabar kesembuhan Raihan.
Raihan memulai sekolahnya hari
ini. niatnya telah bulat. Dia telah siap menghadapi apa pun yang akan
menimpanya hari ini. dia berjalan ditemani tongkat setianya. Tongkat itu selalu
menemaninya kemanapun ia pergi. Revan datang menjemputnya pagi-pagi. Mereka
berangkat bersama. Pagi tampak cerah, secerah raut muka Raihan. dalam dirinya
telah menyala semangat baru. Bersama kepakan sayap merpati, Raihan melebarkan
keinginannya untuk segera sekolah.
Di sisi lain Sheila tengah menjemput
Asya. Mereka berangkat dengan mobil ford hitam.
“van tambah
kecepatannya..”. pinta Raihan.
“loe nggak
kapok ya?”. Revan menggerutu.
“gue udah
lama nggak ngerasain sensasi kecepatan”. Ujarnya. Revan terdiam.
“ayolah....”.
Raihan memaksa.
“baiklah”. Revan
memacu mobilnya hingga angka seratus, masih meningkat hingga seratus dua puluh.
Suara mesin, getarannya. Nyaman sekali, gue
rindu ini. begitu nikmat. Tekanan kecepatan. Roda yang berdecit. Semuanya, gue
serasa hidup lagi. Gumam Raihan.
Dalam beberapa menit sampailah
mereka di pintu gerbang. Kedatangan mereka bersamaan dengan mobil Sheila. Kedua
mobil itu berhenti tepat di depan gerbang. Sheila mengangkat tangannya,
mengacungkan kedua jarinya lagu menggerakkanya kedepan. Memberi isyarat agar
Revan masuk dahulu. Melihat Raihan, Asya tersenyum. Senyum yang menawan. Membuat
semua tergila-gila karenanya. Raihan membalas senyum Asya dengan senyum
khasnya.
Mobil Revan masuk halaman,
disusul oleh mobil Sheila. Mobil itu mengundang perhatian seluruh siswa oliver.
Kedatangan Raihan membawa perubahan yang besar. Kedua mobil itu berjalan
perlahan, beriringan hingga berhenti di satu tujuan.
Raihan keluar dari mobil dengan
tongkat setianya dibantu Revan sahabat karibnya. Raihan berjalan tertatih
didampingi Revan. Tak jauh mereka berjalan. Asya mengikuti, ia memegang lengan
dan bahu kanan Raihan, membantunya berjalan. Asya tersenyum pada Raihan. Raihan
merasakan siksaan kecil di kaki kanannya. Sebuah cubitan-cubitan kecil, bentuk
protes kaki kanan Raihan yang tak mau diajak berjalan. Raihan meringis.
Dengan setia Asya mendampingi
setiap langkah Raihan menuju kelas. Dia tak merasa malu berjalan berdampingan
dengan Raihan, walau semua mata memandang. Mereka berdua tak peduli. Revan dan
Sheila memandang mereka dari kejauhan. Revan mengacungkan jempol pada Sheila.
Sheila tersenyum. Keduanya berjalan membuntuti Raihan dan Asya.
“wah...wah...ternyata
loe sudah sembuh?”. Ejek Rasya.
“loe kayak
pembantu aja sya....kerjanya ngikuti Raihan melulu”. Timpal Nita. Raihan dan
Asya tak bergeming. Mereka berdua tersenyum.
“eh ngapain
loe senyum-senyum?”. Bentak Rasya. Raihan tak menjawab.
“loe tuli
ya?’. Rasya, menendang tongkat Raihan. “bruuk”. Tanpa sengaja Asya lengah
memegangi tangan Raihan. Revan dan Sheila ikut tersenyum. Bukan berarti mereka
senang melihat Raihan jatuh, melainkan mereka menertawakan sikap Rasya dan Nita
yang kekanak-kanakan. Asya membantu Raihan berdiri sembari tersenyum. Raihan
tersenyum.
“kalo loe
mau nantangin gue, buang dulu sifat kekanakan-kanakan loe”. Ujar Raihan dingin.
“come on
guys, kita tinggalkan bayi besar ini”. timpal Raihan. Asya membawa Raihan
berlalu dari Rasya dan Nita. Sebelum sempat melewati mereka, Revan dan Sheila
sengaja nabrak tubuh Rasya dan nita yang menghalangi jalan mereka. “bugg.....”.
“minggir
loe....”. ucap Revan.
“dasar anak
kecil....”. ledek Sheila
Rasya dan Nita berdiri mematung,
mereka tak percaya dengan hal barusan. Mereka bahkan tak mampu berkutik dan tak
memberikan respon apapun.
Sepanjang koridor berbaris
siswa-siswi sembari menyambut kedatangan Raihan.
“wellcome
back han”. Sapa seorang siswa.
“thanks”.
Jawab Raihan.
Mereka tiba di depan kelas.
Suasana
kelas terbilang gaduh. Karena para siswa sedang asyik ngobrol. Kedatangan
Raihan menyedot perhatian seisi kelas.
“wah...han,
syukurlah loe udah sembuh.....”. ujar salah seorang siswa.
“semenjak
loe nggak ada kelas menjadi dikuasai oleh Rasya dan Nita”. Adu Rendi, ketua
kelas.
“memangnya
apa yang ia lakukan?”. Tanya Raihan.
“dia jailin
semua anak han..”.
“lalu
bagaimana dengan asya?”. Raihan menanyakan keamanan Asya.
“dia aman
bersama Revan dan sheila”. Tutur Rendi. Raihan meonoleh ke arah Revan.
“gue
teringat amanat loe han, buat ngejagain Asya selama loe ngggak ada”. Tutur
Revan.
“bukan
hanya Asya han, revan dan sheila juga membalas perbuatan rasya”. Tambah Rendi.
“maksudnya?”.
Raihan memperjelas.
“mereka
juga membalaskan dendam teman-teman, seisi kelas”. Terang Rendi. Raihan
tersenyum, ia bangga pada sahabatnya itu.
“loe hebat
van”. Ujar Raihan.
“biasa aja
kali bro....sudah menjadi tanggung jawab gue, sebagai teman kita harus saling
tolong kan, iya nggak temen-temen?”. Revan memancing pendapat seisi kelas.
“yo’i
brow”. Seisi kelas merespon.
“bener loe
van”. Ucap Raihan.
“gue gitu,
ya nggak shel?”. Revan menarik Sheila mendekat.
“apa-apaan
sih....”. Sheila kesal. “plakk”. Sheila menampar Revan. Seisi kelas tertawa
melihat Revan ditampar. Suasana kelas menjadi hidup kembali.
“gue
bercanda kok van”. Sheila mengelus pipi Revan.
“sakit
ya?”. Tanya Sheila. Revan meringis mengangguk.
“makanya
jangan genit van”. Ujar Asya. Raihan tertawa. Nampak dari mulutnya gigi-gigi
yang putih.
“revan.....revan”.
sambung Raihan. Revan menendang kaki Raihan.
“adau....”.
Raihan meringis menahan sakit. Seisi kelas tertawa.
****************
Bel pulang sekolah berdering.
Seleruh siswa sebelas ipa segera mengosongkan kelas. Kecuali Raihan, Asya,
Revan, Sheila dan pak ketua kelas, Rendi. Mereka masih ngoborol seputar keadaan
kelas selama Raihan tinggal beberapa bulan lalu. Revan menceritakan semua
ulahnya saat Raihan tak ada.
“eh apa aja
yang loe lakuin selama gue nggak ada?”. Tanya Raihan.
“ngerjain
tuh cowok resek”. Jawab Revan.
“sendiri?”.
“ya nggak
lah”. Ujar Revan. “gue selalu jaga kekompakan dengan Sheila, ya nggak shel?”.
Tambah Revan.
“nggak....”.
Sheila cuek.
“kok gitu
sich sama gue”. Revan memelas.
“ah lebay
loe van”. Sheila gemas.
Raihan memegangi kakinya yang
masih mati sebelah. Ia tak dapat merasakan syaraf-syarafnya bekerja. Tak ada
tanda kehidupan, dingin. Raihan mencoba berdiri. Tapi ketika ia mencoba,
urat-urat di kakinya memprotes. Mereka memberikan rasa sakit pada Raihan.
“ahh.....”. Raihan melenguh.
“jangan
maksain diri han”. Asya membantu Raihan berdiri.
“sampai
kapan aku harus kayak gini?”. Raihan berucap penuh keputus asaan.
“kamu
jangan putus asa han, aku akan tetap mendampingimu”. Asya memberi semangat.
“aku ragu”.
Raihan membuang pandangannya.
“percayalah
han.....tatap mataku”. Keduanya bertatapan muka. Di wajahmu memang tak ada tanda-tanda kebohongan sya, tapi aku ragu,
dan keraguan itu nggak bisa hilang begitu saja. Gumam Raihan.
“kalau kamu
masih nggak mau percaya, harus dengan apa aku membuktikannya?”. Asya menyambung
dawai kata-kata sihirnya. Raihan menggeleng.
“mau loe
apa han?.....katakanlah”. Revan angkat bicara.
“kita kan
sudah lama temenan...jujurlah han”. Sheila memperkuat.
“loe yang
gentle donk han....”. Rendi menyahut.
“baiklah
Rai...beri aku waktu saja...”. mata Asya mulai berkaca-kaca.
“biarkan
waktu, yang membuktikan....”. Asya beranjak pergi. Sebelum sempat Asya
melangkah, tangan Raihan terlampaui cepat memegang tangannya.
“gue
percaya sya....”. Raihan tiba-tiba berubah pikiran. Asya berlutut di hadapan
Raihan.
“merawatmu
adalah sebuah kehormatan bagi gadis biasa sepertiku han, jangan kau cabut
sebuah penghargaan itu dariku, saat aku mulai masuk hidupmu. Izinkanlah aku mengenalmu
lebih dalam, sedalam ikan menyelami samudra, izinkan kasih dan perhatianku
tercurahkan seutuhnya padamu. Biarkan ia mengalir bebas. Aku tahu aku gadis
biasa yang tak punya apa-apa, tapi setidaknya buanglah firasat burukmu
terhadapku, aku tahu kau berkali-kali terkhianati, tapi berilah aku kesempatan
untuk menghapuskan itu”. Kata-kata Asya mampu menekuk lututkan Raihan. Sheila
terpaku mendengar ungkapan Asya. Dari
mana loe belajar merangkai kata sya?padahal loe yang dulu sosok yang pendiam,
tak banyak bicara. Tapi lihatlah sekarang. Perubahan besar nampak pada dirimu.
Gumam Sheila. Romantis, gue belum pernah
mendengar kata kata tulus semacam itu. Hanya beberapa untaian kata dari novel
bertajuk cinta, gue pernah baca. Gumam Revan. Beruntung loe han...jangan loe sia siain gadis satu ini. gumam hati Rendi.
Perlahan air mata Asya menetes.
Mengalir perlahan membasahi pipi. Menciptakan alur air yang mengalir dan
berakhir di dagunya. Tangan Raihan dengan lembut menghapus air mata itu.
“ma’afin
gue sya.....gue yang selalu buat loe khawatir sedih dan apapun hingga kau
menangis”. Tutur Raihan.
“udah han,
udah”. Asya sesenggukan menahan air matanya. Asya berdiri. Tangannya meraih
tangan Raihan, menariknya untuk berdiri.
“mari
pulang....”. ajak Asya. Raihan menurut. Ia memaksa kakinya berjalan perlahan.
Kadang ia meringis menahan siksaan kecil di kaki kanannya. Cubitan-cubitan
kecil, terasa cenat cenut mengiringi setiap langkah kakinya. Ia mencoba
bertahan.
Beberapa langkah di belakang,
Revan, Sheila dan Rendi mengikuti. Membiarkan mereka berdua menyatu dalam
cobaan yang membuat cinta mereka kuat. Walau kata cinta tak pernah terucap dari
mereka, tapi hati mereka menyimpan suatu rasa. Ya, sebuah rasa. Rasa cinta yang
begitu mendalam. Tak dapat terungkap dengan kata, hanya hati mereka yang
berkata. Tak bisa ditebak.
**********
Matahari memancarkan sinarnya
lembut, menyelimuti kota mega metropolitan. Embun pagi perlahan menguap bersama
datangnya sinar matahari. Bunga-bunga bermekaran di taman rumah Raihan. udara
terasa begitu segar walau rumah Raihan berada di tengah kota mega metropolitan.
Suasana alam milik rumah Raihan mampu menetralisir pemanasan yang berlebihan.
Asya sangat senang berada di taman Raihan. ia merasa begitu nyaman, sejuk dan
tentram di sana. Raihan memandang dari lantai dua. Asya sedang asyik menyalami
bunga. Kecantikan alaminya berpadu dengan suasana alam membuat Raihan takjub
akan pesona menawan itu. Gue nggak sadar
selama ini gue punya bidadari. Gumamnya. Kalau gue pikir-pikir gila juga gue, masak harus asya yang setiap hari
kasih perhatian ke gue....?cowok macam apa gue ini, nggak gentle. Tapi tak apa
lah, setelah gue sembuh gue akan perhatiin dia sebagai rasa terima kasih gue. Raihan melihat kakinya yang masih tak mau
berjalan. Sampai kapan loe mau manja
seperti itu...ha?.huft... Raihan sebal.
Indah banget....harum lagi. Emmm hari ini hari minggu. Kira-kira bunga
apa ya yang cocok buatku hari ini. gumam Asya memilah-milah bunga di taman
Raihan.
“asya....kemari
sayang....”. panggil ibu Raihan. beliau telah menganggap Asya sebagai anak
sendiri.
“iya
tante....”. Asya berlaro mendatangi tante.
“wah...kamu
kelihatan cantik deh, dengan bunga yang terselip di telingamu”. Ujar ibu
Raihan.
“makasih
tante...”.
“lihatlah
tante punya sesuatu buat kamu”. Ibu Raihan mengeluarkaan sebuah kotak kecil
berisikan liontin perak yang cantik.
“wah....indah
banget tante”. Asya kagum.
“iya...ini
buat kamu sya”. Ujar ibu Raihan.
“buat asya
tante?...wah makasih tante”. Ujar Asya senang.
“seharusnya
tante yang bilang gitu. Sini tante pasangkan”. Ibu Raihan memasangkan liontin
itu. Asya nampak anggun. Bagai cinderella. Kulitnya yang putih. Rambutnya yang
lembut. Matanya yang bening. Pipinya yang ranum. Semua itu berpadu menjadi satuu
dengan liontin pemberian ibu Raihan, menambah cantik Asya.
“sekarang
kamu ke atas. Tunjukin ke Raihan”. ujar ibu Raihan.
“iya
tante”. Asya menaiki tangga.
Raihan tengah duduk di teras
kamar. Asya membuka pintu. Ia berjalan perlahan. Setelah beberapa langkah dari Raihan. Asya
memanggil Raihan.
“raihan....”.
panggil Asya. Raihan menoleh. Betapa terkejutnya dia dengan penampilan baru
Asya. Matanya terbengong. Darahnya berdesir. Tanpa sadar ia berdiri melangkah
bebrapa langkah.
“astaga
han...”. Asya terkejut.
“apa?”.
Raihan heran.
“kamu, kamu
bisa berjalan”. Ujar Asya. Raihan melihat kakinya. Ia merasa kakinya sudah
kembali. Syaraf-syarafnya sudah mulai bekerja dengan baik.
“gue
sembuh, gue sembuh....”. Raihan bahagia.
“kemarilah
han...”. Asya membentangkan tangannya. Raihan berjalan perlahan. Dengan penuh
keyakinan ia mendekati Asya. Raihan tersenyum.
“belum
saatnya sya”. Ujar Raihan. Asya malu dan kecewa. Dia membalikkan badan. Hendak
melangkah, namun terhenti.
“kamu
begitu cantik pagi ini....”. bisik Raihan memeluk Asya dari belakang. Asya
tersenyum. Akhirnya, kamu mau berkata
jujur han. Terima kasih tuhan...engkau telah satukan kami. Gumam Asya.
“jaga
kehormatanmu sya....untukku”. bisiknya lembut.
Asya mengangguk.
“aku akan
menjaga kehormatanku demi dirimu han.....”. ujar Asya. Raihan melepaskan
pelukannya.
Asya
membalikkan badan. Keduanya saling bertatapan. Ketahuilah, walau nggak pernah ada kata cinta yang terucap dari mulut
gue, tapi gue sayang loe sya.gue sayang loe. Gumam Raihan. perlu kamu tahu han...walau aku terlalu malu
untuk mengungkapkan cinta, tapi sejujurnya aku mencintaimu....sepenuh hatiku.
Gumam Asya.
Hubungan mereka semakin menguat.
Jalinan kasih diantara mereka telah kokoh. Mereka takkan gentar melalui
hambatan demi hambatan. Rintangan demi rintangan. Mereka akan selalu bersama.
Menyatukan kekuatan. Membulatkan tekad menyongsong masa depan.
Ketulusan, Kesabaran Dan Kepercayaan Akan Membawa Pada
Kekuatan Cinta Sejati.
The Terorism
Terjadi
kejar-kejaran antara polisi dan sebuah mobil mustang hitam.
Malam nampak cerah. Raungan
mobil sport terdengar di sepanjang area start. Setelah lama absen tidak hadir
balapan, Raihan kembali ke jalur balap. Ia rindu sensasi kecepatan tinggi.
Kakaknya membelikannya sebuah mobil sport baru. Sebuah nissan keluaran tahun
2012 akhir. Bertenaga 2000 tenaga kuda. Memiliki empat tabung gas nitrogen dan
dilengkapi alat pendukung lainnya. Raihan sangat senang. Alwi tersenyum bahagia
melihat adik sepupunya bahagia. Alwi telah lama berniat memberi hadiah Raihan
sebuah mobil sport baru. Mobil yang jauh lebih cepat dari miliknya yang dulu.
Seperti biasa, adu drag dimulai
pukul sepuluh malam dan diakhiri jam tiga pagi. Kali ini Raihan masih belum
bertanding. Ia hanya melihat-lihat saja. Tak berselang lama Asya datang bersama
Zaskia. Alwi sengaja meminta Zaskia untuk menjemput Asya. Alwi bermaksud agar
Asya mengetahui kesukaan Raihan.
“lho kenapa
asya ada di sini?”. Tanya Raihan heran.
“sengaja
gue aku suruh Zaskia untuk ngejemput asya, biar dia tahu kesukaanmu han”. Papar
Alwi.
“hey
han....”. sapa Asya.
“hey....”. Raihan
tertegun melihat penampilan baru Asya.
“kenapa?heran
dengan penampilan baruku?”. Tanya Asya. Zaskia tersenyum. Raihan mengangguk.
“kata kak
Zaskia beginilah penampilan yang di sukai cowok zaman sekarang. Aku menurut
saja untuk nyenengin kamu han”. Ujar Asya. Alwi menghampiri Zaskia.
“gaun yang
indah”. Puji Alwi pada Zaskia.
“sengaja
aku samakan antara aku dan Zaskia, karena ku rasa kalian memiliki selera yang
sama”. Tutur Zaskia. Kostum Asya malam ini terlihat mewah. Dengan baju lengan
pendek dan ramping, sangat cocok dengan postur tubuhnya. Ditambah lagi dengan
rok sepanjang lutut yang mengikuti lekuk tubuh Asya. Begitupun Zaskia,
pakaiannya sama dengan Asya.
Ketika sedaang asyik ngobrol.
Tiba terdengar suara peringatan dari pengeras suara.
Peringatan, harap segera kosongkan jalan polisi
sedang mengejar mobil mustang yang sedang menuju ke arah kita dengan kecepatan
tinggi. Sinkirkan mobil kalian segera...... mobil sport yang tadinya berjajr rapi
di sepanjang garis start mendadak kalang kabut karena peringatan tadi. Mereka
sayangkan jika mobil mereka rusak tertabrak mobil polisi.
Tak berselang lama dari arah
barat melaju sebuah mobil mustang dengan kecepatan tinggi melewati are balap
itu. Lalu disusul beberapa polisi di belakangnya. Raihan heran melihat kejadian
itu.
“ada apa
kak?”. Tanya Raihan penasaran.
“seperti
biasa, selalu saja da yang membuat ulah di jalanan”. Ujar Alwi.
“maksud
kakak, pengemudi ugal ugalan”. Raihan meyakinkan.
“iya...bahkan
bukan hanya itu. Kabar terahir mengatakan telah terjadi peramokan bersenjata
oleh komplotan pembalap mobil yang entah sampai sekarang tak diketahui siapa
pelakunya. Hingga kini polisi mega metropolitan masih memburu pelaku itu.”.
terang Alwi.
“perampok
ya?”.
“bukan
hanya perampok, mereka bisa di bilang teroris. Beberapa kali mereka mencoba
meneror klub-klub balap resmi, sperti forum ini.”. ujar Alwi.
“mereka itu
bekerja di bawah masta corporation”. Sahut Faris muncul dari dalam tenda
pribadinya.
“apa tujuan
utama mereka?”. tanya Raihan.
“sejauh ini
yang kutahu mereka selalu meneror orang terkaya di suatu kota”. Ujar Faris.
“selain itu
mereka juga ahli strategi dan taktik. Mereka memilik jebakan berbahay di
sarangnya. Selama ini belum ada yang bisa masuk ke dalam sarang mereka”.
sambung Alwi.
“di mana
sarang mereka?”. tanya Raihan.
Faris
menunjuk kesebuah gunung di utara kota new city.
“di sanalah
sarang mereka. mereka menamakan gunung itu dengan sebutan death mountain.
Artinya gunung kematian” terang Faris.
Asya dan
Zaskia ngeri mendengar nama itu.
“apa sudah
pernah ada yang mencobanya?”. Tanya Raihan.
“dua puluh
intel terbaik kota new city tewas di sana. Tak membekas. Mobil mereka hancur
berkeping keping”. Tutur Faris.
Ketiganya terdiam, mereka
merenung sejenak. Raihan mersds tertantang untuk menyelidiki hal itu. Faris
berpikir habis-habisan mengaitakn satu hal dengan hal yang lain. Alwi terdiam,
dalam hatinya ia menyimpan dendam. Dendam yang belum terbalaskan, di saat dia
duduk di bangku SMA ia di paksa melihat terorisme bertebaran di mana-mana. Dia
teringat saat tangannya terluka oleh tikaman penebang hutan liar. Dia teringat
saat habis-habisan melawan Doni dan Jodi untuk mendapatkan Zaskia kembali, dan
pada akhirnya dia harus kehilangan Anet. Sosok yang sangat cerdas dalam
menemukan suatu hal yang rumit. Jalan pikiran Anet dan Faris sangatlah mirip.
Hampir tak ada perbedaan diantara cara berpikir keduanya. Kamu sedang apa an sekarang? Gumam Alwi.
Tiba-tiba terdengar suara
ledakan di beberapa titik di mega metropolitan. Ledakan pertama terdengar di
kantor pusat wali kota. Ledakan kedua di bank pusat kota. Ledakan ketiga di
tempat pengisian bahan bakar pusat. Dan terakhir di pusat pembangkit listrik
kota. Seluruh listrik padam seketika. Orang-orang berlarian kebingungan. Suara
sirene polisi, ambulan dan pemadam kebakaran berpadu menjadi satu. Seluruh kota
bagai kota mati. Asya dan Zaskia ketakutan. Raihan dan Alwi mendekap Asya dan
Zaskia. Faris mencari penerangan.
“hey....nyalakan
lampu mobil kalian”. Teriak Faris pada seluruh peserta balap. Teriakan dari the king of race ini dihiraukan. Mereka
segera menyalakan lampu depan mobil mereka. suasan menjadi lebih terang.
Secara mendadak, listrik hidup
kembali. Dari layar media massa besar kota mega metropolitan muncul sosok
bertopeng.
“hahahahaa.....hey
rakyat mega metropolitan. Ingatkah kalian denganku?...hahaha aku yakin kalian
semua lupa dengan pengemis kecil yang selalu kalian tindas. Kini waktunya aku
menuntut balas..hahaha....berikan aku uang dua ratus milyar atau jika tidak.
Kota metro akan aku bakar...atau kalian ingin orang ini mati?”. Pria bertopeng
itu menunjukkan wali kota bersamanya.
“jangan
coba-coba melawanku atau kalian akan menyesal...hahahaha......aku akan
kaya...ku beri kalian semua waktu empat puluh delapan jam dari
sekarang.....hahaha....jika dalam waktu itu
kalian tidak dapat memenuhi keinganku maka akan ku ledakkan sleuruh
kota....lihatlah detonator di sekitar kalian..benda itu takkan bisa di
hentikan..hahahahaha selamat bersenang-senang”.
Listrik padam kembali.
Raihan menengok ke sekitar. Ia
menemukan banyak sekali detonator. Di
jalan, di bawah jembatan, di dasar gedung pencakar langit, di pinggir jalan.
Dan yang paling berbahaya di pusat pengembangan nuklir.
“dia sudah
gila”. Alwi berucap.
“kita
takkan mati seperti ini”. ujar Faris.
“lalu apa
yang bisa kita lakukan”. Para peserta balap bergumul mengerumuni kelima anak
itu.
“kita susun
rencana”. Faris mencoba menenangkan.
“rencana
apa?..apa yang bisa kita lakukan?”. Tanya seorang dari grup BMW LOVER.
“kita ini
hanya pembalap biasa ris, kita nggak akan bisa ngelakuin apa-apa..gue sayang
nyawa gue”. Ujar salah seorang dari bad boys.
“hey
kawan-kawan. Bukankah kita keluarga.?”. Faris menengahi.
“iya”.
mereka menjawab serempak.
“yakinlah
jika kita bersama-sama kita akan mampu mengalahkannya. Di luar sana ada jutaan
jiwa yang berada dalam bahaya. Kita sebagai komunitas remaja resmi kota metro
tak ada salahnya jika kita menyelamatkan kota metro dari kehancuran”. Ujar
Faris. Mereka semua terdiam. Mereka menunduk putus asa. Tak ada segelintir
harapan muncul di raut wajah mereka.
“apa kalian
nggak sayang keluarga kalian?”. Alwi angkat bicara. Mereka semua menunduk.
“bayangkan
jika keluarga kalian mati sia-sia karena rencana jahat orang itu...apa kalian
terima?”. Kata kata Alwi menggugah emosii mereka. satu persatu kepala mulai
terangkat. Raihan diam mendengarkan kalimat-kalimat kakaknya.
Sementara itu, api akibat
ledakan ledakan itu masih berkobar, seluruh kota kacau. Pemadam kebakaran sibuk
memadamkan api. Mobil ambulans sibuk mengambil korban-korban yang berserakan di
jalanan. Para polisi tengah dalam keadaan kacau. Semua sistem kota terpecah
belah. Tak ada listrik, jalur komunikasi terputus.
Mereka semua panik. Suara
jeritan tangis di mana-mana. Api berkobar semakin besar. Hari semakin larut.
Peserta balap masih bergumuk di area drag
mereka tak berani mengambil langkah yang sia-sia. Mereka kebingungan mencari
orang yang pantas yang dijadikan pemimpin. Asap tebal menyebar ke seantero
kota. Debu-debu berterbangan membuat sesak nafas.
“han....aku..ahik..ahik....”.
Asya terbatuk-batuk.
“sebaiknya
kamu masuk saja ke mobil”. Pinta Raihan. Asya menurut, ia masuk ditemani
Zaskia.
listrik
kembali menyala.
Media layar besar kota metro
kembali menampilkan wajah pria bertopeng itu.
“satu hal
lagi. Setiap langkah dan gerak kalian aku pantau dari radar. Jangan
macam-macam”. Ancam pria itu.
Listrik
kembali padam. Seakan seluruh kota dia yang memegaang kendali. Setiap gerak
gerik penduduk ia teliti.
Faris diam, dia berpikir keras
tentang cara menyelamatkan jutaan jiwa dari kemusnahan. Raihan duduk termenung.
Ia menatap langit yang kelam di balut dengan suara isak tangis dan deruan
sirene ambulans. Alwi tengah sibuk menahan emosinya. Ia berusaha mengendalikan
emosi.
************
The Strategy
MEGA METROPOLITAN, pukul 00.30 dini hari.
Suasana kota masih hiruk pikuk.
Beberapa kobaran api belum dapat dipadamkan. Suara-suara sirene masih
bersahut-sahutan. MEGA RUNNER, sebutan untuk komunitas yang Raihan datangi saat
ini masih saja terdiam. Mereka tak bisa mencari pemecahan masalah dari teror
ini.
“harus ada
yang jadi pemimpin”. Ujar Rafael seorang dari grup bad boys.
“iya, tapi
siapa?”. Sahut joe dari dark angel.
“kita punya
king of race, kenapa bukan dia saja?”. Ujar Rafael.
“iya
betul...”. mereka bersahut-sahutan.
“apa kenapa
aku?”. Faris terhenyak. “itu hanya sebuah julukan guys”. Tambahnya.
“justru
dari julukan itulah, loe pantes jadi pemimpin kita”. Sahut dingin Rafael.
“tapi
guys....”. Faris mencoba menolak.
“ayolah...kita
tak punya pemimpin sekarang”. Tambah Rafael.
“baiklah..”.
Faris mengiyakan permintaan mereka.
Dia diam sejenak. Dia duduk di
atas kap depan mobilnya. Semua mata tertuju padanya.
“baiklah
ini dia rencananya”. Faris memberi
isyarat kepada setiap ketua regu untuk berkumpul. Ada sekitar sepluh grup.
Rafael dari bad boys. Shinta dari speed lover. Stark dari BMW LOVER. Paul dari king street. Raul dari ferari inc. Soni dari mars. Jack dari youndaime. Inzagi dari king
of hill. Peter dari matzda community. Dan yang terakhir
Faris sendiri dari dark angel.
“Alwi, kamu
pulanglah ke new city...sebarkan berita ini di komunitas flash. Komunitas balap di new city. Katakan pada mereka kita butuh
bantuan. Beritahu juga Raka tentang hal ini”. ujar Faris. Alwi mengangguk
paham. “gunakan penghilang radar agar kau tak terlacak...lakukanlah dengan
cepat”. Saran kakaknya.
“jangan
lupa kau telepon Anet. Beri tahu dia kota tetangga dalam bahaya”. Tambah Faris. Bersama Zaskia Alwi melesat
menembus pekatnya malam, dalam beberapa detik mobil Alwi menghilang dalam
gelapnya malam.
“dan untuk
kalian, menyebarlah. Umumkan kepada semua warga untuk tidak terlihat panik,
yang mereka butuhkan hanya berpura-pura takut. Janga ada aktifiktas di esok
hari. Beri peringatan mereka untuk tidak keluar. Jadikan kesan kota ini bagai
kota mati.”. ujar Faris. Mereka paham.
“baik untuk
bad boys dan speed lover kalian keutara. Bmw lover king street ferari inc
kalian ke selatan, mars dan youndaime kalian ke barat. King of hill matzda
comumunity dan dar angel kalian ketimur”. Papar Faris.
Raihan takjub melihat
kepemimpinan kakanya itu. Dalam hati ia berkeinginan menjadi sosok seperti dia.
“lalu apa
yang ita lakukan?”. Tanya Raihan.
“kita
pulang menyusun rencana awal”. Ujar Faris.
“baiklah”.
Raihan mendatangi mobilnya. Ia masuk dan mendapati Asya tengah tertidur pulas
di bangku sampingnya.
“selamat
tidur sya...mimpi yang indah”. Raihan menyingkapkan rambut Asya. Faris memberi isyarat Raihan untuk
mengikutinya dari belakang. Ke dua mobil itu melesat menghilang dalam gelapnya
malam. Sementara para grup yang telah di tugasi faris segera menyebar. Mereka
menjakankan tugas sebagaimana Faris titahkan kepada mereka.
**********
Sementara itu, di lain sisi.
Alwi tengah melaju dengan kecepatan tinggi menembus pekatnya malam. Jarum
kecepatannya menunjukkan angka seratus tiga puluh. Zaskia memandang Alwi yang
sedari tadi seperti menyimpan sesuatu. Ada
apa wi....apa yang kau risaukan. Gumam Zaskia. Alwi menambah kecepatannya
hingga angka seratus lima puluh. Suara mesinnya berdenging. Piston mobilnya
bekerja sangat cepat. Alwi tak melawati jalur pegunungan itu, ia memilih jalan
memutar melewati kota DESTRON. Kota yang subur makmur dengan mayoritas penduduk
petani. Alwi terus memacu mobilnya. Dalam hatinya ia khawatir jika terjadis
sesuatu yang menimpanya dan berakibat pada Zaskia.
Secepatnya aku harus keluar dari zona bahaya
ini. jika tidak, nyawa Zaskia dalam bahaya. Gumam Alwi. Ia memandang Zaskia. Aku tak ingin kehilangan dirimu
lagi...seperti waktu itu. Gumam Alwi.
Alwi sudah memasuki zona aman,
ia melihat ada listrik di kota DESTRON.
“Zas,
segera hubugi Anet untuk segera pulang”. Pinta Alwi.
“dengan apa
wi?”. Zaskia balik tanya.
“itu”. Alwi
menunjuk sebuah laptop yang masih tersimpan rapi mobil Alwi.
“gunakan
laptop itu”. Pinta Alwi.
“ini laptop
Anet?”.
“iya...”.
jawab Alwi. Zaskia segera membuka laptop itu. Tanpa sengaja Zaskia menemukan
sebuah file menurigakan ia buka itu. Isi dari file itu adalah pesan otomatis
terakhir Anet.
Melihatmu senang adalah
sebuah kebahagiaan untukku. Cinta tak harus memiliki wi. Aku tau itu. Cinta
adalah bagaimana kita berkorban untuk orang yang kita cintai. Cinta itu telah
memberiku ketabahan dan memberikan aku pelajaran yang berarti. Selamanya perasaan
ini akan selalu ada untukmu wi. Kapanpun kamu butuh aku akan selalu ada
untukmu. Zaskia yang terbaik untukmu. Jagalah dia sebaik mungkin. Jangan pernah
kau tinggalkan ia sendirian lagi. Alwi, mungkin tugasku sekarang sudah usai.
Menemani masa kesendirianmu adalah suatu kehormatan untukku, bersanding
denganmu dan balapan bersama denganmu akan menjadi suatu kenangan yang tak
terlupakan. Masa-masa itu akan tetap ada
dalam memoryku, dan akan tersimpan rapi hingga aku mati. Wi, munkin ini kali
terakhir pertemuan kita. Aku harap bisa bertemu lagi denganmu. Walau jarak
memisahkan kita aku harap itu tak menjadi halangan buat kita untuk tetap
menjaga komuikasi. Aku akan pergi ke paris mengikuti orang tuaku. Ma’afkan aku
karena aku tak memberitahumu lebih dahulu. Dan semoga kamu bahagia bersama
Zaskia
Salam:Anet
Isi dari file itu membuat Zaskia
terenyuh. Selama ini kamu memendam rasa
sedlam itu ya an?. Ma’afkan aku yang egois... gumam Zaskia.
“hey Zas
kenapa melamun....ayo dong ini suasana genting”. Ujar Alwi. Zaskia tersadar
dari lamunanya. Ia segera mencari web media untuk dapat berkomuikasi. Akhirnya
dia menemukan nomor Anet. Zaskia segera men-dial-up nomor itu. Tak berselang
lama nampak wajah Anet dari layar laptop itu. Zaskia dapat berbicara langsung
dnegan Anet.
“malam
an....”. sapa Zaskia. Anet kaget melihat sosok yang membawa laptop miliknya
itu.
“kamu, kamu
Zaskia kan?”. Tanya Anet memastikan.
“iya, aku
Zaskia”.
“lama tak
bertemu Zas....kamu tambah cantik aja...”. ujar Anet ramah. Bahkan ia mau bersikap ramah padaku.
Gumam Zaskia.
“kamu juga
an.... kamu tanpak cantik dengan sweater itu an...”. Zaskia berkomentar.
“hey suda
basa basinya....”. teriak Alwi.
“siapa sih
tuh cowok..”. Anet geram
“biasalah...siapa
lagi kalau bukan Alwi”. Ujar Zaskia. Zaskia mengahadapkan laptop itu pada Alwi.
Lalu memnghadapnya kembali.
“kalian
dalam perjalanan?”. Tanya Anet.
“iya”.
jawab Zaskia.
“dari
mana?”. Tanya Anet.
“dari kota
sebelah, kota mega metropolitan. Sekarang keadaan kota itu sedang dalam keadaan
bahaya. Kota itu mendapat teror yang mengancam nyawa semua penduduk kota”.
Terang Zaksia.
“bagaimana
bisa?”. Anet kaget. Raut muka Anet berubah seketika.
“ceritaya
panjang. Kamu bisa pulang sekarang?”. Tanya Zaskia.
“kebetulan
ini aku sudah selesai studyku dan aku dalam perjalanan pulang. Aku masih di
bandara paris Zas”. Terang Anet.
“syukurlah,
eh jangan lupa bawa peralatan canggih dari paris ya? Itu pesan kak Faris”.
“alat
canggih seperti apa Zas?”. Anet kebingungan.
“entahlah...kak
Faris tak mendetailkannya an..”. papar Zaskia. Anet terdiam sesaat, ia berpikir
alat apa yang dimaksud.
“iya aku
tahu....nanti aku bawakan”. Ujar Anet.
“kapan kamu
tiba di sini?”. Tanya Zaskia.
“mungkin
nanti malam”. Ujar Anet.
“apa nggak
bisa dipercepat?”. Zaskia kebingungan.
“ini sudah maskapai
tercepat di paris Zas, kenapa kamu terlihat kebingungan seperti itu?”. Tanya
anet.
“teroris
itu hanya memberi kita waktu dua kali dua puluh empat jam”. Terang Zaskia.
“bersabarlah
Zas, jemput aku jam tujuh malam di bandara new city”. Anet menghimbau.
“iya
an...ku tunggu kedatanganmu, satu lagi an. Setelah kau datang aku ingin bicara
hal pribadi denganmu”. Ujar Zaskia. Kata-kata Zaskia membuat Alwi bingung. Hal pribadi?. Pertanyaan muncul dari
benak Alwi.
“gampang
Zas, it’s ok”. Anet mengiyakan permintaan Zaskia. Ia sama sekali tak curiga
dengan kata-kata Zaskia.
“ok. Bye”.
“bye”. Anet
mengakhiri video call.
“hal
pribadi apa Zas?”. Tanya Alwi.
“urusan
perempuan, bukan urusanmu”. Zaskia cuek. Alwi terdiam.
***********
NEW CITY, PUKUL 03.00 PAGI.
Suasana
masih terbilang hening. Tak ada mobil yang lewat di jalanan kota new city. Alwi
mengurangi kecepatan mobilnya hingga angka sembilan puluh. Alwi memutuskan
menuju ke kediaman Raka segera untuk memberi tahukan kejadian yang menimpa kota
mega metropiltan.
“thok thok
thok”. Alwi mengetuk pintu rumah Raka. Tak ada jawaban, hening. Alwi melihat ke sekitar. Lampu-lampu jalan
masih menyala. Lampu lampu merah berfungsi. Tapi aneh, kemana perginya semua
orang? Alwi mengetuk pintu sekali lagi. Alwi keheranan setengah mati. Tak lama
berselang pintu pun terbuka.
“eh kamu
wi...masuk..masuk”. Raka mempersilahkan masuk. Alwi memberi isyarat Zaskia
untuk masuk.
“ada apa
pagi-pagi gini udah nyamperin gue?”. Tanya Raka mengusap-ngusap kedua matanya.
“aku
diminta kakak untuk menemuimu guna menyampaikan berita tentang keadaan kota
sebelah, mega metropolitan. Yang saat ini nyawa para penduduknya dalam bahaya”.
Papar Alwi.
“gue udah
liat beritanya di internet. Gue juga kasian ngeliat penduduk kota itu.”. ujar
Raka.
“lalu kakak
kamu minta gue ngebantuin apa?”. Tanya Raka menangkap arah pembicaraan Alwi.
“kakak
minta supaya kamu menghubunggi komunitas flash
dan ngebantuin kakakku di sana”.
Tutur Alwi.
“kakak kamu
di sana sekarang?”. Tanya raka kaget.
“iya...dia
di sana”.
“baik gue
akan segera hubungin flash agar
segera ke rumahku, pagi ini juga. Kamu istirahat aja sekarang, kasihan tuh
Zaskia”. Raka menoleh ke Zaskia. Zaskia nampak pucat pasi. Mungkin karena
kelelahan.
“kamu
istirahat dulu ya Zas”. Pinta Alwi. Zaskia menurut. Raka menunjukkan kamar yang
biasa dipakai Alwi menginap dirumahnya. Zaskia mengikuti dari belakang.
“ini kamar
yang biasa Alwi gunakan nginep di sini”. Ujar Raka.
“iya..makasih.”.
Zaskia kelelahan. Dia merasa pusing, dia membaringkan diri di kasur. Terasa
nyaman.
“ngomong-ngomong
kemana seluruh penduduk new city?”. Tanya Alwi.
“kamu lupa
ya? Hari ini kan hari minggu. Jadi mereka beristirahat habis-habisan di hari
ini”. Raka mengingatkan.
“oh iya
ya...”.
“kapan kita
berangkat ke sana?”. Tanya Raka.
“setelah
anet datang”. Tutur Alwi.
“lho, Anet
sudah selesai studynya?”. Tanya Raka heran.
“sudah.
Nanti malam dia datang”.
“ngapain
nunggu dia segala?”. Raka tambah heran.
“karena dia
kunci sukses misi ini”. tutur Alwi. “sudah ya aku mau istirahat”. Alwi berjalan
menuju kamar yang biasa ia tempati. Ia melihat Zakia tampak begitu lelah. Ia
memakaikan selimut untuknya. “selamat tidur, bidadariku”. Ucap Alwi pelan. Alwi
menuju sofa di sebelah lemari. Dia merebahkan tubuhnya di sofa itu, perlahan-lahan
pandangannya melemah. Kemudian tertidur.
Sementara itu, Raka menyebarkan
info ini pada seluruh anggota flash.
Ia meminta flash untuk segera datang
ke rumahnya, pagi ini juga. Raka memandang gunung di barat kotanya itu. Memang sudah lama gunung itu menjadi sarang
teroris. Gumam Raka. Kenapa baru
sekarang tekuak?. Raka heran. Tapi
tak apa, dari pada tidak sama sekali. Hatinya menuturkan.
Diambilnya secangkir kopi dari
dapur, ia membawanya ke meja komputer. Raka meminumnya sedikit. Hmm teroris ya. Raka mencari tahu di
internet. Blog demi blog ia telusuri. Black web demi black web ia tembus.
Hasilnya nihil. Dia sangat pandai
merahasiakan informasi. Gumamnya. Tiba-tiba muncul situs black web milik
masta corporation yang di kepalai oleh jacob martin. Di link itu tertera
alat-alat teroris. Seperti bom bunuh diri. Bubuk potasium. Gas nitrogen cair.
Perusahaan itu menjualnya terbuka. Dan diam-diam juga menjual alat-alat
elektronik berbasis tekhnologi tinggi untuk kegiatan pembunuhan dan terorisme. Gue curiga perusahaan ini ada kaitannya
dengan para teroris itu. Raka melanjutkan kembali penelitiannya. Ia
memindai lokasi gunung death mountain
dengan alat buatannya sendiri. Alat itu berupa corong gelombang alpha
berfrekuensi dua ribu megahertz. Mampu untuk menembus gunung. Dengan Alat itu
dia menemui beberapa keganjilan di gunung itu. Gelombang alpha buatannya tak
mampu menembus gunung itu. Aneh, kenapa tak bisa tembus?. Raka heran. Ia menyimpan pertanyaan itu di otaknya.
*************
PARIS, PUKUL 08.30 MALAM . 2 JAM SEBELUM
KEBERANGKATAN ANET.
Anet memikirkan alat apa yang
kiranya sesuai dengan yang di maksud Faris. Kira-kira
apa ya? Mungkin dia butuh nano magnetik penolak peluru. Lalu untuk menambah
kecepatan, gas murni nitrogen. Lalu apa lagi yach??aku bingung. Anet
teringat sesuatu. Di paris dilegalkan pertanyaan-pertanyaan seputar teroris di
web site. Aku bisa gunakan itu. masih ada waktu dua jam sebelum
keberangkatan. Anet segera membuka web site tanya jawab Paris. Ia
menanyakan seputar teroris.
Muncul beberapa pilihan
terorisme di web site. Terorisme pembunuhan, terorisme perampokan, terorisme
pengeboman, terorisme penyadapan data. Dan masih banyak lagi. Aduh yang mana ya....jadi bingung
aku....pilih semua saja lah. Anet memilih semua. Lalu keluarlah alat-alat
dan bahan-bahan canggih yang ia butuhkan. Ia mengcopynya. Semuanya. Bahan
udah, alat udah. Sekarang di mana aku bisa mendapatkan bahan dan alat-alat itu.
gumam Anet. Ia mencari lagi di web site. Muncullah beberapa nama toko besar
yang menyediakan alat dan bahan itu. Anet segera mendatangi itu toko itu. lalu
menyerahkan daftar alat dan bahan itu.
“à ce que toute cette, poussin?”. Untuk apa semua ini, gadis manis?. Tanya
penjual itu.
“Notre
pays a
vraiment besoin”. Negara kami
sangat membutuhkannya. Ucap Anet.
“pour
quoi faire?”. Untuk apa?.
Tanya penjual itu heran.
“contre
les terroristes”. Melawan teroris.
Jawab Anet.
“D'accord,
mais soyez
prudent”. baiklah, tapi berhati
hatilah. Ujar penjual itu. penjual itu segera mengambilkan barang-barang
permintaan Anet. Menyerahkannya pada Anet.
“combien
est-il?”. Berapa harganya?. Tanya
Anet pada penjual wanita tua itu.
“déjà, prenez-le. Je vais vous donner gratuitement. nous espérons que votre ville en arrière paix”.
sudah, bawa saja. aku beri gratis
untukmu. semoga kotamu kembali damai. Ujar penjual itu.
“merci
beaucoup”. Terima kasih banyak.
Anet tersenyum sembari membawa koper besar itu pulang. Ia mencari taksi menuju
bandara paris. Dan bersiap meluncur kembali ke new city.
Anet senang bisa
melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia rindu wajah Alwi. Sosok yang hingga kini
masih ia cintai. Empat tahun lamanya mereka berpisah, mereka kini akan
dipertemukan kembali. Aku rindu kamu wi.
canda tawamu, perhatianmu....begitu mengenang dan tak terlupakan. Gumam
Anet.
Raihan
Accurate Tactics
MEGA METROPOLITAN, PUKUL 07.30.
Suasana masih
mencekam. Asap tebal hitam masih berterbangan di angkasa kota. Pagi itu terasa
panas. Tak dijumpai embun di sana. Hanya sisa-sisa kebakaran yang hempir menghanguskan
seluruh kota pusat. Orang-orang
menjalankan apa yang Faris minta, mereka bersikap selolah-olah takut. Banyak
dari mereka yang memilih untuk tidak keluar rumah. Namun ada juga yang tetap Suasana masih mencekam. Asap tebal
hitam masih berterbangan di angkasa kota. Pagi itu terasa panas. Tak dijumpai
embun di sana. Hanya sisa-sisa kebakaran yang hempir menghanguskan seluruh kota
pusat. Orang-orang menjalankan apa yang
Faris minta, mereka bersikap selolah-olah takut. Banyak dari mereka yang memilih
untuk tidak keluar rumah. Namun ada juga yang tetap beraktivitas seperti biasa.
Raihan menatap
penuh kasih pada Asya. Ia melihat gadis itu tengah terbaring di kamarnya, lemah
tak berdaya. Raihan merasa bersalah atas apa yang menimpa Asya. Seharusnya gue nggak ngelibatin loe sya.
Sesal hati Raihan. Raihan menghampiri
Asya. Dipegangnya dahi Asya sembari berucap.
“beristirahatlah sayang......”. suara Raihan begitu pelan. Ya, sangat
pelan. Hingga nyaris tak terdengar. Raihan merapikan selimut Asya. Lalu pergi
turun menemui kakaknya.
Ia dapati Faris
tengah sibuk dengan laptop bertenaga surya miliknya. Faris mengolah-olah
kemungkinan yang terjadi dengan laptop itu. ia mengkalkulasi
kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja
terjadi.
“kenapa hanya menggunakan laptop kak?’. Tanya Raihan dari belakang.
“jika datang langsung terlalu berbahaya”. Ujarnya.
“siapa juga yang suruh datang langsung”. Raihan mendekat.
“lalu rencanamu apa?”. Faris heran.
“kita kirim mobil remote”. Raihan memecah keheningan. Faris tertawa terbahak-bahak.
“ini bukan permainan han....ini menyangkut nyawa”. Ujar Faris.
terperangah mendengar pernyataan Raihan.
“kalau nggak mau ya sudah”. Raihan berlalu pergi darinya.
“eh...tunggu....”. Faris mengikuti dari belakang.
“ikuti gue”. Raihan mengajak Faris ke garasi pribadinya.
Raihan membuka
pintu garasi. Faris terkejud melihat mobil ferari merah di garasi Raihan. namun
Raihan menuju sisi lain dari garasi itu. ia menyingkapkan sebuah tirai putih.
Dengan kepala matanya sendiri, Faris menyaksikan sebuah mobil yan belum pernah
ia jumpai. Sebuah mobil remote besar.
“ini, dengan ini kita bisa memantau keadaan gunung itu”. ujar Raihan.
Faris memeriksa mobil itu. persis seperti
mobil asli. Gumam Faris.
“lalu alat pengendalinya di mana?”. Tanya Faris.
“kita bisa gunakan laptop surya itu”. ujar Raihan dingin.
“baiklah mari kita mulai”. Faris bersemangat.
Mereka merancang
jalur menggunakan mobil itu. Faris memasang camera kecil di bagian depan mobil
itu, dan memberinya chip potition.
Chip untuk mengetahui lokasi benda. Raihan mengganti kaca depan mobil itu
dengan kaca hitam, agar tidak di ketahui komponen dalam mobil itu dengan mudah.
Faris menanamkan memori kecil yang dapat menyimpan video selama dua kali dua
puluh empat jam. Faris juga menanam sistem safety
data. Program keamanan data.
Faris menyiapkan
semuanya di laptop, radar, pelacak lokasi, penampil video selama perjalanan,
sensor bahaya. Dan juga camera pengawas yang nantinya akan Faris letakkan di
beberapa tempat. Mobil itu telah siap.
it’s
show time.
Dua laptop surya
mereka gunakan sekaligus, satu laptop untuk kendali mobil, satu laptop untuk
statistik mobil dan pengawasannya. Raihan bertugas mengeudikan mobil. Faris
mengawasi.
Raihan
menjalankan mobil itu perlahan keluar dari perkarangan, camera di depan mobil
berfungsi sebagai pengelihatan Raihan. camera itu menunjukkan jalan yan kan di
tempuh Raihan. perlahan Raihan memacu mobilnya sedikit demi sedikit. Mobil itu
bergerak menuju gunung death mountain.
Faris mengawasi dengan sangat hati-hati, setiap kilometer yang Raihan tempuh,
Faris selalu mengganti radar. Ini bertujuan agar tidak terlacak perangkat musuh
yang jauh lebih canggih.
Baiklah, ini saatnya. Gumam Raihan.
Raihan memacu mobil itu hingga angka seratus dua puluh dan masih meningkat. Faris
semakin cepat memindah radar setiap kilometernya. Keduanya bekerja sama.
Beberapa ratus meter lagi, mobil itu tiba di kaki gunung. Raihan mengurangi
kecepatan.
“jangan kurangi kecepatan terlalu banyak.....”. ujar Faris. Raihan
mengurangi kecepatan sedikit demi sedikit.
“sekarang gunakan trik menyetirmu”. Pinta Faris. Raihan menurut. Dia
menggunakan drift di berbagai
tikungan tajam. Tiba-tiba alarm mobil berbunyi.
“bahaya...bahaya....”. Faris memberi peringatan.
“gue tahu itu”. Raihan berupaya mengkondisikan mobilnya yang tiba
oleng tak terkendali.
“zona apa ini?”. Raihan bingung. Faris segera melacak daerah sekitar
dengan perlatan seadanya.
“tidak terdeteksi...”. Faris heran. Ia menjatuhkan satu kamera di zona
itu.
“sudah han....tambah kecepatan...”. Perintah Faris.
“nggak bisa.....terlalu berat....entah apa..seperti ada medan magnet
di sekitar sini”. Ujar Raihan. firasat Raihan terbukti saar kamera ia melihat
sebuah mobil yang sudah hancur menempel di dinding lereng.
“iya....ini memang zona magnet”. Faris mendapatkan informasi.
“lalu kita harus apa”. Raihan panik. Mobil remot itu semakin melambat
dan terseret ke dnding lembah.
“cepatlah.....kita tak punya banyak waktu....”. Raihan kebingungan.
“tambah saja kecepatannya, gunakan gas nitrogen dua puluh persen”.
Saran Faris. Raihan menurut. Ia menggunakan dua puluh persen gas nitrogen.
Kecepatan mobil itu perlahan meningkat dan semakin menjahui lereng gunung.
Suara mobil itu menderu-deru. Mencoba melawan Zona magnet.
Keadaan di gunung
itu sudah berubah total. Empat tahun lalu pernah ada seorang pelarian yang
bersembunyi di gununng itu. pelarian itu bekas teroris terhebat di kota mega.
Mungkinkah dia orangnya?
Raihan
melanjutkan perjalanan menyusuri jalan gunung itu. perlahan tapi pasti ia
merangkak ke puncak gunung. Mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi. Tak
berselang lama. Suara ledakan muncul dari depan mobil itu. sebuah jebakan
menantinya.
“gawat ada jebakan”. Raihan tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“terus saja....jika ada tempat bersembunyi, bersembunyilah”. Faris
menyarankan. Camera depan mobil Raihan menampilkan api besar dihadapannya. Api
itu menyambar-nyambar setiap benda yang lewat di hadapannya.
“bagaimana kita bisa melewati ini?”. tanya Raihan. Faris mencari
alternatif lain. Ia memindai daerah itu.
“kamu lihat pepohonan di sana?”. Tanya faris.
“iya”.
“bersembunyilah di sana”. Raihan mengendalikan mobil itu ke pepohonan
yang rindang. Pohon ini aneh sekali...
gumam Raihan melihat pohon yang berjajar di layar laptopnya itu.
“pohon apa itu?”. Faris bertanya.
“gue nggak bisa mastiin”. Ujar Raihan.
Mobil Raihan
berhenti disana. Ia istrirahat sejenak. Tak ada tanda-tanda mencurigakan dari
pohon itu. tiba-tiba muncullah seorang pria jangkung berpakaian acak-acakan di layar laptop itu. ia menghadap kamera
Raihan dan memberi isyarat ingin bicara. Faris menyalakan video call. Muncul
gambar Raihan dari dalam mobil.
“siapapun kau tolong aku...”. ujar laki-laki jangkung itu. kira-kira
umurnya sekitar dua puluh lima tahunan.
“siapa kamu?”. Tanya Raihan.
“aku mantan teroris kota metro yang melarikan diri ke gunung
ini..tolonglah aku, aku tahu seluk beluk gunung ini. ini sudah bukkan gunung
lagi melainkan sebuah markas rahasia masta community”. Papar laki-laki jangkung
itu. Raihan tercengang mendengar pernyataan itu. Faris mendekat.
“apa kami bisa pegang janjimu?”. Tanya Faris mencari kepastian.
“pasti..pasti..percayalah aku suda berubah. Beri aku kesempatan. Jika
aku berbohong maka bunuhlah aku”. Laki-laki itu menjadikan nyawanya sebagai
taruhan.
“baiklah, tapi kami tidak bisa membawamu sekarang. Mobil ini hanya
sebuah mobil remote besar. Tunggulah teman kami menjemputmu”. Ujar Faris.
“ambilah chip potition ini”. Faris
memberikan chip itu melalui kap depan mobil.
“bawa alat itu, agar kami bisa melacak lokasimu”. Ujar Faris. Laki-laki
itu mengangguk.
“aku permisi..berhati-hatilah”. Laki-laki jangkung itu bersembunyi di
pepohonan. Raihan melanjutkan perjalanan.
Mobil itu
berjalan kembali di jalan pegunungan. Sejauh ini tak ada apa-apa. Raihan curiga
itu jebakan. Ia terus menjalankan mobilnya perlahan.
“puatr balik mobilmu, kita terdeteksi musuh”. Ujar Raihan.
“baik”. Raihan memutar balik mobilnya. Dengan cepat ia memacu
mobilnya, jarum kecepatan menunjukkan angka seratus tiga puluh dan terus
meningkat.
“aktifkan mode safety data”.
Pinta Faris pada Raihan. Raihan mengaktifkan mode itu. mobilnya menuruni bukit
semankin cepat. Rocket peluncuran keamanan data muncul dari atas kap mobil itu.
“kita ter-lock”. Ujar Faris.
Sebuah peluru kendali mengikuti mobil Raihan dengan cepat. Raihan
mengurangi kecepatan.
“jangan main-main han...”. protes Faris. Raihan tersenyum, mendadak ia
menambah kecepatan sehingga mengecoh peluru kendali itu.
“biarkan aku bermain”. Ujar Raihan dingin. Kamu semakin pandai ya han.... gumam Faris tersenyum.
“baiklah...”. Faris membiarkan adiknya meladeni peluru demi peluru
kendali. Ini bukanlah hal yang sulit...siapa loe
dibalik semua ini, akan gue ungkap. Gumam Raihan.
“han awas....”. sebuah peluru tepat berada beberapa meter di
belakangnya mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Raihan berusaha mengecoh. Tapi
gagal. Apa, ini bukan peluru kendali biasa.
Gumam Raihan. “blumm”. Mobil Raihan meledak. Satu detik sebeum ledakan itu,
rocket yang sedari tadi telah meluncur bebas.
“sial...gue gagal”. Sesal Raihan.
“tak apa...yang penting kita dapat datanya”. Ujar faris.
Raihan menghela
nafas. dia lelah. Dia ingin istirahat. Raihan berjalan menaiki tangga. Ia
menuju kamarnya. Menemui asya yang terbaring lemah tak berdaya.
Asya terbangun dari tidurnya.
Matanya menerawang ke setiap sudut kamar Raihan. Asya merasa lemas. Sekujur
tubuhnya terasa panas. Ia terlalu lemah untuk berjalan.
“raihan.....”.
panggil Asya. “raihan...”. Asya mengulanginya ke kedua kali. Raihan mendengar
suara itu. begitu lemah. Nyaris tak terdengar.
“iya
sya...aku di sini”. Raihan memegangi tangan Asya.
“jangan
tinggalin aku han....”. ujar Asya lemah.
“aku akan
di sini sayang...”. Raihan mengelus lembut rambut Asya. Asya tersenyum.
“kau baik
han....”. Asya memaksakan dirinya tersenyum.
“istirahatlah
sya...aku akan menjagamu”. Raihan menyeka keringat Asya.
Kamu udah berubah han...perhatanmu mulai tercurahkan untukku....terima kasih tuhan.. Asya
bergumam. Matanya sayuu menatap Raihan.
“sya...jika
aku tak kembali...aku ingin kau jaga kehormatanmu..jangan biarkan orang lain
mendekatimu. Karena dirimu hanya untukku sya...aku sayang kamu”. Raihan
mengelus pipi Asya.
“iya
han...tapi kembalilah untukku, karena tak ada yang mampu menggantikanmu....”.
ucap Asya pelan.
“iya
sya...aku berjanji...”. Raihan mencium tangan Asya.
“istirahatlah
sya......”.
“iya
han..”.
Raihan melepaskan tangan Asya
dan mebiarkanya istirahat. Faris masih terus berusaha melacak dan mengumpulkan
data. Aku harus segera menmukan cara
untuk memanipulasi sistem keamanan gunung itu, tapi sebelum anet tiba aku tak
akhu bagaimana caranya.kapan kiranya kau datang an...kami membutuhkanmu di
sini. Gumam Faris.
***********
NEW CITY, PUKUL 08.30.
pertemuan
Raka dan flash digelar. Rekan-rekan Raka banyak yang datang.
Raka membuka pertemuan itu.
“baiklah
kawan...lawan kita kali ini adalah seorang teroris ulung dengan anak buahnya.
Aku tak dapat memastikan berapa?”. Raihan membuka pertemuan.
“semalam
mereka membumi hanguskan kota mega..kita diminta Faris untuk membantu di sana”.
Ujar Raka.
“ada yang
keberatan?” Raka melemparkan pertanyaan.
“ya..kalo
faris yang minta sih kami sama sekali nggak keberatan.tapi kita bantu apa?kita
hanya pembalap resmi jalanan”. Ujar Yuga.
“terserah
apa kata faris. Yang penting kita datang ke sana malam ini”. ujar Raka.
“baiklah...”.
“kita
bertemu di bandara jam tujuh malam”. Tambah Raka.
“kenapa di
bandara?”. Protes yuga.
“anet
datang malam ini. Alwi meminta kita menjemput dia”. Terang Raka.
“anet teman
Alwi yang cantik itu kan...yang pandai
merancang taktik?”. Tanya Yuga.
“betul...”.
“baiklah
kita sepakat....ayo teman-teman,,,bubar”.
Mereka membubarkan diri. Alwi
terbangun dari tidurnya.ia mendapati Zaskia tergeletak lemah di kasur. Seharusnya aku tak melibatkanmu Zas.
Gumam Alwi. Tapi itu semua terlambat. Zaskia terlanjur terjun dalam kejadian
itu.
Alwi mendekati jendela.
Diingkapkannya tirai jendela itu. ia menatap langit yang hitam. Bahkan langit pun menghitam akibat ledakan
semalam. Sebenarnya siapa dia?sehebat itukah kemampuannya, mungkinkah raihan
bisa mengungkap siapa dalang dibalik semua ini...semoga usahaku tak sia-sia....gumam
Alwi. Dari negeri yang jauh di sana
sedang terbang seorang malaikat penyelamat, dia itu kau anet, ya hanya dirimu
yang mampu menandingi siasat licik teroris itu. kami mengharapkanmu segera
datang. Walau dalam hati kecilku aku juga rindu padamu, aku terlanjur memliki
Zaskia. Aku juga mencintainya. Sungguh pilihan yang sulit bagiku...ma’afkan aku
an....usahamu bersamaku mengambil kembali Zaskia dari tangan doni dan jodi
takkan pernah aku lupakan, jasamu sangat berharga bagiku. Pesan terakhirmu itu
sangat menyiksa batinku. Kau menuturkan sesuatu yang lama kau pendam. Sebuah
rasa yang kau pendam sejak pertama kali bertemu denganku. Kini kau akan
kembali. Masihka kau mencintaiku?. Jika iya, bagaimana aku harus menyikapimu?. Mana
yang harus aku pilih Zaskia atau kamu an.....kalian berdua sangatt berharga
bagiku. Aku tak mau melukai perasaan kalian berdua. Di sini, di lubuk hati yang
paling dalam aku mencintai kalian berdua. Alwi menatap kosong ke arah
langit.
Zaskia mengahmpirinya. Ia
mendekati Alwi. Zaskia merasa ada yang berbeda dalam diri Alwi, ia tak tahu
pasti apa itu.
“sudah
bangun wi?”. tanya lembut Zaskia. Alwi kaget, ia menoleh.
“sudah....”.
jawab Alwi tak bersemangat.
“kenapa
kamu kelihatan lesu wi?kamu kelelahan ya?”. Tanya Zaskia.
“nggak
Cuma...”. Alwi memotong kalimatnya.
“Cuma apa
wi?”. Zaskia penasaran. Alwi tak tega menyatakan yang sebenarnya. Alwi pergi
menghindar.
“wi....”.
panggil Zaskia, Alwi tak menghiraukan. Apa
yang salah dengan ucapanku. Kenapa kau kelihatanbegitu berbeda hari ini, apa
mungkin ini karena kedatangan Anet?apa kamu mencintainya wi?. Zaskia
membiarkan Alwi pergi. Menghilang di balik pintu. Jika iya, maka aku rela membagi cinta dengannya.gumam Zaskia.
Alwi merasa tak enak pada
Zaskia. Tapi mau bagaimana lagi. Ia harus melawan perasaanya sendiri demi
Zaskia. Ma’afin aku Zas... gumam
Alwi. Zaskia turun menghampiri Alwi. Dia mencoba mendekat.
“wi....”.
suara lembut itu menggetarkan hati Alwi.
“iya, ada
apa?”. Alwi memberi respon.
“katakan
yang sejujurnya wi, apa yang kau pendam saat ini?kataknlah”. pinta Zaskia.
“bukan
apa-apa Zas, aku hanya takut kehilangan dirimu untuk yang kedua kalinya”. Alwi
berjalan mendekati Zaskia, memeluknya.
“ma’afin
aku Zas”. Ujar Alwi.
“iya
wi....” Zaskia mengelus punggung Alwi. Raka tersenyum melihat keduanya.
“disaat
genting seperti ini kakian masih romantis saja ya?”. Raka bergurau.
“inilah
cinta....”. sahut Alwi. Tawa Raka pecah, disusul Alwi.
Hari semakin siang. Mereka tak
sabar menunggu kedatangan Anet. Mereka bertiga menganggur. Tak melakukan
apa-apa. Raka masih terus mencari info yang bisa ia dapat dari internet. Alwi
kembali merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Zaskia dengan sabar memijat
lembut pundak Alwi.
“enak
banget loe wi...iri gue...”. ujar Raka.
“udahlah....dari
pada nganggur mendingan loe cari koneksi dengan kak Faris”. Ujar Alwi.
“kayak raja
aja loe wi....perintah-perintah seenaknya”. Ujaar Raka.
“sudahlah..aku
masih capek. semalam nggak bisa tidur”. Bela Alwi. Zaskia tersenyum melihat
sifat kekanak-kanakan Alwi muncul kembali. Masih
saja seperti dulu kamu wi. gumam Zaskia.
“yang kanan
sayang”. Alwi memamerkan kemesrannya.
“yang kanan sayang, enak banget loe”.
Nada Raka sedikit mencela.
“hahaha”.
Alwi tertawa. Zaskia tersenyum.
“awas loe,
gue kasih tau kekasih gue, ngiler loe”. Raka geram. Ia kembali menghadap
komputer. Dia membiarkan Alwi bersenang-senang dengan Zaskia terlebih dahulu
karena ia tahu Alwi akan menjalankan tugas yang berat malam ini.
“makasih
raka...gue udah punya...”. senyum Alwi sembari melirik Zaskia.
*************
BANDARA NEW CITY, 19.00.
Tepat sesuai rencana, jam tujuh
malam flash berkumpul di bandara.
Mereka menanti kedatangan Anet. Semua mata tertuju pada sebuah pintu keluar
bertuliskan “kedatangan luar negeri”. Mereka semua rindu dengan pembuat taktik
terbaik yang pernah mereka miliki dan seorang yang cantik, tentunya. Tak hanya
seorang pembuat taktik, bagi mereka Anet telah mereka anggap sebagai adik
sendiri. Banyak diantara mereka yang menyanyangi Anet layaknya seorang kakak
kandung. Kepandaian Anet tidak hanya dalam urusan strategi tapi dia juga pandai
memperkirakan komposisi yang pas dalam balapan. Sehingga keselamatan mereka
terjamin.
Tak berselang lama, muncullah
sosok gadis muda berperawakan tinggi, berambut panjang dengan kaca mata
diwajahnya. Gadis itu menebar senyum pada flash.
Tak lain gadis itu adalah Anet.
“wellcome
back anet....”. Zaskia menyambut ramah.
“hey
Zas....lama tak berjumpa”. Anet memeluk Zaskia. Tak nampak dari keduanya kalau
mereka bekas kompetator pemilik Alwi di masa SMA dahulu. Alwi tersenyum.
“kalian
serasi sekali...”. ujar Anet. Alwi tersenyum. Aku tahu dalam hatimu kau menyimpan perasaan cinta pada Alwi an...
gumam Zaskia.
“mari
berangkat...”. Anet langsung mengajak ke kota mega.
“kamu nggak
isitirahat dulu an?kamu tampak begitu lelah..”. Zaskia menaruh perhatian pada
Anet.
“ah
sudahlah...aku bisa beristirahat di mobil”. Ujar Anet ”ni aku bawakan alat dan
bahan yang kamu minta wi”. sambung Anet. Sekilas Anet memandang wajah Alwi,
sekedar untuk melepaskan rindu yang terpendam begitu lama.
“baiklah
mari segera berangkat....”. raka mengajak mereka berangkat. Anet masuk mobil
Alwi. Mobil yang memberinya kenangan terakhir perjuangannya bersama Alwi kala
itu . Dia duduk di belakang bersama Zaskia. Anet juga melihat laptop kesayangan
miliknya masih terawat di mobil Alwi. Ia senang Alwi merawatnya dengan baik.
Dalam laptop itu berisi semua diari anet dan pesan terakhir Anet pada Alwi juga
ada juga aplikasi untuk mobil Alwi yang sudah terpasang di sana.
Mereka berangkat bersama dengan
para flash. Perlahan Alwi memacu
mobilnya. Angka menunjukkan sembilan puluh dan masih terus meningkat. Mobil
Alwi melaju dengan cepat memimpin para flash
dan diikuti Raka tepat di belakngnya. Anet mengambil laptop kesanyangannya itu.
Anet segera menyalakan radar laptop itu. dia membuat koneksi dengan kak Faris
di kota sebelah. Dia juga mengatur kembali mesin mobil Alwi. Mobil Alwi berlari
lebih halus. Suara mesinnya mulai berirama, teratur. Zaskia diam mengamati
Anet. Anet juga membuka akses satelit. Dia mencari letak Faris sekarang berada.
Dalam beberapa menit dia telah terhubung dengan Faris.
“hay
kak...”. sapa Anet ramah.
“kamu sudah
datang an?”. Tanya Faris.
“iya, ini
sedang menuju ke lokasi kakak”. Anet melacak keberadaan Faris di saat melakukan
video call dengannya.
“baik...eh..tunggu.
suruh flash jangan melalui gunung
itu. terlalu berbahaya. Perintahkan mereka untuk melalui jalur utara gunung”.
Terang Faris.
“baik kak”.
Anet menyuruh Alwi memberhentikan mobilnya. Ia keluar dari mobil. Alwi heran
dengan yang dilakukan Anet. Anet meminta Raka untuk memimpin flash menuju kota mega melalui jalan
utara. Raka mengerti. Dia memberi aba-aba flash
untuk mengikutinya. Anet kembali masuk mobil.
“jalan....”.
pinta Anet. Alwi kembalii memacu mobilnya menuju gunung.
“kak faris
menyuruhku untuk memberi tahu Flash agar melalui jalan utara....kita punya
tugas menjemput seorang laki-laki jangkung di kaki gunung itu”. papar Anet.
Alwi mengerti.
“berapa
lama lagi kita sampai di kaki gunung itu?”. Anet menunjuk gunung tinggi yang
menyeramkan.
“satu
menit”. Ujar Alwi.
“satu
menit?”. Anet dan Zaskia heran. Alwi memacu mobilnya hingga angka seratus
enampuluh.
“pelan-pelan
wi....”. Anet mengingatkan.
“kita harus
berhati-hati di sekitar pegunungan itu, ada sekitar dua belas pusat senja di
gunung itu”. papar Anet.
“dari mana
kau tahu?”. Tanya Alwi heran.
“dari hasil
terakhir satelit”. Ujar Anet.
“baiklah
awasi setiap kilometer kita”. Ujar Alwi.
“iya”. Anet
mengakses jaringan satelit melacak keberadaan orang yang Faris maksud. Anet
menemukan orang itu tak bergerak. Dalam radar satelit, keadaan orang itu tak
bergerak sama sekali. Apakah dia mati.
Gumam Anet. Dia memperjelas gambar dengan sensor panas satelit. Dia mendapati
warna orange berbentuk tubuh manusia. Tanda masih ada kehidupan. Tapi kenapa orang itu sama sekali tak bergerak?.
Anet heran.
Mobil Alwi memasuki lereng
gunung. Dia berhati-hati, jaga-jaga kalau ada jebakan. Alwi memacu mobilnya
dengan cepat. Ia ingin cepat-cepat sampai di sisi lain gunung. Radar
menunjukkan bahwa target semakin dekat. Lalu muncullah seorang laki-laki dari
semak-semak. Alwi memberi isyarat pada orang itu untuk segera masuk. Orang itu
pun masuk. Alwi memacu mobilnya secepat yang ia bisa. Orang itu berterima kasih
pada Alwi.
“bahaya,,,,,”.
Anet berteriak histeris.
“kita
terlock peluru kendali wi....”. sambung Anet.
“tenanglah...”.
Alwi menenangkan Anet. Zaskia diam ketakutan. Anet memeluk Zaskia.
Sebuah rocket mengejar mobil
Alwi. Alwi melakukan drift. Rocket
itu terkecoh dan menghantam dinding gunung. Alwi tersenyum. Tiba-tiba.
“thar......”.
kaca belakang Alwi pecah tertembus sebuah peluru. Peluru itu menancap di bagian
control utama. Alwi hendak menyentuhnya.
“jangan
disentuh.....”. Anet melarang.
“kenapa?”.
Tanya Alwi.
“sudah
lanjutkan saja.bawa kita ke zona aman..”. Anet panik.
“iya..”.
Alwi memacu mobilnya hingga angka seratus tujuh puluh. “.
Dalam
beberapa menit tibalah mereka di kediaman Raihan. kedatangan mereka disambut
hangat oleh Faris.
The Great Strategy
MEGA METROPOLITAN, 22.00.
Kedatangan Anet disambut hangat
oleh Faris dan mega runner. Mereka segera menyusun rencana hendak mengalahkan
sii joker, sebutan bagi si teroris. Anet segera meminadai seluruh area mega
metropolitan. Dia dapati banyak titik bom di kota itu. Anet memancarkan
gelombang inframerah, dia melihat ada banyak camera tersembunyi mengintai
mereka. Anet memindai gunung itu, dia terperangah. Betapa terkejut hatinya saat
mendapati gunung itu telah berubah menjadi sebuah benteng markas. Markas yang
dijaga ketat.
“gunung itu
telah dialih fungsikan jacob sebagai benteng”. Tutur laki-laki jangkung itu.
“siapa
jacob?”. Tanya Raihan.
“dia adalah
pemilik masta corporation, perusahaan yang menjual berbagai macam alat
terorisme”. Paparnya.
“lalu apa
yang harus kita lakukan?”. Tanya Raka.
“begini...”.
Anet memotong kalimatnya. Semua orang mendengarkannya.
“kita bagi
tim kita menjadi dua regu. Satu regu untuk mengambil dan memanipulasi bom yang
tersebar di seluruh kota, dan satu tim lagi untuk penyergapan di gunung itu”
terang Anet.
“rencana
yang bagus”. Ujar faris.
“untuk regu
penyergap aku merekomendasikan para pembalap yang lincah. Silahkan kak Faris
tunjuk yang menurut kakak mampu”. Anet memberi kuasa Faris.
“baiklah
untuk tim penyergap. Alwi Raihan Raka joe dan aku sendiri. Serta Anet sebagai
navigator. Yang lain, kalian bertugas menjinakkan bom yang tersebar di berbagai
penjuru kota”. Terang Faris.
“blooom......”.
tiba-tiba terdengar suara ledakan. Satu bom telah di ledakkan.
“dia sudah
mulai”. Ujar Alwi.
“kita harus
segera bertindak”. Ujar Anet.
“baiklah
kita berangkat sekarang”. Ajak faris.
“tapi
sebelumnya, untuk kelima mobil yang akan menyergap ada baiknya jika kalian
menggunakan ini.”. anet menyodorkan sebuah koper besar. Berisi lima tabung gas
nitrogen, chip penghilang jejak. Chip anti magnetik. Chip penolak peluru. Dan sebuah
chip tanam untuk menciptakan perisai elektromagnetik di sekitar mobil.
“pasang
semua ini pada mobil kalian”. Ujar Anet.
Mereka
segera memasang chip chip itu. dalam beberapa saat mereka telah kembali.
“kami
siap”.
Mereka
berangkat ke gunuung itu bersama-sama. Di pimpin oleh faris di barisan
terdepan. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi.
Zaskia dan Asya tetap tinggal di
rumah Raihan. Alwi melarang mereka ikut.
“kalian
harus tetap disini”. Alwi mencoba lembut.
“tapi aku
khawatir wi...aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu”. Zaskia menangis.
“percayalah.
Aku akan kembali untukmu”.
Zaskia
mengangguk.
Alwi mengejar ketertinggalannya
dari belakang. Anet mengaktifkan radar
kelima mobil itu. ia melihatnya dengan jelas. Kelima mobil itu mendekat ke gunung.
Mencoba sebisa mungkin untuk menghindari perangkap. Tiba-tiba mereka dihadang
oleh sebuah mobil mustang hitam. Mobil itu mengaung-ngaung. Mereka tahu itu
adalah mobil si joker.
“bukankah
itu mobil joker”. Tanya Raihan
“iya, tapi
kenapa ia muncul begitu cepat”. Faris curiga.
Bersambung
ke
“THE FLASH OF LITTLE STAR 2”
Buku
seri pertama ini ditulis di:
Tembok
rejo, jember.
Senin,
29 juli 2013
Alhamdulillah
selesai ditulis di
Tembok
rejo,jember.
Sabtu,
03 agustus 2013.
Biografi penulis
Nama M. Fajaruddin Shiroth, lahir di
Trenggalek 21 Maret 1997, menempuh pendidikan di MI MWB Hidayatut thullab dan
SMP serta Madrasah Aliyah di Anwarul
Haromain. Serta menempuh pelajaran kitab kuning langsung dari pengasuh
pesantren Al Anwar Trenggalek. Dia aktif di organisasai ALC (Al Anwar language
community) sebagai pembimbing belajar adik-adik kelasnya. Selain itu dia di
percaya Abahnya untuk mewakili para santri berpedapat. Dia juga terlibat dalam
forum musyawarah pondok (2012).
Selain itu ia aktif di
organisasi lain seperti Osis (2012), Pramuka(2009), berkat ketekunan dan
keuletannya dalam menggali prestasinya ia pernah menjuarai lomba pidato tingkat
madrasah Ibtidaiyah ia mendapat juara 3 (2005), selain itu prestasinya tak
terlepas dari juara 1 sampai 3.prestasi non akademik menjuarai Volly se
kecamatan Durenan (2008). Belakangan ini
dia ikut olimpiade bahasa inggris se-karesidenan kediri (2013). Karyanya the bad boy, yang di perankan oleh
temannya, irfan arfa’i berhasil memenangkan lomba story telling di pondok
ANWARUL HAROMAIN (2013). Karya-karya drama bahasa inggrisnya selama SMP kelas
satu dan dua menduduki peringkat teratas kelas drama bersama grupnya
(2009-2010).
Diselasela kesibukannya
menuntut ilmu ia masih meluangkan waktu untuk menulis novel dalam upaya
menyalurkan bakat kreatifnya yang sampai sekarang masih tetap di asahnya agar
kreatifitas yang ia miliki mampu setajam pisau. Novel perdananya adalah STAR NIGHT (Sabda Media 2013). Kini ia
tinggal di alamat RT 11 RW 03 Jethak Baruharjo Durenan Trenggalek jawa timur.
Untuk korespondensi agar dapat tegur sapa dapat melalui Email:
fajarudinsiroth@yahoo.com, fajar.assmawy@gmail.com
0 Comments