THE FLASH OF LITTLE STAR(wajib coment buat yang terbaik)


the  flash of little star






Muhammad Fajaruddin Shiroth














“Di setiap untaian kata ada sihir. Di setiap kalimat cinta ada kekuatan. Di setiap peribahasa mengandung ma’na. Di setiap bait ada seni. Di setiap ungkapan rasa terdapat ketulusan. Di situ kita temukan ketentraman”


















PENDAHULUAN
            Akhirnya, puji syukur saya panjatkan ke hadirat sang pencipta. Ketika saya selesaikan tulisan ini saya menyadari bahwa ini hanyalah sebuah karya sederhana dari hidup yang sejati. Maka fikiran pun berhenti merangkai kata. Lisan tak mampu lagi berucap. Kata-kata indah menguap lenyap. Setetes air embun berbisik lembut. Sangat lembut, terdengar manis di telinga. Paling tidak dia berusaha merangkai kata. Dan semoga ini ada manfaatnya.

Ketulusan, Kesabaran Dan Kepercayaan Akan Membawa Pada Kekuatan Cinta Sejati.

            Dalam novel ini dimuat sosok Raihan yang selalu mencoba menghindari gadis. Dalam novel ini dimuat unsur cinta dan petualangan yang mendebarkan. Raihan adalah remaja berbakat, kaya raya dan multy talent. Ia tergolong remaja tampan di sekolahnya. Namun sayang, kebahagiaan tak pernah hinggap di hatinya. Hari-harinya selalu dipenuhi bayang-bayang pengkhianatan pacarnya terdahulu. Dalam kehidupannya sehari-hari dia merasa bahwa dirinyalah yang paling menderita di muka bumi ini. namun dalam hati kecilnya ia menyadari bahwa dirinya masih beruntung. Ada usaha untuk mencari kebahagiaan dalam dirinya.
            Asya, gadis yang sangat cantik. Dia memiliki banyak prestasi sehingga ia dipindahkan ke sekolah di mana Raihan bersekolah. Dia mampu bergaul dengan siapapun, termasuk Raihan. dia penasaran dengan latar belakang Raihan yang selalu menjahui setiap gadis yang mendekatinya. Mungkinkah Raihan gay? Pertanyaan pertama yang muncul dari benak Asya. Setelah mengetahui siapa Raihan sebenarnya. Takdir mempertemukan Asya dengan kakek Raihan, seorang laki-laki tua yang pernah Asya tolong. Sang kakek percaya pada Asya. Kakek Raihan mempercayakan Raihan pada Asya.
“kalian akan saling membutuhkan”. Begitulah kata singkat yang membuat Asya dan Raihan menyimpan tanda tanya besar.
            Seiring waktu berjalan Raihan mulai percaya kepada Asya.cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Cinta itu merasuk di dada mereka menyatu dengan darah dan detak jantung. Cinta tumbuh subur diantara mereka. mereka membiarkan cinta itu menghiasi hari-hari mereka dengan penuh kasih sayang .Raihan mulai memperhatikan Asya, saat Raihan kecelakaan Asya merawat Raihan dengan senang hati. Setiap hari dia mendatangi rumah Raihan. mereka dihadapkan pada ujian saat Raihan lupa ingatan dan tak ingat siapapun. Dengan sabar Asya merawat Raihan dan membantu menyembuhkan lupa ingatannya. Kesabaran Asya mampu meluluhkan hati Raihan. perlahan Raihan teringat kembali kenangan-kenangan yang pernah ia lalui bersama Asya. Asya bahagia. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Kota tempat tinggal mereka mendapat teror dari joker. Siapakah joker?
            Di bagian akhir novel, Raihan harus berhadapan dengan joker bersama flash dan mega runner. Siapakah mereka? apa peran mereka dalam misi peringkusan terorisme itu?. bukan hanya mereka. dalam novel ini juga hadir tokoh Alwi, Zaskia, Anet, Faris, Raka, dan the flash. Yang sengaja saya sadurkan dari novel pertama saya, STAR NIGHT. Siapakah mereka?apa fungsi kehadiran mereka dalam novel ini?.
            Semoga hikmah dari novel sederhana ini dapat kita ambil manfaatnya, salam kreatif

TRENGGALEK, 04 AGUSTUS 2013.










DAFTAR ISI.
PENDAHULUAN..............................................................4
THE EMOTIONAL BATTLE................................................8
HER NAME IS ASYA.......................................................22
THE FACT......................................................................31
NIGHT WORLD..............................................................42
THE JOKER......................................................................54
THE ACCIDENT.................................................................63
ASYA FAITFULNESS..........................................................77
RECOVERY OF CONSCIOUS RAIHAN....................................86
RAIHAN’S ARRIVAL IN OLIVER...........................................93
THE TERORISM..............................................................105
THE STRATEGY...............................................................113
RAIHAN ACCURATE TACTICS............................................126
THE GREAT STRATEGY.....................................................145
BIOGRAFI PENULIS.........................................................148


The Emotional Battle
                Sejauh mata memandang hanya tampak bias cahaya semu mentari pagi. Di ufuk timur beberapa burung merpati beterbangan mencoba saling mendahului, berlomba menggapai ketinggian tertinggi. Burung itu melesat ke angkasa nan jauh di sana. Dari kejauhan terdengar raungan mobil honda civic tahun 2012 menggema menuju halaman sekolah, di dalamnya terlihat sosok remaja bertubuh atletis mengendarainya santai. Seluruh mata tertuju padanya, roman wajahnya yang tampan membuat semua gadis SMA di sekolahnya takjub padanya. Selain tampan dia juga memiliki banyak talent dari yang akademis hingga non-akademis.
                Ini semua hanyalah sesuatu yang kasat mata, ini tak akan bertahan lama, tak ada yang abadi. Gumamnya sembari melangkah memburu menuju kelas. Didapatinya di kelas telah gaduh akan ocehan teman-temannya. Ia menatap kosong pada bangkunya, ia melihat surat kecil bertuliskan “untuk raihan”. Ia membuka surat kecil itu. Membacanya sekejap lalu membuangnya. Mengapa setiap hari selalu ada surat kecil bertemakan cinta, haruskah aku merasakan cinta. Gumam raihan.
“hey han, kenapa loe?kok tampak kurang gizi loe?” canda Revan.
“gue Cuma heran aja, kenapa selalu ada surat untukku setiap aku masuk?”. Raihan membuang pandangannya keluar.
“come on....nikmati saja han”. Sahut Revan sekenanya.
“it’s not game van”. Jawab Raihan dingin.
“loe hanya perlu pembiasaan han”. Revan mencoba memberi sugesti.
“gue nggak butuh beginian lagi van”.
“gue tahu loe sakit hati tapi bukan gini caranya menghapus sakit hati loe han, gue tahu sudah banyak loe menaruh hati pada gadis tapi akhirnya loe dikhianati, gue tahu...tapi bukankah loe punya segalanya han?loe punya harta yang banyak...loe juga calon penerus ayah loe...apakah itu nggak cukup buat hilangin kesedihan loe han?”. Oceh Revan panjang lebar.
“bukan dengan harta suatu kebahagiaan dapat diraih..tapi dari sini”. Raihan menunjuk hati revan. “di hati”. Sambung Raihan.
“trus loe mau apa han?apa loe mau gue carikan pacar lagi?”. Tawar Revan.
“nggak, gue nggak butuh van”.
“lalu?”.
“biarkan hal ini gue hadapi sendiri”. Sahut Raihan dingin.
“loe yakin han”.
“apa wajah ini pernah menunjukkan kebohongan van”.
“gue percaya loe han....”.
                Bel berdering, semua siswa memasuki kelas. Terlihat dari pintu kelas , Nita masuk bersama dua temannya, Mia dan Sovi. Kedatangan mereka disambut hangat oleh siswa laki-laki.
“pagi nita...”. sapa salah seorang siswa.
“siapa loe siapa gue..nggak ngaca loe?berani-beraninya nyapa gue loe”. Bentak Nita. Tak banyak ucap laki-laki itu segera menghindar, berjalan menghampiri  tempat duduknya. Di kelas dan di sekolahan Nita memang dilkenal sebagai anak orang elite  yang kekayaannya berada satu level diatas Raihan. Imbas dari kekayaan itu adalah sifat angkuh dan sombong Nita. Dia mengandalkan ayahnya yang memiliki sekolahnnya itu. Ayah Nita adalah seorang pengusaha besar yang memiliki sekolah dimana Nita sekolah. Ayahnya bekerja sebagai direktur utama ekspor-impor negeri. Sekolah itu bernama OLIVER, sekolah elite, gedung yang megah dengan panorama yang eksotik menambah aksen tersendiri, maklum saja sekolah OLIVER memiliki artsitek ternama level internasional. Raihan melihat sekejap Nita lalu membuang pandangannya jauh-jauh. Ia sudah muak melihat keangkuhan Nita. Dalam hatinya, ia ingin sekali menghalau keangkuhan Nita dengan sifat dinginnya. Tapi ia tahu belum saatnya melakukan hal itu.
“hey han..”. sapa Nita.
“hey...ada apa?”.
“nggak cuma nyapa aja”.
Tak berselang lama Bu Salma masuk kelas.
“selamat pagi anak-anak”. Sapa Bu Salma yang ramah.
“pagi bu”. Jawab para siswa serempak.
“baik sampai di mana pelajaran terakhir kita?”.
“bab 2 bu..”. jawab Raihan.
“Baik mari kita review pelajaran kemarin”. Ujar Bu Salma.
                Dalam pembahasan bahasa inggris tetap diketuai oleh Raihan. Dia disebut-sebut sebagai kamus berjalan,ia pernah menjuarai olimpiade bahasa asing tingkat internasional di london. Wah han..aku padamu han. Gumam Nita. Detik berjalan demi detik, mengantarkan setiap orang pada suatu masa dimana ia akan mengalami suatu kejenuhan yang tak bisa diduga datangnya. Menit demi menit seakan berjalan mencekik leher bagi orang yang memiliki level kesabaran rendah.
               

************
               
                Tak terasa pelajaran telah berlalu, angin segar terasa berhembus menerpa Nita, jam akhir sekolah adalah saat yang sangat ia nanti-nanti kehadirannya. Nita segera menghampiri Raihan.
“han bisa bareng nggak?”
“sorry gue buru-buru”. Jawab Raihan sembari pergi memacu mobilnya  keluar halaman sekolah yang sangat luas dengan taman yang indah. Dari kejahuan Nita hanya memandang kecewa. Setiap kali ia mengajak Raihan selalu ditolaknya. Gerangan apa yang membuatmu berubah han?. Gumam Nita. Memangnya loe nggak tahu siapa gue?gue bisa lakuin apa aja hingga gue ndapetin loe.tunggu-tunggu, bukankah ayah gue seorang diretur ekspor-impor, kenapa gue nggak manfaatin saja ayah gue untuk membujuk ayah Raihan.
                Dalam perjalanan, Raihan memacu mobilnya hingga angka seratus KM/J. Ia tak memperhatikan ada gadis bersepeda yang hendak menyeberang jalan. Tiba-tiba “ciiiit ciiiit”. Suara rem mobil Raihan berdecit keras. Gadis tadi jatuh di aspal. Sepedanya rungsek di parit dekat jalan. Sontak Raihan segera keluar dari mobil dan menemui gadis itu untuk memastikan keadaannya. Betapa terkejut Raihan saat gadis itu menolehkan pandangannya padanya. Bagai tatapan bening bidadari surga, matanya begitu bercahaya menatap Raihan. Tampak jelas di roman wajahnya ia bukanlah gadis sembarangan, parasnya cantik dengan pipit lesung di pipnya. Rambutnya terurai lurus dengan poni asimetris kanan yang tertata rapi. Benar-benar bagai gadis khayangan.  Raihan sempat terbengong melihatnya.
“hati-hati donk kalau nyetir”. Tegur gadis itu.
“e..ma’af mbak..ada yang luka?”. Tanya Raihan.
“nggak apa-apa kok, Cuma lecet”. Jawabnya sekenanya.
“tapi sepedamu rusak, mari aku antar pulang”. Tawar Raihan.
“ah..nggak usah, aku bisa pulang sendiri kok”.
“tapi aku ngrasa nggak enak.....ayolah...”. Raihan membawanya masuk ke mobil lalu melesat di tengah teriknya matahari. Ia membawa mobilnya mengikuti petunjuk dari gadis itu. Setelah melewati beberapa pertigaan sampailah Raihan di rumah gadis itu.
“makasih ya”. Gadis itu tersenyum.
“sama-sama, oh ya kalau kamu mau menuntut ganti rugi ini”. Raihan menyerakan kartu naman beserta alamat lengkapnya. “kamu bisa datangi alamat itu”. Sambung Raihan.
“baik...kapan-kapan aku kesana”. Senyum kecil kembali terbit di bibirnya.
“aku permisi dulu ya...”
                Raihan memutar balik mobilnya lalu  membawanya pulang. Dalam hati ia tersenyum puas bisa bertemu dengan gadis secantik dia. Ia sangat menanti-nanti kedatangannya.
Di lain tempat, Nita tengah membujuk rayu ayahnya untuk melakukan koneksi dengan ayah Raihan. Nita mendapatkan segalanya dari ayahnya. Ia tergolong anak yang manja dan sangat suka menghabiskan uang terlalu banyak. Dengan uang semua bisa ia dapatkan. Tak peduli berapa banyakkah uang itu, ia hanya menghambur-hamburkan tanpa guna sama sekali. Ayah Nita menyetujui permintaan anaknya, ia berpikir sejenak tentang cara melakukan koneksi dengan ayah Raihan. Ayah raihan bukanlah sosok yang gila harta, ini takkan semudah kelihatannya. Tapi aku harus tetap mencoba untuk anak tercintaku. Gumam ayah Nita. Terbit sebuah senyum kecil wajahnya. Ia teringat kalau ayah Raihan adalah seorang distributor dalam negeri yang sukses. Ia berniat untuk menawarkan beberapa jasa bantuan bersyarat pada ayah Raihan. Aku tahu caranya, ya aku tahu. Ada kebanggan muncul dari dalam dirinya.
Harta takkan menggiurkan pendirian ayah Raihan, atau apapun. Sejak kecil beliau telah mendapatkan warisan pendirian yang tegar dari ayahnya, Handoyo. Orang-orang memberinya julukan singa podium. Julukan itu diberikan karena setiap ucapan yang keluar dari mulut ayah Raihan selalu bisa diterima dan membawa efek segan pada bawahannya. Bukan karena harta atau tingkat sosialnya yang tinggi, beliau dihormati karena kepemimpinan beliau sebagai MAIN DIRECTOR sangatlah baik. Dia tak malu untuk bermasyarakat dengan bawahannya. Setiap ucapan yang ia lontarkan selalu mendapat respon baik dari setiap orang.


**********


                Raihan sampai di depan pintu gerbang rumahnya.
“siang den....”. sapa satpam sembari membukakan pagar.
“siang pak...”. jawab Raihan ramah. “sudah makan belum pak?”. Tanya Raihan.
“sudah den, tadi pagi”.
“yang siang belum?”.
“belum den...”. satpam meringis.
“ya sudah ini”. Raihan mengeluarkan uang lima puluh ribuan. “untuk beli makan, ajak juga teman bapak”. Ujar Raihan.
“terima kasih den”. Satpam itu berlalu darinya.
Raihan segera memarkirkan mobilnya di garasi pribadinya, terlihat di dalamnya ada sebuah mobil ferari dan sebuah mobil yang tertutup terpal pembungkus mobil. Saat melangkah keluar dari mobil ia mencium bau ayam goreng kesukaannya. Pasti ini kerjaan ibu. Gumam Raihan. Diam-diam ia menuju dapur lewat pintu belakang. Berjalan perlahan tanpa suara. Ternyata benar, ibunya tengah menggoreng ayam. Ia berjalan mendekati meja yang di atasnya telah tersedia ayam goreng satu piring. Ia berniat hendak membawanya pergi ke kamar tapi sebelum itu terjadi ibunya mengetahuinya terlebih dahulu.
“wah sudah pulang ya kucing besar ibu”. Canda Bu Fatma.
“iya bu, aku bawa satu ya bu”.
“iya”.
Raihan membawa satu piring ayam goreng ke kamarnya.
“lho-lho...katanya satu”.
“iya bu, maksudnya satu piring”. Raihan berlari ke kamarnya. Ibu Raihan membiarkannya pergi. Beliau telah mengerti kesukaan anak nya itu.
                Di dalam kamar, ia mengingat kembali wajah gadis itu, begitu cantik nan menawan. Namun, tiba-tiba saja kenangan buruknya kembali muncul. Pengkhianatan yang dilakukan oleh mantan-mantan Raihan membuatnya gusar kembali. Gue nggak mau hal buruk itu terjadi lagi...nggak akan. Gumam Raihan. Raisa, Nita, Erika dan jesica. Mereka telah mengkhianatiku. Takkan terjadi lagi, gue nggak akan terbujuk oleh siapapun. Tapi kenapa sekarang Nita mencoba kembali ngedeketin gue?apa jangan-jangan ada sesuatu yang hendak ia rencanakan. Tapi gue nggak kan mau kembali padanya. Apapun paksaannya, gue akan tetap sendiri. Erika bilang lebih baik sahabat??apanya?sama saja sahabat juga pengkhianat, saat mereka telah menemukan seseuatu yang baru mereka akan lupa padaku. Mungkin ini udah jalan hidup gue, gue nggak boleh kalah. Apa itu sifat alamiah perempuan....apa semua gadis seperti itu,,,,habis manis sepah dibuang...jika iya. Maka mulai detik ini gue nggak akan percaya lagi pada semua gadis terkecuali orang yang telah mampu mendedikasikan dirinya itu setia. Titik. Pikir Raihan. Sampai kapan han?sampai kapan loe bakal seperti ini?”. pertanyaan muncul dari hati sanubarinya. Perang emosi ego terjadi lagi setelah sekian lama Raihan tak merasakannya. Apa loe pikir semua gadis di muka bumi ini seperti mereka yang mengkhianatimu???nggak han...loe salah, masih ada orang yang berhati malaikat berparas bidadari, hanya mungkin saat ini kamu belum menemukannya saja han....bersabarlah...ketika loe sudah menemukan pendamping yang cocok buat loe yakinlah hati loe akan terjaga...aku..hati sanubarimu akan tetap mengajakmu pada jalan yang baik. Hilangkan prasangka burukmu han, loe punya segalanya, hanya satu yang nggak loe punya....kebahagiaan... nasihat hati sanubarinya.
                Raihan merebahkan tubuhnya di kasur, mencoba menggunkan akal fikirannya untuk menetralisir perang emosi ego tadi. Jika gue fikir-fikir sama saja gue ngehancurin perasaan orang yang menaruh perhatian pada gue. Juga hal itu juga hanya akan membuat mantan-mantanku merasa menang atas apa yang telah mereka lakukan padaku. Jika sepereti itu maka benar-benar gue orang yang rugi. Nggak ada salahya memberi kesempatan pada orang lain untuk dekat dengan gue. Iya, gue harus bangkit. Gue nggak bisa seperti ini terus. Gue  harus terbuka. Akhirnya Raihan mendapatkan titik terang atas masalahnya. Ini merupakan langkah awal baginya untuk menjajaki dunia yang luas di sana. Sesuatu yang baru janganlah ditolak tapi hendaknya pintar-pintar memilah-milah agar tidak terjerumus dalam penyesalan yang mendalam. Orang-orang sukses adalah mereka yang mau mengoreksi diri mereka sendiri dan terbuka menerima hal baru dengan mem-filternya agar tidak menyesal kelak. Meski langkah awal untuk memulainya sulit namun Raihan akan tetap mencoba. Namun, Raihan tetap bersikukuh untuk tidak pacaran lagi. Baginya hal itu hanyalah sandiwara  yang tak rasional. Baginya cinta sejati adalah dimana saat seseorang mampu menunjukkan perhatian dan cinta kasih tulus untuk orang yang dicintainya. Bukan dengan kata kias cinta diungkapkan tapi cinta terucapkan dengan sendirinya melalui sifat alamiah seseorang. Juga bukan dengan memuji kelebihannya dan menutupi kekurangannya tapi dengan berkata apa adanya dan berusaha melengkapi kekurangannya karena pada hakikatnya cinta diciptakan untuk melengkapi sesuatu yang belum sempurna. Kebanyakan orang menilai bahwa cinta harus butuh pengorbanan. Iya memang betul, namun dalam artian pengorbanan itu adalah pengorbanan yang wajar bukan dengan mengorbankan harga diri. Dalam renungannya, Raihan berusaha mencari arti cinta sesungguhnya. Namun, apalah daya jika tuhan belum memberinya petunjuk. Hanya waktu yang akan menuntunnya pada kedewasaan tingkat lanjut. Waktu yang kan menerangkan apa arti cinta itu. Seiring berjalannya waktu akan tumbuh jua deskripsi-deskripsi masalah disekitar Raihan.


***********

                Sekecil  cahaya merah mengambang di ufuk barat, membiaskan sinarnya pada garis batas ufuk. Nampak warna kemerahan lembut dibalut dengan awan senja yang bergerumul. Raihan tengah duduk santai di beranda luar kamarnya, dari lantai dua itu ia dapat menikmati pemandangan taman rumahnya dan beberapa kolam ikan yang bening airnya. Desain rumahnya disamakan dengan suasana rumah elite desa yang dulu pernah ia tinggali. Kesan asri tak lepas dari rumah mewah itu.
“raihan....”. panggil sebuah suara dari luar kamar Raihan. Suara itu kedengaran berat dan penuh wibawa. Raihan segera membukakan pintu, ia mempersilahkan  kakeknya masuk.
“sedang apa kau cu?”. Tanya kakek Handoyo.
“hanya duduk kek, menikmati pemandangan senja hari”. Jawab Raihan berjalan ke tempat duduknya di teras kamarnya.
“kamu suka ya cu?”. Tanya kakek sembari duduk di sebelah Raihan.
“iya kek, rasanya bisa menghilangkan penat hari-hariku...Rai lelah kek...setiap hari harus melawan emosi Rai sendiri...”. keluh Raihan pada kakeknya. Kakek tersenyum kecil.
“itulah remaja cu...kamu akan dituntut untuk menyikapi berbagai masalah dalam kehidupan ini, kakek juga pernah muda Rai”. Ujar kakek.
“lalu bagaimana rai harus bersikap kek?”. Tanya Raihan polos. Kakek mengambil cerutu dari sakunya, menyalakannya lalu menghembuskan asapnya keudara.
“hanya satu hal rai”. Jawab kakek.
“apa itu kek?”. Tanya Raihan penasaran.
“kenali dirimu....”. Raihan mengeritkan kening. “apa maksudnya kek?”. Tambahnya. “kakek tak tahu...”. tertawa kecil. “kok bisa kek”. Raihan sebal. “itu tugasmu rai, untuk mencari jati dirimu. Jika sudah kau temukan maka kau akan tahu sikap apa yang harus kau ambil”. Kakek meninggalkannya sendiri, membiarkan ia dengan sejuta tanda tanya di kepala Raihan.
                Mengapa selalu kata-kata yang ngga gue tahu betul keluar dari lisan kakek, kenali diri gue???siapakah gue???ah......gila bahkan gue nggak tau siapa sebenernya diri gue. Apa ini tandanya gue belum dewasa ya??. Gumam Raihan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar kamarnya lalu ia mendapati sebuah tulisan besar tertulis di dindig kamarnya. Be your self, never say i can’t but say i’m doing it. Sejak kecil Raihan menaruh tulisan itu disana tapi hingga sekarang arti kata itu belum juga dapat ia nikmati atau bahkan belum ia pahami. Dalam dirinya tersimpan beribu pertanyaan yang memaksanya untuk mencari tahu sesuatu yang membuatnya penasaran. Ah....siapa sebenernya gue.....
“bruak......thaarr....”. Raihan memecahkan cerminnya. Kakek mendengar suara dari luar kamar Raihan. Benar rai, cermin itu takkan mampu menjawab pertanyaanmu, hancurkan saja. Bukan dengan cermin itu kamu harus mengaca, tapi mengacalah pada orang lain, bandingkan dirimu dengannya.  Gumam kakek Handoyo. Senyum kecil muncul di wajahnya, menghisap ceruttunya lalu pergi menuruni tangga. Bisakah Raihan menemukan jati dirinya?disela-sela masalah percintaannya yang rumit ia bergumam when live brings me to blind, love brings me to kind......

Her Name Is Asya

Kecepatan tinggi.
                Raihan memacu mobilnya dengan speed diatas seratus km/j. Hari ini dia bangun kesiangan sedang jarak yang harus ia tempuh adalah tiga puluh kilometer, ia akan malu jika dirinya terlambat masuk sekolah. Padahal hari ini akan ada pertandingan basket antar kelas dua SMA OLIVER, pertandingan itu merupakan pertandingan paling bergengsi di OLIVER jika menang maka nama tim tersebut akan melayang setinggi langit. Suara mesin honda civic Raihan berdenging. Jarum kecepatan menunjukkan angka seratus dua puluh. Suasana jalan yang ramai tak ia hiraukan, ia pandai dalam permainan jalan raya. Diam-diam ia juga ikut balapan liar pada setiap malam minggu. Raihan melihat jam tangan. “tinggal sepuluh menit”. Gumamnya. Tak masalah. Ia menambah kecepatan hingga angka seratus empat puluh. Tak berselang lama sama gerbang SMAnya telah nampak dari kejauhan. Tapi ada sesuatu yang berbeda, gerbang itu perlahan menutup. Setiap jam tujuh kurang lima menit pintu gerbang sekolah Raihan akan menutup otomatis. Masih bisa.gumamnya. Raihan tetap memacu mobilnya. Dua puluh detik dari sekarang. Perkiraannya. detik-detik seakan berjalan lambat, gerbang itu semakin menyempit. Sepuluh sembilan delapan tujuh enam lima empat tiga dua satu. “ciiit....ciiit..”. suara rem mobil itu mengundang perhatian seluruh siswa yang tengah persiapan apel pagi. Raihan memarkir mobil di area parkir. Ia mengambil langkah seribu menuju kelas, meletakkan tasnya lalu berbalik arah menuju halaman yang sudah ramai dengan para siswa.
“hey han, ngapain loe hampir terlambat?”. Tanya Revan.
“tadi malam gue tidur kemalaman hehe”. Raihan nyengir.
                Tak berselang lama apel pagi pun dimulai. Suasana pagi itu agak berbeda dengan biasanya, awan putih menyelimuti sejauh mata memandang, suasana serasa lebih sejuk. Angin dingin berhembus sejuk menerpa wajah sosok anak baru yang pernah Raihan temui sebelumnya. Wajah itu tak asing baginya. Wajah yang pernah membuat jantungnya berdetak kagum dibuatnya. Tatapan matanya juga memberikan kesan bening nan menawan, dua lesung di pipinya menambah kesempurnaan wajahnya. Rambutnya terurai lurus dengan poni asimetris kanan, tak canggung lagi ia adalah gadis yang pernah Raihan tabrak. Raihan teringat hal itu, ia semakin penasaran apakah benar dia atau bukan. Raihan ingin memastikan rasa ingin tahunya. Ia menatap dalam-dalam wajah gadis itu, semua mata tertuju pada gadis itu saat ia melangkah menuju halaman didampingi kepala sekolah. Di tengah-tengah pidato apel, kepala sekolah menyampaikan perkenalan singkat.
“perkenalkan, ini adalah gadis berbakat yang telah lama bapak ingin memberinya bea siswa untuk bersekolah elite ini. dan dengan ini bapak nyatakan bahwa siswi ini telah sah menjadi bagian dari keluarga besar SMA OLIVER”. Perkenalan oleh kepala sekolah.
“plok...plok....plok”. Raihan mengawali memberikan applause pada gadis itu, lalu diikuti oleh seluruh siswa SMA OLIVER. Kepala sekolah mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan diri.
“selamat pagi”. Suaranya terdengar begitu lembut dan mampu melelehkan siapa pun yang mendengarnya.
“perkenalkan nama saya Asya, saya murid pindahan dari SMA NIBS. Sekarang saya duduk di kelas dua SMA. Terima kasih”. Perkenalan singkat dari Asya. Suaranya yang lembut mampu menyihir seluruh siswa OLIVER terkesima. Jadi namanya asya,..nama yang indah. Gumam Raihan. Apel selesai, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing.
                Asya memperhatikan sosok Raihan yang berjalan dengan cara berjalan yang khas, tidak dimiliki orang lain. Kelihatannya dia bukan anak orang biasa. Gumam Asya. Lalu ia melangkah ke kantor kepala sekolah untuk menanyakan kelasnya. Ia berjalan melewati beberapa ruang lalu matanya menangkap plat ruang kepala sekkolah.
“permisi...”. salam Asya.
“silahkan masuk”. Kepala sekolah mempersilahkan.
“ma’af pak, kalau boleh tahu saya ditempatkan di kelas mana?”. Tanya Asya polos.
“di kelas unggulan, 11 IPA A”. Ujarnya.
“terima kasih pak, permisi.”. Asya berpamitan. Anak yang beradab, hmm tak salah aku memilihnya. Gumam kepala sekolah.
                Asya berjalan mencari kelas yang dimaksud oleh kepala sekolah, ia menyusuri kelas demi kelas hingga ia berhenti di depan sebuah kelas bertuliskan kelas unggulan 11 IPA A. Tanpa pikir panjang ia masuk kelas itu. Didapatinya seluruh mata tertuju padanya ketika satu langkah ke dalam kelas.
“permisi, kelas sebelas ipa a ya?”. Tanya Asya lembut.
“sudah tau pakek nanyan lagi”. Sahut Nita  ketus.
“hey-hey nenek sihir...slow down aja kale”. Rendi menimpali.
“seharusnya dipersilahkan masuk bukan dibentak”. Tambahnya. Ia yang menjadi ketua urusan di kelasnya, jika ada apa-apa maka Rendi lah yang bertanggung jawab. Raihan hanya diam dia sama sekali tak menunjukkan ketertarikan pada siapapun.
“diem loe!!!”. Nita terbakar emosi. Asya mendapati cowok yang pernah menabraknya itu duduk di dekat jendela menatap kosong taman sekolah yang hijau permai. Tak butuh waktu lama, Pak Herman masuk kelas dan mempersilahkan Asya untuk duduk di bangku kosong dekat Sheila.
"biasain aja ya...emang kayak gitu sifat Nita.”. Sheila membuka dialog.
“iya, aku udah terbiasa dengan hal itu, sudah sering terjadi di sekolahku dulu.”. respon Asya secekupnya, ia tak ingin memberi kesan cerewet pada teman barunya. jadi namanya nita ya. Gumam Asya. Jam pelajaran pertama pun dimulai, Pak Herman membuka perlajaran dengan review terlebih dahulu. Methode ini adalah methode baku yang diterapkan di OLIVER, methode ini sangat efektif untuk pembelajaran tingkat SMA.
“baik mari kita review rumus terakhir yang bapak sampaikan”. Ujarnya. Pak Herman menulis sepuluh rumus matematika di whiteboard sekaligus memberi soal.
“siapa diantara kalian yang bisa mengerjakan silahkan angkat tangan”. Seru pak Herman. Asya mengangkat tangan.
“saya pak”. Sahut Asya.
“baik silakan asya”.
                Asya memperhatikan sejenak soal itu. Hiiiih masih baru sudah sok pintar lagi. Gumam Nita. Tangan Asya mulai bergerak menggoreskan boardmarker ke whiteboard. Rumus pertama ia lalui dengan mudah, masuk ke rumus dua, Asya mencoba lebih cepat. Rumus dua terpatahkan masuk rumus tiga, Asya mendapatkan kesulitan di rumus tiga. Aku harus tenang. Asya mencoba menepiskan kegugupannya. Perlahan-lahan ia lewati rumus tiga, maasuk rumus empat, ia berpikir sejenak. Asya mencoba menyingkat lima rumus sekaligus. Tangannya mencoba berjalan kembali dan mematahkan lima rumus sekaligus, kini ia sampai pada rumus ke delapan. Seisi kelas terpana melihat kemampuan Asya tak terkecuali Sheila, teman duduk Asya. Dalam hati ia mengakui kehebatan Asya. Asya melanjutkan hingga rumus sepuluh. Dan selesai.
“beri tepuk tangan yang meriah”. Pinta pak Herman.
Plok....plok....plok.... seisi kelas memuji Asya.
“baiklah untuk soal kedua siapa yang berani?”. Tantang pak Herman. Seisi kelas diam seketika tak bersuara, hening.
“tak ada yang berani?”. Timpalnya. Tanpa isyarat Raihan melangkah maju. Waahhh.....kereen.... gumam para gadis di kelas.
Sang bintang kelas maju, menarik banyak perhatian para gadis tak terkecuali Asya.
“silahkan raihan”. Pak herman mempersilahkan. Raihan diam sejenak.
“silahkan pilih menggunakan sepuluh rumus atau denga cara kamu sendiri”. Tantang pak Herman.
“seperti biasa pak..”. jawab Raihan santai. Tangannya mulai berjalan melika-liku di whiteboard melibas soal dengan cepat tanpa tersendat.
“sudah pak”.
“benar...jawaban kamu benar”. Ujar pak herman.
                Seisi kelas geger dibuatnya. Satu soal yang seharusnya dengan sepuluh rumus bisa selesai hanya dengan satu rumus gabungan saja. Asya terkesima dengan otak Raihan. Nama yang bagus, raihan. Gumam Asya. Sialan tuh cewek, masih baru sudah berani mandangin raihan lagi, nggak ngaca siapa dia?.gumam Nita.
Bel istirahat berbunyi.
                Seluruh siswa membubarkan diri pergi menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing. Asya masih tetap duduk di bangku, diam tak bergerak sama sekali. Dilihatnya Raihan juga tengah berdiri mematung menyebarkan pandangan ke taman, ia hanya diam tak bicara sepatah kata pun. Asya melangkah mendekat.
“ehm...”. Asya mendehem kecil membuyarkan kesendirian Raihan.
“oh kamu, ada apa?”. Tanya Raihan dingin.
“nggak apa-apa..Cuma mau nagih ganti rugi aja”. Jawab Asya sekenannya.
“di sini bukan tempatnya nagih hutang”. Raihan membalikkan badan menghadap Asya.
“lalu di mana?”.
“kan aku sudah memberimu kartu namaku, kenapa nggak datang?”
“nggak ada kendaraan, ketahuilah..aku bisa sekolah di sini berkat bea siswa yang aku dapat. Aku ini anak orang tak punya”. Pandangan Asya nanar menatap taman. Raihan tersentak, ia melangkah mendekat pada Asya.
“kau tahu?jika bukan karena paksaan orang tuaku aku nggak bakal mau pindah ke sekolah ini, bagiku ini terlalu elite, aku nggak pantas berada di sini”. Asya membalikkan arah menghadap Raihan.
“terlihat dari wajahmu, kamu sama sekali nggak punya kebahagiaan..betul bukan?”. Asya meneliti muka Raihan. Raihan kaget. Dari mana dia bisa tahu???.
“ketahuilah, bahwa masih ada orang yang lebih menderita dari pada kamu,janganlah merasa dirimu paling menderita”. Lanjut Asya. Asya sengaja tidak memberi Raihan kesempatan untuk bicara, ia ingin menekan emosional Raihan untuk mengetahui responnya.
“padahal kamu punya segalanya, kamu kaya, cerdas dan punya talenta, apa yang kau risaukan?”. Asya seolah memojokkan Raihan. Raihan menatap mata Asya dalam-dalam, ia tak mendapati hal yang dibuat-buat di sana. Ia mendapati sebuah kejujuran bukan kebohongan. Gadis macam apa kau ini, hebat kau mampu meluluhkan hati gue, apa mungkin ini yang kakek maksud. Diam-diam Raihan mengakui kata-kata Asya itu benar. Tapi ia belum bisa mempercayainya begitu saja. Masih ada beberapa hal yang harus Asya lakukan untuk membuatnya percaya.
“kenapa diam han?”. Tatapan mata Asya menyorot tajam ke mata Raihan. Tajam, sangat tajam namun perlahan memudar. Dan kembali menundukkan kepala.
“baik, tunjukkan padaku semua itu, pulanglah denganku nanti”. Raihan meninggalkan Asya sendiri di kelas. Berjalan tanpa bekas.
Asya mengangkat kepalanya, ia melihat Raihan dari belakang. Akhirnya berhasil juga, ternyata nggak sulit naklukin tuh cowok, hanya perlu kata-kata yang mengena dalama hatinya. Atau barangkali dia itu cowok yang sensitif. Sebersit senyum muncul di bibir manisnya. Ada perasaan syukur menaungi hatinya.
                Sesuatu yang bagi kebanyakan cewek di OLIVER sangat sulit untuk mendapatkan perhatian Raihan ternyata tidak berlaku untuk Asya. Asya berjalan keluar kelas, ia ingin menikmati suasana baru di sekolah yang baru. Ia ingin mengenal jauh lebih dekat tentan sekolah barunya, juga seorang cowok bernama Raihan. Asya merasa tertantang untuk mengetahui seluk beluk siapa Raihan sebenarnya. Cowok yang misterius...aku merasa tertantang mengetahui seluk belukmu..lihat saja..aku bakal menyingkap semua. Gumam Asya.
Di lain sisi, Raihan juga tengah menaruh rasa penasaran pada gadis berparas cantik itu. Tentang ucapan Asya, Raihan sangat memperhitungkannya. Itu bukanlah kata-kata yang dapat terlontar dengan sendirinya,dia bukan gadis biasa. Sebersit senyum muncul di bibir Raihan. Gue akan cari tau siapa loe sebenarnya sya. Berjalan santai menuju kantin.


Biarkanlah alur cerita hidup mengalir denga derasnya
Jangan halangi ia dengan segudang sifat angkuh
Dan sombong yang tak mau pembaharuan

The Fact

                Sesuai dengan permintaan Raihan, Asya menuruti kemauan Raihan untuk pulang dengannya. Raihan memberi isyarat pada Asya untuk mengikutinya ke parkir. Asya menurut. Ia berjalan tepat di belakng Raihan seakan membuntutinya. Ngapain tuh anak baru ngebuntutin Raihan. Gerutu Nita. Ia tak tahan, Nita berjalan mengejar mereka.
“eh anak baru”. Tangan Nita menangkap tangan Asya. “masih baru udah blagu ya loe”. Bentaknya.
“lepasin ta”. Suara Raihan penuh wibawa.
“loe gag bisa ngehindar dari gue terus han”. Nita memelas. Asya hanya diam tak mengerti.
“biarkan dia pergi...”.sambungnya dingin.
“han....kok loe tega sih sama gue?”. Suara Nita getar. Tak banyak kata Raihan membawa Asya pergi ke parkir.
“cepet masuk, lalu kita pergi”. Ujar Raihan membuka kunci otomatis dari tombol remotenya. Raihan menyalakan mesin lalu menancap gas dalam-dalam hingga menimbilkan suara decitan kecil di area parkir.
“ngapain buru-buru sih?”. Tanya Asya heran. Tak ada tanggapan dari Raihan.
“han,  kamu denger nggak?”. Suara Asya agak meninggi.
“dia itu masa laluku”. Ujar Raihan. “maksudmu nita itu mantan kekasihmu?”. Tanya Asya selidik.
“iya”. Jawab Raihan dingin. “dia yang membuatku benci dan sulit untuk mempercayai gadis lagi...”. timpalnya.
“hah?berarti kamu nggak percaya sama omonganku tadi?”. Asya heran.
“belum seratus persen”. Jawab Raihan.
Mudah sekali, ternyata kamu punya masa lalu  yang buruk, hingga kamu sulit menerima gadis baru, jadi itu masalahmu....Asya bergumam.
“kenapa memangnya?”. Tanya raihan selidik.
“nggak apa-apa, Cuma mastiin aja.”. jawab Asya sekenanya.
“katanya tadi kamu mau nunjukin sesuatu padaku, apa itu?”. Tagih Raihan.
“ikuti saja petunjuk arahku”.
                Raihan menuruti kemauan Asya, Asya menuntunnya ke suatu tempat, tempat yang terkucil dari pusat kota, tempat yang sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah, suatu tempat yang dilupakan. Tempat di mana para fakir miskin tinggal. Suatu komplek pemukiman kumuh yang sangat memprihatinkan keadaannya. Tak begitu jauh dari sungai yang kotor. Sungai yang terawat, sungai limbah. Tak berselang lama tibalah mereka di tempat itu.
                Ketika menapakkan kaki di bumi kumuh itu, Raihan mencimu bau tak sedap, bau penderitaan yang sangat mendalam. Juga suara yang menyiksa pendengaran. Seluruh mata tertuju pada Raihan, saling berebutan menemukan sosok yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Asya mengajak Raihan untuk menemui salah satu keluarga. Raihan melangkah dengan perasaan malu, malu karena dia merasa dirinyalah yang paling menderita, padahal itu salah. Langkah demi langkah Raihan lalui. Ia melihat ada seorang dengan tangan satu yang sedang berjuang keras menjahit sepatu, sepatu temuan yang akan ia berikan pada anaknya. Ia juga melihat ada gadis kecil berkaki  satu berjalan ke arahnya dan berkata “alangkah baiknya jika kakak mau memberiku uang receh”. Sontak Raihan mengeluarkan uang sepuluh ribuan dua lembar. Asya mengajaknya berjalan lagi. Hingga kaki mereka berhenti disebuah rumah yang hampir rubuh.
“permisi...”. sapa Asya. Tak lama berselang dari dalam keluarlah anak kecil berusia tujuh tahun, di tangan kirinya terdapat sebuah alat musik kecil, bajunya compang camping, dengan bau khas anak miskin. Asya mendekatinya.
“bagaimana kabarmu dik?”. Tanya Asya lembut.
“baik kak....ini siapa kak?”. Tanya gadis kecil itu.
“ini teman kakak...”. Asya memperkenalkan Raihan pada gadis itu.
Masih kecil sudah menjadi pengamen, kasihan sekali kau. Gumam Raihan. Asya mengajak Raihan masuk. Raihan melihat sbuah foto yang sudah buram, yang usaianya di perkirakan dua tahunan lebih. Ia dapati disana seorang anak kecil dan ibunya tengah bersua ria. Tak terlihat sama sekali kesedihan di raut wajah mereka.
“di mana ibumu dik?”. Tanya Raihan.
“ibuku meninggal empat bulan yang lalu”. Gadis kecil itu menundukkan kepala.
“di akhir hayatnya ia berpesan untukku untuk tidak menyerah dengan keadaan, dia mengajariku untuk tegar. Tapi, tapi aku tetaplah aku yang tak punya masa depan.”. sambungya.
“lalu ayahmu dimana?”.
“ayahku di tangkap polisi saat penggrebekan, aku  tak tahu dimana ayah sekarang”.
“jadi kamu tinggal sendirian..?”. tanya Raihan.
“tidak, aku tinggal dengan adikku”. Jawabnya. “ia masih berumur empat tahun, setiap hari aku harus mencarikannya makanan dan kebutuhan hidupnya”. Terangnya.
                Pemandangan itu Raihan dapatkan di sini, di tempat kumuh penuh dengan orang miskin. Tak ada fasilitas, beralaskan bumi beratapkan langit, itulah kata kias yang patut diucapkan. Dari dalam hati yang paling dalam, Raihan menangis tersedu-sedu matanya panas menahan air mata yang hendak keluar.
“kau melakukannya sendiri dik?”. Tanya Raihan.
“iya kak....kadang aku harus berkejar-kejaran dengan SATPOL PP, kadang aku dihadang preman hingga uang yang aku punya habis diambilnya, tak jarang kami kelaparan. Kadang hanya makan nasi tanpa lauk, kadang tak makan sama sekali.”. tutur gadis itu.
“lalu di mana adikmu?”. Tanya Raihan.
“dia sedang tidur...”. ucapnya.
Sungguh beruntungnya gue, gue punya segalanya tapi nggak pernah gue syukuri nikmat itu. Alangkah nista diriku ini.gumam Raihan. Asya hanya diam membiarkan Raihan bertanya-tanya dengan gadis kecil itu.
“kamu sadar sekarang han?”. Tanya Asya. Raihan tak menjawab, hanya anggukan kepala isyarat “iya”. Asya mengajaknya berpamitan lalu pulang. Mereka berjalaan menuju mobil. Lalu kembali ke jalan raya. Semua hal di tempat itu membuat hati Raihan tak henti-hentinya merasa malu dengam dirinya sendiri. Raihan mengantarkan Asya pulang hingga di rumah.
“kalau kamu masih ingin ganti rugi, datang saja ke rumahku”. Kata Raihan.
“iya”. Asya berlalu dari Raihan.

**********

“den ada yang cari”. Kata satpam Raihan.
“siapa pak?”. Tanya Raihan nengentikan mencuci mobilnya.
“namanya asya den”.
“oh ya, tunggu sebentar”. Raihan mencuci tangannya.
Raihan berjalan menuju pos satapam. Di sana telah menanti Asya.
“lama banget sih?”. Asya membuka dialog.
“sorry, baru cuci mobil, mari masuk”. Raihan menuntun masu Asya. menuntun masu Asya. Kamu punya rumah se-gede ini cuci mobil sendiri han, apa kamu pengen ngirit biaya???atau memang udah hobi kamu?. Gumam Asya.
“kenapa bengong?”. Raihan membuyarkan lamunan Asya.
“nggak, Cuma kagum aja sama kamu, rumah segede gini masak cucil mobil sendiri???”. Asya heran. Raihan hanya tersenyum kecil.
“mati kutunjukkan”. Raihan berjalan ke garasi pribadinya. Ketika pintu garasi itu dibuka Asya kagum bukan main, didapatinya sebuah mobil ferari merah tengah beristrahat di sana. Raihan membiarkan Asya kagum sejenak, lalu memulai perckakapan lagi.
“kamu tau ini semua pemberian dari kakekku”. Terang Raihan.
“kakek kamu siapa?”. Tanya Asya.
“kamu ingin ketemu?”. Tawar Raihan.
“kalau boleh...”.
“ikuti aku”. Ajak Raihan.
                Raihan mengajak Asya  berkeliling taman, ada bermacam bunga mawar melati semuanya memberi bau yang harum, udara terasa segar di taman Raihan, walau rumahnya terletak di tengah kota. Asya juga melihat ada kolam ikan yang airnya bening mengalir seperti sungai. Asya berhenti sejenak, ia menyelupkan tangannya ke air itu. Dingin, itu yang Asya rasakan. Asya benar-benar dibuat takjub akan pemandangan itu, ditambah lagi dengan adnya rumah burung dara. Di sana ia dapati berbagai macam burung dara yang tengah asik bercengkrama dengan pasangan mereka masing-masing. Dalam angannya, Asya berfikir bahwa ia tengah berada di surga. Asya melanjutkan berjalan. Lalu ia berhenti lagi di rerumputan kecil yang di sana banyak kelinci berkeliaran. Asya mengambilnya satu, digendongnya kelinci itu.
“wah han, rumah kamu kayak surga ya?”. Asya kagum.
“memamangnya kamu pernahke surga?”. Tanya Raihan.
“belum sih, tapi lihatlah ini begitu alami, ada bunga, taman, kolam ikan, rerumputan dan taman han”. Ujar Asya. Raihan hanya tersenyum. Ia tahu Asya pasti akan kagum jika tahu rumahnya. Namun tak ada rasa sombong yang terbit dari dalam hatinya, ia bersikap sewajarnya saja.
“kamu beruntung han”. Ucap Asya memainkan kelinci yang ia pegang.
“ayo, katanya kamu mau ketemu kakekku?”. Raihan mengajak Asya masuk.
“iya iya”.
                Raihan membawanya masuk rumah, rumah yang besar dnegan ukiran-ukiran alam di sekitar pintunya. Asya masuk rumah dnegan perasaan was-was, ia khawatir kalau keluara Raihan akan menolaknya mentah-mentah. Saat ini Asya hanya berpakaian seadanya. Memakai kaos putih kengan panjang dan celana jeans panjang. Sungguh penampilan yang sangat biasa bagi keluarga se-kaya Raihan. Baru beberapa langkah, ia di kejutkan dengan ibu Raihan yang tiba-tiba datang.
“ini siapa han?”. Tanya Ibu Raihan.
“teman Raihan bu”.
“dari mana dia?”. Tanya ibu Raihan, sepintas pertanyaan ibu Raihan menjurus pada strata sosial Asya.
“dari sana bu...”. ujar Raihan menunjuk arah timur sembari nyengir.
“kamu ini, selalu becanda ketika diajak bicara ya...”. gerutu ibu. Asya tersenyum kecil di dalam hati.
“sebenernya gini, bu. Dia datang  ke sini untuk minta pertanggung jawabanku bu”. Ujar Raihan enteng.
“apa??kamu apakan dia han?”. Ibu shock.
“hehehe, aku tabrak bu”. Raihan nyengir.
“haduh, ibu kira kamu apakan han...tap kamu nggak apa-apa kan nak?”. Ibu Raihan balik bertanya ke Asya.
“e..nggak apa-apa tante.”. suara Asya lemah gemulai.
“kakek di mana bu?”. Tanya Raihan.
“itu di kamar”. Jawab ibu. “rai kesana dulu  ya bu”. Raihan dan Asya berlalu darinya.
“gila kamu han, gimana ciba kalau ibu kamu jatuh pingsan?”. Asya khawatir.
“santai aja, aku dan ibuku sudah terbiasa bercanda kok”. Jawab Raihan sambil tetap berjalan.
                Keluarga yang aneh, beda dengan kebanyakan orang kaya, ibu raihan terkesan lebih dari pada orang kaya yang pernah aku temui. Apa sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi keluarga ini. gumam Asya. Gadis yang cantik, aku harap rai tidak salah ppilih lagi, kasihan jika ia sampai sakit hati lagi. Gumam ibu Raihan. Mereka berhenti di  depan pintu bertuliskan handoyo. Raihan membuka pintu.
“ha, kakek”. Asya terkejut.
“Asya?”. Kakek kaget.
“ini rumah kakek?”. Asya menghmapiri kakek.
“iya..ini rumah kakek”. Tutur kakek.
“kakek  sudah kenal Asya?”. Raihan heran.
“asya yang menolong kakek waktu kakek hampir tertabrak mobil, kakek mengenal asya sudah lama, kakek berhutang budi pada asya”. Terang kakek. Raihan menganggukkan kepala.
“dari mana kamu tahu kalau ini rumah kakek sya”. Tanya kakek.
“oh...kebetulan aku kenal raihan kek”. Ujar Asya.
“bagaiman bisa?”. Kakek heran. “begini kek, berawal dari tabrakan, tanpa sengaja rai nabrak Asya, sepedanya rusak dan rai memberi asya kartu nama rai agar dia mau datang kesini untuk meminta ganti rugi”. Terang Raihan.
“ganti rugi ya?”. Kakek meyakinkan.
“iya kek”. Sahut Raihan. Kakek diam sejenak. Ia memikirkan sesuatu. Aku tahu betul siapa asya ini dan aku tahu betul kebutuhan raihan, bagaiman caranya agar aku dapat membuat mereka tetap bersama?. Kakek bergumam, terbit senyum di wajah keriputnya.
“bagaiman jika untuk mengganti rugi asya kamu antar jemput sekolah asya setiap hari?”. Ujar kakek.
“apaa......?”. Raihan terhenyak. “nggak bisa gitu dong kek”. Raihan protes.
“kamu akan membutuhkannya han”. Suara kakek mulai berbobot lagi. “nggak, rai nggak butuh cewek lagi kek”. Raihan mulai tak terima.
“percayalah pada kakek”. Kakek menyalakan ceruttunya.
“kakek, kalau raihannya nggak mau jangan dipaksa”. Tutur lembut Asya. “aku bisa berangkat sendiri kok kek”. Sambungnya.
“nggak sya, kamu juga akan butuh raihan”. Sahut kakek.
“maksud kakek apa sih?”. Raihan dan Asya hampir bersamaan.
“sudah lah lakukan saja, atau jika kamu menolak kakek akan ambil semua mobil kamu”. Ancam kakek pada Raihan.
“haduh kek, iya lah rai menurut”. Raihan mengalah. Asya merasa tak enak dengan raihan.
“kakek jangan paksa raihan...”bela Asya.
“kamu juga akan butuh dia sya, percayalah”. Ujar kakek tegas.
                Akhirnya, mereka berdua keluar kakek dengan seribu tanya mengambang di benak mereka. apa maksudnya aku akan butuh asya di sekolahan?. Gumam Raihan. Apa maksudnya aku akan butuh raihan di sekolah?. Gumam Asya. Sesaat tatapan mereka beradu. Saling mencoba mendalami lewat pandangan mata. Akankah aku membutuhkanmu?. Raihan menatap dalam-dalam wajah Asya. Akankah aku membutuhkanmu?. Asya menatap dalam-dalam wajah Raihan.
“e...han, aku pamit dulu ya”. Asya minta izin pulang.
“iya, besok aku jemput jam setengah tujuh, jangan telat ya?”. Raihan ramah.
“iya han, permisi”. Asya berlalu darinya.


terkadang tak ada salahnya membiarkan realita
membimbing kita untuk menuju kedewasaan,
memberi kesempatan orang lain untuk masuk
kehidupan kita adalah salah satu wujud realita.



Night World

Suara mesin berderu kencang di pusat kota
                Di setiap perempatan jalan ada mobil sport yang menjaga, seluruh jalan di kosongkan. Malam ini terdengar ramai dengan bebagai mobil sport yang datang dari seluruh penjuru kota. Tak ketinggalan tim Raihan, mereka juka ambil bagian dalam balapan resmi malam ini. terlihat banyak mobil yang bertata rapi di pinggir jalanan, malam itu tidak ada mobil biasa yang lewat, hanya ada sekumpulan tim balap  yang tengah sibuk mempersiapkan balapan untuk ujung tombak timnya.
                Balapan resmi ini sudah menjadi hal yang biasa di kota  MEGA METROPOLITAN. Balapan ini diadakan setiap malam minggu di pusat kota atau kadang mengambil area di luar kota yakni di gunung dekat kota mega metropolitan. Di pusat kota telah ramai dengan sekelompok mobil sport yang berjajar rapi sepanjang garis start .Raihan datang dengan mobilnya, ferari merah. Ia menyapa kru-kakak sepupunya.
night guys”. Raihan melempar senyum pada mereka.
“night...”. jawab mereka serempak.
“di mana master?”. Tanya Raihan. Master adalah sebuah sebutan untuk kakak Raihan yang menjadi ketua di grupnya. Kakak Raihan menamai grupnya dengan DARK ANGEL. Ia menamai dengan itu karena berkeinginan untuk menjadikan grupnya sebagai malaikat di waktu malam.
“di tempat biasa lah”. Jawab Joe, tekhnisi mesin kakak Raihan.
“ok...gue samperin dia”. Raihan pergi. Kakinya melangkah pada mobil putih yang terparkir tepat di sisi jalan.
“hey kak”. Sapa Raihan.
“oh...loe han”. Sambut laki-laki bertubuh atletis.
“siapa lawanku malam ini?”. tanya Raihan.
“toni dari tim Bad Boy”ujar kakaknya dingin.
“alwi, kita dapat tantangan dari tim BMW LOVER setelah ini”. potong seorang gadis cantik, mendekat ke Alwi.
“mana laporannya zas?”. Pinta Alwi.
“ini wi”. Gadis itu memberikan sebuah kertas tantangan untuk Alwi.
“ini siapa kak?”. Tanya Raihan. Alwi tak menjawab, sebuah senyum terbit di wajahnya.
“perkenalkan aku teman kakakmu dari kecil, namaku Zaskia”. Gadis itu memperkenalkan diri.
“raihan...”. jawab singkat Raihan. “dia itu calon kakak iparmu”. Gurau Alwi. Zaskia tersenyum.
“hahahaha” Raihan tertawa lepas.
“persiapkan dirimu han, ini bukan drag yang mudah”. Kata Alwi tegas. “aku akan berusaha kak”. Raihan bersemangat. Adik dan kakak sama saja, dulu waktu kamu seumuran Raihan kamu juga begitu wi, sungguh indah masa itu, saat dimana kau berusaha mendapatkanku kembali dari tangan jodi. Saat sekolah kita, penuh dengan kenangan  yang tak bisa kulupa, sifat cuekmu, rasa angkuhmu, tingginya egomu, sekarang sudah tak tampak wi, perubahanmu begitu cepat seriring berjalannya waktu. Gumam Zakia.
                hadirin sekalian balapan drag malam hari ini akan segera dimuali, darag pertama Raihan adik dari sang master melawan toni dari grup bad boys. Ini dia........suara dari pengeras suara.
                Raihan segera mengambil posisi. Ia menekan-nekan pedal gas hingga menimbulkan bunyi raungan keras. Raihan mewarisi cara balap dari kakaknya, Alwi. Alwi adalah pemegang penghargaan safety award. Banyak lagi penghargaan yang diraihnya karena bakat dan cara balapannya yang tak membahayakan pengemudi lain.
                Alwi mengamati dari samping, ia harap-harap cemas akan adiknya itu, ia masih belum yakin dengan Raihan. Dia masih butuh banyak belajar. Gumam Alwi. Di sampingnya, Zaskia tengah memperhatikan Alwi dengan seksama. Apalagi yang kau risaukan wi?. gumam Zaskia.
                Baiklah hadirin sekalian, mari kita mulai balapan ini. suara dari pengeras. Lampu aba-aba mulai dinyalakan. Jantung Raihan berdetak kencang. Matanya menajam, pendengarannya terbuka, dia mencoba menstabilkan dirinya. Ok ini dia.
Start pun dimulai. Raihan melakukan roll start. Start dengan ban belakang berputar lebih dahulu. Raihan terkejut dalam beberapa detik lawannya telah mendahuluinya dengan sangat cepat. Mobil Raihan berdenging. Piston mobilnya bekerja keras. Jarum kecepatan menunjukkan angka seratus dua puluh. Masih bisa. Raihan menambah kecepatan hingga seratus enam puluh. Peringatan bahaya keluar dari sistem mobilnya. Alarm berbunyi. Raihan panik, ia bingung apa yang harus ia lakukan. Beberapa detik terasa sangat begitu lama. Diatas kecepatan seratus enam puluh nyawa dipertaruhkan. Namun dengan cepat ia teringat nasihat kaknya. “dalam situasi segenting apa pun tetaplah tenang”. Raihan mengerti ia harus tenang. Toni masih tetap memacu mobilnya. Raihan mengejar dari belakang. Garis finish sudah nampak. Raihan paham ia tak akan menang, perlahan dia mengurangi kecepatan. Hingga akhirnya dia kalah.
                Wow......apa yang terjadi, raihan adik dari sang master kalah dalam adu cepat. Mari kita sambut pemenang kita toooniii....
                Raihan segera kembali ke kru-nya.
“kenapa bisa kalah han?”. Tanya Alwi kecewa.
“jika aku paksakan mobil ini takkan kuat, pistonnya bekerja dengan tidak normal, aku merasakan ada yang tidak beres”. Terang Raihan mengecek kap depan mobil. Ia dapati kekeliruan kabel penghubung power. Ternyata ini maslahnya. Gumam Raihan. Memamng jawaban itu yang aku harapkan han. Ternyata kamu sudah dewasa. Batin Alwi. Sesaat mereka berdua bertatatpan seakan bebicara dengan bahasa hati. Zaskia diam tak mengerti.
“hey kalian ini kenapa?”. Zaskia memecah keheningan.
“kamu memang pembalap sejati han”. Ujar Alwi.
“terima kaasih kak”. Raihan tersenyum. Huft...ku kira mereka akan saling berkelahi. Gumam Zaskia.
“tak apa-apa kau kalah, lain kali aku akan perbaiki mobil ferarimu, istirahatlah...”. Alwi berlalu pergi, Zaskia mengikuti. Aku tunggu janjimu. Gumam Raihan.
                Alwi segera ambil posisi menanggapi tantangan dari BMW LOVER. Ia terlihat santai , sama sekali tak terlihat ketegangan di wajahnya. Ia sangat menikmati balapan ini. Raihan menyaksikan dari samping. Lampu isyarat sudah di nyalakan. Dan balapan pun dimulai. Untuk start Alwi menggukan start biasa, tanpa roll. Mobil yang di kendarainya melesat dengan anak panah, dari kejahuan terdengar suara mesin Alwi bagai suara mesin pesawat. Berdenging dengan sangat kencang. Mobil dari bmw lover telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengimbangi kecepatan mobil Alwi. Jangan terlalu cepat baby. Ejek Alwi dari hati. Alwi menambah kecepatan, jarum kecepatannya menunjukkan seratus delapan puluh. Dia unggul jauh dari lawannya. Alwi keluar sebagai pemenang. Seluruh area ramai dengan sorakan penonton. Mereka senang melihat Alwi keluar sebagai pemenang, sang master telah kembali.
                Raihan kagum dibuatnya. Terdengar suara instrumen musik keluar dari sound sistem untuk selebrasi kemanangan Alwi. Raihan semakin takjub. Inilah yang ku sukai dari dunia malam, penuh gemerlap nan eksotis. Batin Raihan. Musik itu semakin keras, di iringi permainan lampu disco yang gemerlap, berwarna warni. Raihan mendekati kakaknya. Ia ingin menghabiskan malam ini dengan kakaknya. Zaskia datang membawa tiga minuman bersoda. Mereka meminumnya bersama-sama. Semua yang hadir malam itu bersorak gembira. Minum-minum bersama. Walau demikian, tidak ada diantara mereka yang mengkonsumsi alkohol, mereka hanya minum minuman yang standart. Mereka itu juga warga negara yang taat peraturan walau kehidupan mereka terkesan foya-foya dan habis dalam gemerlapnya dunia malam. Mereka punya aturan tersendiri dalam mengatur grup mereka masing-masing. Hanya tinggal bagaimana penempatan mereka.
                Raihan mendapati keindahan malam di pusat kota dengan berbagai macam mobil sport di sekelilingnya. Menderu-deru, seakan berlomba bernyanyi. Mobil yang penuh dengan sentuhan seni, ada gambar abstrak ada gravity bahkan ada pola batik. Semuanya adalah karya anak muda pemiliknya. Di bawahnya terdapat lampu neon biru yang menambah sangar tampilannya. Ada juga yang merah, hijau tergantung selera pemilik. Para pemilik mobil biasanya duduk bersantai diatas kap mobil. Mereka akan menjaga betul mobilnya, jika ada yang datang mereka mempersilahkan untuk mengamati, namun mereka tetap waspada.
Kebanyakan mesin mobil mereka sudah dimodifikasi untuk race jadi sudah bukan hal yang menakjubkan kecepatan di atas seratus empat puluh km/j.
                Zaskia menatap Alwi dengan penuh perhatian. Dia memandang muka Alwi dalam-dalam berusaha menelusuri setiap rahasia lekuk wajahnya. Zaskia membandingkan wajah Raihan dan Alwi, terdapat banyak perbedaan. Namun, dalam satu hal mereka memliki pola pikir yang mirip. Keduanya bagai raja dan pangeran balap. Dalam dunia sekolah mereka juga mempunya intelegensi yang hampir tak jauh berbeda. Tatanan rambut mereka juga sama, asimetris emo.
“apa kamu nggak punya teman perempuan han?”. Tanya Zaskia.
“ya punya kak”. Jawab Raihan.
“kenapa nggak kamu ajak?”. Tanya Zaskia penasaran.
“aku belum sepenuhnya percaya pada dia”. Terang Raihan. Alwi tersenyum. Sama seperti aku waktu masa SMA. Gumam Alwi.
“kenapa ?”. Zaskia heran. “kamu punya masalah?”. Lanjutnya.
“zaman sekarang  ini sudah nggak ada gadis yang dapat dipercaya seratus persen”. Terang Raihan. Alwi kembali tersenyum mendengar pernyataan adiknya. Betul....betul. gumam Alwi. Zakia mencubit pinggang Alwi. “aduh.....”. teriak Alwi. “senyum-senyum sendiri”. Zaskia kesal. Alwi meringis.
“sudahlah kak itu masa lalu”. Raihan cuek.
“ayolah...cerita sama kakak, barang kali kakak bisa bantu”. Suara lembut Zaskia mampu menyihir Raihan untuk tunduk padanya.
“baiklah”. Raihan menhela nafas. “berawal dari pacarku terdahulu...aku mencintainya dengan sepenuh hati, apa yang ia inginkan selalu aku beri, namun dia sering marah padaku lantaran hal yang tak jelas, pada akhir kelas satu SMA dia memutuskan untuk berpisah, padahal aku masih mencintainya”. Tutur Raihan.
“kamu dikhianati?”. Tanya Alwi.
“jelasnya”. Jawab singkat Raihan. “wah kurang ajar tuh cewek, nggak usah pacaran lagi!” . Alwi tegas.
“memang sudah aku putuskan untuk tidak pacaran dan aku sudah nggak mau kontak dengan gadis manapun”. Terang Raihan.
“hey...bukan begitu caranya...”. sergah Zaskia.
“itu sama saja kamu nggak memberi orang lain untuk mencoba mengenalmu”. Tambahnya. Alwi terdiam. Ia merasa lebih baik membiarkan Zaskia memberi nasihat pada Raihan.
“lalu bagaimana”. Raihan mengharap kejelasan.
“jika kamu nggak mau dekat dengan gadis lagi, fine it’s okey, tap jangan kamu halangi mereka untuk mengenalimu. Jangan seperti kakakmu waktu SMA dulu, yang bisanya hanya buat gadis menangis”. Zaskia melirik pada Alwi. Alwi tersenyum.
“memangnya kak Alwi seperti itu ya dulu?”. Tanya raihan penasaran. “iya”. Zaskia menghela nafas. “bahkan lebih parah darimu”. Tutur Zaskia. “tapi semua itu bisa berubah kok, iya kan wi?”. Zaskia melempar penguatan pada Alwi.
“iya, jika nggak ada Zaskia mungkin aku nggak akan seperti ini”. tutur Alwi.
“maksudnya?”. Raihan bingung.
“begini han, Zaskia datang mendekatiku, mencoba mengenal dan memahami semua tingkahku, pada awalnya aku tak begitu peduli, tapi lama-lama aku kasihan juga melihat usahanya yang tak kenal lelah mengimbangiku”. Tutur Alwi.
“apa kamu nggak punya sosok gadis seperti Zaskia ini?”. timpal Alwi. Raihan terdiam, mencoba mengingat kembali apa dia punya sosok gadis yang ingin tahu tentang dirinya. Lama ia berpikir akhirnya ia menemukan jua.
“iya aku punya”. Jawab Raihan.
“siapa?”. Tanya Zaskia dan Alwi hampir bersamaan.
“Asya...dia gadis yang berkarakter mirip dengan kak Zaskia.”. terangnya.
“kapan-kapan ajak dia keluar malam minggu untuk menemuiku ya?”. Ujar Zaskia.
“aku usahain”.
                Malam semakin larut, angin malam berhembus lembut menerpa wajah-wajah kaum muda. Lampu-lampu gedung apartemen mulai dimatikan. Zaskia Alwi dan Raihan masih bercengkrama tentang hal-hal yang mereka lalui. Mobil mereka saling berdekatan ferari merah dan honda civic putih, perbedaan warna yang kontras, namun tidak mengapa karena pada dasarnya pemilik mereka memiki karakter yang mirip.
                Suasana pusat kota masih belum surut. Suara-suara mobil berderu-deruu melanjutkan lomba drag hingga jam tiga pagi. Lomba itu mulai jam sembilan malam dan selesai jam tiga pagi. Dari kejauhan mobil-mobil sport itu bagai mobil mainan yang dijajakan di pasaran. Raihan masih bercengkrama dengan Alwi.
“coba kamu ceritakan lagi kehidupanmu di sekolah, aku ingin mengenang kembali masa-masa SMA-ku”. Pinta Alwi.
“panjang kak..malas aku, ceritaku nggak ada yang menarik..percayalah”. Raihan menolak.
“kenapa kakak nggak cerita tentang kak Zaskia saja?”. Timpal Raihan.
“kenapa kamu jadi balik nyuruh aku yang crita gitu?”. Alwi mengambil minuman.
“aku ingin tahu”.
“aku nggak mau”. Alwi menolak.
“baiklah biar aku yang cerita”. Zaskia menengahi.
“Alwi dahulu sifatnya angkuh, dia nggak suka dengan orang yang menghalang-halangi keinginannya”. Tutur Zaskia. “betul”. Sahut Alwi.
“dia itu nggak suka hidupnya diatur oleh orang yang baginya tidak cocok untuk mendampingi dirinya”. Sambung Zaskia. “betul”. Sahut Alwi.
“kakakmu itu pemberani, dia selalu menjadi ujung tombak teman-temannya kala ada kesulitan. Dia itu multy talent. Bukan hanya dalam akademis, tapi dia juga berbakat dalam bidang olahraga pencak silat. Dia pernah menjuarai perlombaan pencak silat antar kota se-provinsi”. Sambung Zaskia.
“betul lagi”. Sahut Alwi. Raihan hanya geleng-geleng kepala dengan ulah Alwi.
“satu hal yang belum Alwi lakukan”. Zaskia memotong sendiri kalimatnya.
“apa itu kak?”. Tanya Raihan.
“dia nggak pernah jujur dengan persaannya sendiri”. Tutur Zaskia. Sontak Alwi tersetak. Ia menghampiri Zaskia. Keduanya saling bertatapan. Alwi memegang tangan Zaskia. Alwi menatap Zaskia dalam-dalam.
“ketika kau marah kau kelihatan begitu cantik, walau kadang selalu mengesalkan kau selalu bertanya apa yang kau pikirkan wi, dan  penuh curiga ku tahu kau sangat menyayangiku dan takut kehilanganku, begitupun kau selalu memaafkan segala salahku. Kasar marah padamu kau lupakan itu. Meski tak ada kata cinta terucap sekedar memberi kebahagiaan padamu tapi ketahuilah.” Alwi memotong kata-katanya.
“apa wi...katakan”. nada Zaskia lembut.
“tapi hatiku masih milikmu, tak ada selainmu di hatiku”. Sontak Zaskia bahagia bercampur haru dibuatnya. Ia sangat bahagia sekali, senyum manis keluar dari bibirnya. Alwi mendekat.
“hatiku masih milikmu”. Alwi membisikkan kata itu di telinga kanan Zaskia. Zaskia mematung, membiarkan kata-kata itu merasuki tubuhnya berjalan sejalan dengan aliran darah dan menjadi bagian dari tubuh. Perlahan air mata Zaskia menetes. Alwi menghapusnya lembut. Zaskia tersenyum kembali. Air mata itu bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan. Raihan hanya diam, dia terpaku. Dalam hati ia iri dengan kakaknya, namun apalah daya. Ia tak punya siapa-siapa. Zaskia melirik Raihan.
“kemarilah han”. Tangan Zaskia meraih kepala Raihan bersama tetesan air matanya. Zaskia medekap kepala Raihan.
“berjuanglah han, berjuangalah yakinlah kau akan dapatkan apa yang kau inginkan. Percayalah masih ada di sana seorang gadis yang baik dan cocok untukmu”. Tutur Zaskia, keduanya saling berpelukan larut dalam tangis kekeluargaan. Alwi memeluk keduanya.

Kekuatan kekeluargaan akan mampu menghancurkan benteng kesedihan sebesar apapun kesedihan itu.
The Joker

                Udara pagi terasa segar di OLIVER, embun tipis masi menyelimuti bunga-bunga di taman OLIVER. Gedungnya menjulang tinggi dengan berbagai macam aktifitas yang ditampungnya. Nita bersama dua sahabatnya tengah asyik ngobrol.
“eh gue denger mau ada anak pindahan lagi”. Ujar Mia.
loe serius”. Nita kaget. “cowok apa cewek?”. Timpalnya.
“menurutt kabar angin sih cowok”. Ujar Mia santai.
“dia dari sekolah mana?”. Nita tertarik.
“dari SMA KARDIKAL”.
“bukannya itu sekolah ternama nomor dua di negeri ini?”. Nita meyakinkan.
“memang iya...?”. jawaab Mia.
“kenapa dia pindah ke sini...?”. Nita heran. “padahal kan di sana da banyak fasilitas yang lebih elite dari sekolah kita, gerbangnya saja memiliki sensor”. Timpal Nita.
“gue juga nggak ngerti nit”. Mia geleng-geleng kepala.
“eh eh tuh, tuh liat”. Nita menunjuk seorang cowok keren berjalan menuju kantor. “apa dia anak baru itu?”. Tanya Nita.
“mungkin.....”. Mia tak tertarik.
“kok loe cuek banget sih hari ini”. Nita kesal.
“gue Cuma bad mood  aja kok”. Mia berlalu pergi.
                Cowok keren itu masuk kantor. Menanyakan kelas mana dia di tempatkan. Rambutnya terkesan biasa, namun ada hal lain yang menarik dari rambutnya, warnanya biru kehitam-hitaman. Kedatangannya membuat buah bibir di kalangan siswi OLIVER. Dia mampu menyihir seluruh siswi OLIVER terkesima. Cara berjalannya khas. Berbadan tinggi atletis. Di tangan kirinya terdapat sebuah jam berwarna silver cool.
“eh liat deh...jam tangannya itu lho, gue banget...”. celoteh salah satu siswi kelas sebelas ipa a. Raihan tak merespon dengan kedatangan murid baru itu. Asya memperhatikannya dari sisi kelas yang lain, ia memandan Raihan penuh dengan sifatnya yang dingin. Tak mau mengerti tentang keadaan.
                Ada apa denganmu han, mengapa kamu seperti gusar begitu? Adakah hal yang membuatmu tak nyaman. Gumam Asya. Asya mendekati Raihan.
“han...”. panggilnya lembut. Raihan tak menjawab. Ia membuang pandangannya ke luar jendela.
“apa kamu masih belum bisa nerima aku?”. Tanya Asya polos. Sama sekali Raihan tak menanggapi.
“sudah dua minggu kita berangkat dan pulang bareng, kenapa kamu masih seperti ini?”. suara Asya mulai getar. Raihan tetap terdiam. Tak mengeluarkan sepatah kata apa pun.
“baiklah han, terserah kamu”. Asya berlalu dari Raihan, dia menahan air mata. Ia membawa pergi rasa kecewanya memendamnya dalam-dalam. Asya mencoba untuk tetap tegar. Dia takkan menyerah hanya karena sifat dingin Raihan. Rasa penasaran memaksanya untuk tetap berpijak pada pendiriannya. Tak ada batu yang tak retak, begitu juga hati. Tak ada hati yang tak kan luluh. Gumam Asya.
                Ma’afin gue sya, gue belum bisa nerima kamu. Aku tak ingin aku terkhianati lagi. Sebenernya gue percaya sama kamu, tapi itu belum sepenuhnya. Butuh waktu sya, butuh waktu. Raihan menengokkan kepalanya ke arah Asya, sesaat mereka beradu pandang. Dalam diri mereka menyimpan sesuatu yang tak ingin mereka ketahui satu sama lain. Raihan terlalu angkuh untuk mengakui Asya. Sebaliknya, Asya sangatlah sabar menanti keterbukaan Raihan.
                Sebagian siswa memasuki kelasnya masing-masing. Nita terhenyak saat merasakan sebuah sentuhan di pundaknya. Ia menoleh ke belakang. Ia dapati sosok yang pernah ia temui sebelumnya tapi ia lupa siapa
“ada apa?”. Nita sedikit gemetar memandang pesona cowok itu.
“kelas sebelas ipa a dimana ya?”. Tanya coker itu. Cowok keren.
“di..di.. sini..”. Nita menunjuk kelas yang hendak ia masuki.
“oh, terima kasih. Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?”. Coker itu membuat jantung nita berdetak kencang.
“ka...kapan?”. Nita gugup dibuatnya.
“loe lupa ya? Gue cowok yang elo tolong waktu di mall pusat kota”.
“jad..jadi..e..elo rasya...”. Nita masih gugup.
“iya...gue rasya..elo nita kan?”. Rasya menebar senyum. Sontak Nita tersenyum lebar. “sudah lama nunggu kedatangan loe ras”. Nita bahagia. “akhirnya loe datang juga”. Mata Nita berkaca-kaca.
“sesuai dengan janji gue nit, saat kita bertemu di taman kota malam minggu itu, jika dalam waktu empat bulan kita nggak bertemu lagi berarti loe bukan pendamping gue”. Ujar Rasya.
dan jika kita bertemu dalam waktu kurang empat bulan maka kita jadian di tempat dan di waktu itu juga”. Sambung Nita.
“jadi gimana menurut loe?”. Tanya Rasya.
“gimana menurut gue?, gue mau aja”. Nita tersenyum. Rasya tersenyum.
                Syukurlah jika loe sudah punya pendamping baru. Gumam Raihan. Gue dah nggak butuh loe lagi han. Gumam Nita.

Bel masuk berbunyi.
                Seluruh siswa duduk di bangkunya masing-masing. Rasya duduk bersebelahan dengan Nita. Asya tertegun melihatnya. Ia melihat bangku kosong di sebelah Raihan. Dia maju kedepan.
“boleh aku duduk di sini?”. Tanya Asya. Raihan tak menjawab, hanya menganggukkan kepala. Satu langkah awal terlaksana. Gumam Asya.
                Bu Salma masuk kelas, ia menyapa murid-muridnya. Sebelum ia membuka pelajarannya ia meminta Rasya untuk memperkenalkan dirinya.
“kamu anak baru, silahkan perkenalkan dirimu.”. Ujar Bu Salma. Rasya maju ke depan.
“perkenalkan nama gue rasya, murid pindahan dari SMA KARDIKAL, sekian terima kasih”. Perkenalan singkat dari Rasya. Raihan sama sekali tak merespon. Apa yang engkau pikirkan han....?katakanlah.. gumam Asya.


**********


                Kehadiran Rasya membuat Nita semakin mudah berbuat jahat pada Asya dan Raihan. Setiap hari Rasya membuat jebakan untuk Asya. Dengan jebakan yang berbeda. Hari ini Rasya merencanakan jebakan untuk Asya. Rasya meretakkan salah satu kaki kursi Asya. Ia berencana ingin membuat jatuh Asya. Nita membantu niat buruknya. Ia sediakan alatnya dan membiarkan Rasya mengerjakannya.
                Asya datang. Rasya dan Nita segera kembali ke tempat duduknya. Bersikap seolah tak melakukan apa-apa. Asya tak menyadari jebakan Rasya. Ketika Asya duduk. “kraak”. Kaki kursi yang Asya duduki patah dan membuatnya jatuh, tangannya tergores paku yang Rasya sengaja tonjolkan. Tangannya berdarah. Belum cukup itu saja. Lantai tempat Asya jatuh telah diberi lem oleh Rasya. Raihan melihat kejadian itu menjadi iba. Ia marah, tapi tak ia perlihatkan ekspresinya.
“berdirilah sya”. Pinta Raihan.
“nggak bisa han, sakit tangan gue. Lengket laintainya.”. desah Asya.
Raihan terdiam sejenak. Dia meminta revan untuk mengambilkan sebotol bensin dan peralatan P3k. Tak banyak ucap Revan segera mengambilkan permintaan Raihan.
“ini han”. Revan memberikan sebotol bensin. Perlahan Raihan menuangkan bensin di tempat Asya jatuh. Menunggunya sebentar lalu membopoh Asya naik.
“hahaha liat tuh si Asya, kenapa dengan roknya?”. Tawa Nita. Raihan tak menghiraukan tawa Nita.
“ulurkan tanganmu”.pinta Raihan. Asya mengulurkan tangannya. Perlahan Raihan mengoleskan obat anti septik ke lengannya dengan kapas. Mata Asya melihat ketulusan pada diri Raihan. Kamu baik juga han. Gumam Asya. Gue juga punya permainan buat loe rasy . Gumam Raihan menahan emosi.
“nggak perih kan?”. Tanya Raihan.
“nggak han, makasih ya”.
“keterlaluan banget sih tu anak”. Gerutu Sheila tiba-tiba menghampiri dari luar kelas.
“sudahlah, gue punya rencana buat mereka”. sahut Raihan.
“jangan balas mereka han”. Suara Asya lembut.
“sudahlah, aku sudah muak melihat ulah mereka, licik harus dilawan dengan licik, dia itu bagai joker yang penuh siasat”. Ujar Raihan. Sheila dan Revan mengangguk setuju.
“tapi han....”. Asya mencoba membujuk.
“sudahlah, apa yang Raihan lakukan itu untuk kebaikanmu”. Sheila memotong. Asya terdiam menurut. “baiklah”.
“aku tahu tadi dia mengempes ban mobilku”. Ujar Raihan.
“trus loe diem aja han?”. Sahut Revan.
“nggak lah, gue copot ban mobil Rasya dua buah. Mereka nggak akan bisa pulang”. Tutur Raihan.
“lalu bagaimana dengan ban kempesmu?”. Tanya sheila.
“tenang gue udah bawa pemompa otomatis”. Jawab Raihan santai.
“licik loe han hahahahaha”. Revan tertawa geli. Sheila tersenyum. Asya hanya diam.
“kamu aman bersamaku sya”. Ucap Raihan memegang dagu Asya.
Apa ini yang dimaksud aku akan membutuhkan Raihan...jika iya , aku memang butuh saat ini.  gumam Asya. Asya tersenyum.
“aku bertanggung jawab atas keselamatan, harga diri dan reputasimu sya”. Kata Raihan tegas. Sheila dan Revan mendengarkan dengan seksama.
“semalam kakek berkata padaku, kelak aku akan membutuhkanmu, sebenarnya aku tak langsung percaya, tapi karena kakek memaksa. Aku pun menurut”. Tutur Raihan.
Sejuauh itukah han?. Gumam Asya.
“nggak perlu sejauh itu han”. Respon Asya.
“sudah terlanjur aku sepakati dengan kakek, apapun konsekuesinya aku harus tetap jalani”. Raihan menegaskan.
“baiklah han”. Asya menurut.

Bel akhir sekolah berdering.

                Raihan segera membawa Asya ke parkir. Raihan meminta Asya untuk berakting shock mendapati ban mobilnya kempes. Asya menurut.
“han, coba lihat deh”. Asya memanggil Raihan.
“ada apa?”. Raihan mendekat.
“banmu kempes”. Asya berakting panik.
“apa....kenapa bisa kempes? Apa bocor, kurasa tidak”. Cepat-cepat Raihan mengambil pompa otomatis. Ia pasangkan pada ban bocor. Dalam sekejap, ban itu telah terisi oleh angin. Raihan tersenyum.
“let’s go”. Ajak Raihan. Asya segera masuk mobil Raihan. Rasya dan Nita mengamati dari kejauhan merasa kesal karena rencannya gagal. Akhirnya mereka pun kembali menemui mobilnya. Betapa terkejut Rasya saat mendapati dua roda depannya hilang tanpa jejak. Ia merasa jengkel.
“sial raihan sudah mulai bermain”. Gerutu Rasya.
“apa......kita nggak bisa tinggal diam”. Nita menimpali.
                Meskipun begitu mereka tetap tidak bisa pulang karena kehilangan dua roda sekaligus. Mereka terlalu malas untuk mencari. Hari semakin panas. Matahari memancarkan sinarnya dengan sangat terik. Angin panas menerpa muka mereka berdua. Alam seakan tak bersahabat dengan mereka.
“uhh.....awas loe han”. Gerutu Rasya.




Sebagian orang berpikir bahwa mereka tidak akan
Mendapat dampak dari perbuatan mereka,
Padahal setiap pekerjaan mempunyai
Imbas bagi pelakunga

The Accident

                Semakin lama, perang antara Raihan dan Rasya semakin memanas. Mereka masih bersikukuh untuk tidak mau mengalah, maklum cowok. Di sekolah mereka akan selalu adu siasat, beradu taktik. Sebenernya gue sudah capek, tapi gue udah muak ngelihat ulah mereka. gumam Raihan.
“han sarapan dulu”. Panggil ibu dari bawah.
“iya bu”. Sahut Raihan. Kenapa firasat gue nggak enak hari ini, permainan apa lagi yang loe rencanain rasy. Raihan mengaca pada cermin mewah.
“cepet nak, sudah siang.....”. teriak Ibu dari bawah. Raihan segera turun.
“pagi bu”. Sapa Raihan. “mana ayah dan kakek?”. Tanya Raihan.
“mereka di taman”. Jawab ibu. “sudah cepat sarapan”. Ibu menyodorkan satu piring nasi goreng. Raihan segera memakannya sesendok demi sesendok. “ini minumnya”. Ibu memberikan segelas susu. “thaaar”. Tangan tangan Raihan tanpa sengaja menjatuhkan gelas itu. “aduh...kenapa dijatuhin rai”. Ibu Raihan segera membereskannya. “ma’af bu”. Raihan memelas. “sudah lanjutin sarapannya”. Ibu kembali ke dapur. Pertanda buruk apa lagi ini. gumam Raihan. Raihan melanjutkan makan. Ibu kembali dengan membawa segelas air putih, ia meletakkannya di sampping Raihan.
“awas hati-hati”. Pinta ibu. Raihan segera meneguk minumannya habis. “Rai berangkat bu”. Raihan pamitan.
“bug...”. Raihan terpeleset ketika hendak keluar dari rumah.
“aduh...ma’af den, lantainya masih basah”. Ujar pembantu Raihan.
“nggak apa-apa kok bi, nggak ada yang basah kok”.
                Raihan segera mengambil mobilnya di garasi. Lalu berangkat menjemput Asya. Raihan memacu mobilnya dengan cepat, diatas seratus km/j. Dalam beberapa menit ia sampai di rumah Asya. Asya telah berdiri menunggunya di samping rumah. Asya tersenyum.
“pagi han”. Sapa Asya masuk mobil Raihan.
“pagi”. Jawab Raihan kurang bersemangat.
“kenapa kamu kurang bersemangat gitu sih, nggak suka ya njemput aku setiap hari?’. Tukas Asya.
“firasatku nggak enak sya”. Ujar Raihan.
“ceritakan padaku han”. Pinta Asya.
“nggak bisa aku omongin”. Raihan menekan pedal gas.
“tidak bisa di ungkapkan kata-kata”. Tambahnya.
“baiklah han, tapi positive thingking-lah” nasehat Asya.
“iya”.
                Raihan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hanya dalam beberapa menit ia sampai di sekolah  tercintanya. Ia segera memarkir mobilnya. Lalu berjalan ke kelas.
“han tunggu”. Asya mengejar dari belakang. Kedatangan Raihan disambut oleh Revan. Mereka bertiga berjalan bareng ke kelas.
                Di kelas, Rasya telah menyiapkan jebakan untuk Raihan. Silahkan nikmati pagi indahmu han, hahahahaa. Gumam Rasya. Nita tersenyum kecil di sampingnya.
“kalo loe semua ada yang berani nulungin Raihan, loe semua juga bakal kena hal yang sama”. Ancam Rasya pada seisi kelas. Seisi kelas diam ketakutan, kecuali Sheila. Ia tak memperdulikan ultimatum itu. Dia pikir dia siapa. Gumam Sheila. Sheila tersenyum mencibir.
“eh ngapain loe senyum-senyum sendiri”. Teriak Nita. Sheila tak menjawab. Ia membuang pandangannya.
“eh gue lagi bicara sama loe ya, dengerin gue ya”. Bentak Nita.
“nita...nita...loe pikir loe siapa? Asal loe tahu...gue nggak bakal takut sama loe, apa lagi anak baru yang sok itu”. Sheila melirik Rasya. Dari luar kelas tampak Raihan akan masuk.
“han awas....di atas loe”. Peringatan Sheila. Raihan berhenti seketika. Ia menatap ke atas pintu. Di sana telah tersedia bak air yang entah apa isinya. “bruuaaaaak”. Raihan menendang pintu itu.  Raihan masuk. Asya dan Revan mengikuti dari belakang. Raihan mengacungkan jempol. Memberi isyarat terima kasih pada Sheila. Sheila tersenyum.
“apa??loe nggak terima??loe marah? Marah aja”. Tantang Sheila Rasya. Rasya hendak menampar Sheila, tangan kanannya terangkat sebuah ayunan bersiap menukik di pipi halus Sheila. Sheila pasrah, ia menundukkan kepala, matanya terpejam.
“kalo berani jangan sama gadis loe”. Revan menahan tamparan Rasya. Revan.....gumam Sheila, membuka matanya perlahan. Ia dapati Revan tengah berdiri di samping Rasya, menahan tangan Rasya kuar-kuat. Nita terperangah.
“rasy cukup! Musuh loe di sini Cuma gue....!hadepin gue!”. Suara Raihan menggelegar. Rasya tersentak mendengar teriakan Raihan.
“oke...kalo loe mau jadi sok pahlawan, gue ladenin”. Jawab Rasya santai, melepaskan tangannya dari cengkraman Revan. Seisi kelas tegang. Asya khawatir, cemas, ia takut terjadi apa-apa dengan Raihan. Han, jangan berlebihan...aku takut han, aku takut. Gumam Asya. Raihan dan Rasya saling bertatapan. Terlihat dari mata keduanya sebuah kekuatan yang besar. Dua aura yang berlawanan. Aura merah dan hitam. Tangan mereka mengepal. Jarak mereka llima meter jauhnya. Namun getaran power sangat terasa, panas. Jantung mereka terpacu lebih kencang. Darah mereka mengalir lebih cepat. Mata mereka bertarung di awang-awang angin.
“buktikan jika loe memang jantan”. Tantang Raihan. Seisi kelas menegan. Mereka kahawatir Raihan dan Rasya akan berduel.
“tenang aja gue akan buktiin”. Respon Rasya. 


**************
                Bel pulang sekolah berdering. Semua siswa berhamburan pulang. Raihan mencium bau jebakan. Kali ini trap apa lagi yang akan ia gunakan. Gumam Raihan. Asya sedari tadi mengamati tingkah laku Raihan yang tak menentu menjadi bingung.
“han, ada apa sih?”. Tanya Asya lembut.
“nggak apa-apa, firasat gue nggak enak”. Tutur Raihan. Dari kejauhan mereka di awasi oleh Nita dan Rasya.
“kamu bulang bareng sheila aja ya?”. Pinta Raihan.
“kenapa?”.
“aku nggak mau kamu terlibat”. Ungkap Raihan.
“aku ingin tetap berada di sampingu han”. Asya memelas.
“kali ini saj sya, biarkan aku sendiri. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu”. Raihan memegang pundak Asya.
“she..bawa Asya pulang, pastikan dia sampai di rumah ya”. Pinta Raihan.
“van gue titip Asya”. Raihan berlalu pergi tanpa mengucapkan kata lagi. Dia melangkah menju mobil.
                Dari kejauhan Nita dan Rasya masih mengawasi. Mereka masih membuntuti Raihan pergi.
“sial, kita nggak bisa nyelakain Asya”. Gerutu Nita.
“nggak apa-apa, paling tidak kita bisa nyelakain Raihan”. Ujar Rasya. Keduanya tersenyum penuh kemenangan.
“udah loe siapin semuanya?”. Nita memastikan.
“udah, tinggak shownya aja”. Jawab Rasya.
                Raihan menyalakan mesinnya. Ia merasa ada yang tidak beres. Ini mungkin hanya firasat gue. Gumam Raihan. Raihan tetap menjalankan mobilnya. Ia membawanya keluar dari are sekolah. Rasya dan Nita mengikuti dari belakang. Mungkin ada sesuatu dengan rem gue. Raihan mencoba remnya. “sreet”. Tak terdeteksi maslah. Raihan melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan muncul firasat. Mungin dengan torsi mesin gue, atau piston. Sangka Raihan. Raihan mengujinya dengan menambah kecepatan. Angka jarum menunjukkan seratus dua puluh. Tidak terjadi apa-apa, tapi firasat gue mengatakan ada yang tidak beres. Raihan menambah kecepatan hingga seratus empat puluh.
“oke nita it’s show time”. Rasya yang sedari mengikuti dari belaknag menekan sebuah tombol. Nita tak sabar ingin melihatnya.
“nggak terjadi apa-apa rasy? Kok nggak meledak sih?”. Nita heran.
“memang tidak tapi lihatlah”. Rasya menunjuk kearah depan.
Mobil Raihan melaju dengan sangat kencang. Saat hampir tiba di perempatan lampu merah Raihan ingin menekan pedal rem. Tapi ia kaget, pedal remnya tak berfungsi. Reflek Raihan membanting stir ke kanan untuk menghindari mobil yang berhenti di depannya. tanpa ia sadari dari arah yang berlawanan muncul mobil dengan kecepatan tinggi.
“brruaaaak......thar.....”. tabrakan pun tak terhindarkan.  Rasya dan Nita tersenyum puas. Semua orang berlarian menuju kejadian itu. Raihan tak sadarkan diri. Darah segar mengucur dari dahinya. Salah seorang secara reflek memanggil ambulan, sebagian dari mereka menolong Raihan semampu mereka. sopir mobil yang menabrak Raihan tidak terluka parah hanya luka gores di lengannya karena mobilnya dilengkapi air bags. Tubuh Raihan remuk.
                Dalam beberapa menit ambulans datang. Raihan dibawa masuk oleh petugas. Ambulan itu segera melesat, berpacu dengan waktu. Waktu terus mencekik keselamatan Raihan. Di tangan sopir ambulan itu nyawa Raihan dipertaruhkan, terlambat sedikit saja nyawa Raihan melayang. Darah terus mengalir, tim medis yang ada di ambulan berusaha membekukan darah yang keluar dengan peralatan seadanya.
                Tak berselang lama Asya datang di tempat kejadian itu.
“eh..eh..lihat deh, itu kan mobilnya Raihan”. Ujar Asya.
“mana-mana?”. Revan berusaha mencari.
“apa yang terjadi?”. Asya panik.
“sebaiknya kita turun sekarang”. Sheila menimpali.
Mereka bertiga mendatangi tempat kejadian itu, mereka mendapati mobil Raihan hancur. Di mana Raihan. Asya khawatir.
“ma’af dek, apa adek temannya anak yang kecelakaan ini?”. tanya salah seorang laki-laki tua.
“iya”. jawab Asya.
“sebaaiknya adek cepat kesana”. Menunjuk arah pusat kota. “ke rumah sakir pusat kota, teman adek benar-benar terluka parah”. Sambungnya. Sontak Asya menangis. Air matanya meleleh di reramaian kota. Sheila dan Revan membawanya kembalimsu mobil. Sheila merasakan apa yang Asya rasakan.
“shel.....raihan shel.....raihan..”. Asya menangis tersedu-sedu.
“tenang sya...gue yakin dia pasti baik-baik aja, dia sudah berada di tangan yang tepat”. Sheila berusaha menenangkan Asya.
“sialan tuh rasya. Keterlaluan banget dia”. Gerutu Revan.
“udahlah...sekarang kita ke rumah sakit pusat aja”. Ujar Sheila. Revan mengangguk.
                Mereka bertiga menyusul Raihan ke rumah sakit kota.


**********

                Dalam beberapa menit sampailah mereka di METRO MEDICAL, rumah sakit pusat. Asya segera berlari masuk. Dalam fikirannya hanya terbayang Raihan. Tetes air matanya mulai membasahi pipi. Raihan.... hati Asya menangis. Ia terus berlari kakinya dengan setia mengantarnya menuju UGD. Namapak sosok dengan baju putih dan sebau stetoskop berdiri di depan pintu UGD. Sosok itu menghentikan Asya.
“adek tunggu saja di sini”. Pinta orang itu.
“tap..tapi dia temanku dok”. Asya memelas. Tangan orang itu menahan Asya kuat-kuat.
“adek yang sabar ya, kami akan lakukan pemeriksaan dulu”. Ujar bijak orang itu.
“sya...sya sabar sya...”. sheila menghampiri, membawanya duduk di kursi tunggu.
“saya permisi”. Dokter itu masuk ruang UGD. Hati Asya semakin berkecamuk. Sedih, marah dan sesal bersatu padu dalam hatinya. Memaksa andrealin untuk memompa darah lebih cepat. Sheila memngusap wajah Asya lembut. Asya berusaha menata kembali nafasnya.
“loe tenang ya sya.....”. pinta Sheila. Asya mengangguk. Tak berselang lama Revan datang membawa minuman.
“ini minum dulu”. Tawar Revan. Sheila memberikannya pada Asya. Asya menggeleng, ia terlalu khawatir untuk meneguk seteguk air saja.
“loe jangan bikin kita panik dong sya”. Ujar Revan.
“ma’afin aku shel, van....”. Suara Asya lemah.
“loe minum dulu  ya....”. bujuk sheila. Asya mengangguk. Diambilnya sebotol minuman dingin itu, lalu meneguknya.
“begitu lebih baik sya”. Sheila mulai tenang.
“shel...gue mau bicara”. Kata Revan.
“iya sebentar”. Sheila bangkit. Mereka berdua berjalan ke koridor rumah sakit. Menghilang dari pandangan Asya. Setelah mereka aman baru mereka bicara.
“gue nggak rela atas perlakuan Rasya pada Raihan. Gue pengen bales dia”. Gerutu Revan.
“iya, gue juga, tapi kita bisa apa?”. Sheila balik tanya.
“si joker itu punya banyak taktik”. Revan memandang dalam-dalam waajah Sheila.
“kita nggak bisa lakuin apa-apa van”. Sheila pasrah.
ayolah...come on baby jangan nyerah gitu dong”. Revan sedikit kecewa mendapati respon sheila.
“lalu kita harus berbuat apa?”.
“gue juga bingung shel”.
“loe aja bingung, apa lagi gue”. Sheila kesal.
“satu hal yang bisa kita lakuin”. Ujar Revan.
“apa itu?”.
“kita jaga Asya, amanat terakhir Raihan, dia nitipin Asya ke gue”. Tutur Revan. Sheila tersenyum.
“ide yang bagus”. Respon Sheila. Mereka bersalaman.  
                Di lain sisi, Asya tengah terduduk lesu. Dalam hatinya ia memaki dirinya sendiri. Kau gagal sya, kau gagal menjaga Raihan. Suara dari dalam hatinya memakinya. Kamu nggak pantas bersanding dengannya. Tambah suara jahat itu. Hey sya, bukan salah kamu. Itu kecelakaan. Suara bijak berkata. Yang perlu kamu lakuin hanya menjaganya setelah ini sya, kecelakaan itu di luar pengetahuan kamu sya. Percayalah. Timpalnya. Asya menyeka air matanya. Ia mencoba membangun kembali gairahnya. Dalam kesedihan, ia tak mau terlalu larut.
                Tak berselang lama keluarga Raihan datang. Ibu Raihan langsung menangis sejadi-jadinya. Ibu Raihan langsung mendekap Asya, Asya yang baru saja berhenti menangis, air matanya pecah lagi. Keduanya tenggelam dalam kesedihan.
“bagaimana keadaan Raihan?”. Tanya Ayah Raihan.
“belum ada kabar dari dokter om”. Jawab Revan.
Semuanya terdiam. Mati tak bernyawa. Waktu seakan berjalan lebih lambat. Jantung seakan berdetak lebih lambat. Kakek menyalakan ceruttunya. Menghisapya, santai. Seakan tak memikirkan apa pun.
“dia akan baik-baik saja”. Ujar kakek tenang.
“kenapa ayah bisa bilang gitu?”. Ayah Raihan heran.
“dia tak akan mati, dia punya malaikat”. Jawabnya.
“maksud ayah?”. Ayah Raihan bingung.
“lihat saja nanti”. Kakek duduk dengan santai.

Pintu UGD terbuka, keluar dari dalamnya seorang dokter membawa hasil lab.

“gimana anak saya dok”. Ibu Raihan panik.  Dokter tak langsung menjawab. Dokter itu menghela nafas.
“ibu yang sabar ya, anak ibu mengalami lupa ingatan, tulang kaki kirinya retak, mungkin dia akan lumpuh sementara”. Ujar dokter. Sontak ibu Raihan histeris.
“apa....??”.
“tapi tenang bu, data kami menunjukkan intiligentnitas Raihan yang besar, lupa ingatannya bisa cepat sembuh jika mendapat sentuhan emosional dan beberapa rangsangan dari orang yang tepat”. Terang dokter.
“orang yang tepat itu siapa dok?”. Tanya ibu Raihan.
“untuk masalah itu pihak medis tidak dapat memastikan”.
“terima kasih dok”. Ayah Raihan menengahi.
“saya permisi”. Dokter itu berlalu dari mereka.
                Sejenak suasana hening. Mereka saling bertatapan, saling menanyakan siapakah gerangan yang dimaksud dokter. Mereka tak menemukan petunjuk. Ayah Raihan duduk putus asa. Ibu Raihan bingung harus berbuat apa. Revan memeluk Sheila yang sedari tadi menahan tangis. Asya diam tertunduk. Suasana benar-benar mati. Tak sepatah kata pun keluar dari mereka.hari semakin sore, suasana masih juga belum cair. Raihan belum sadarkan diri. Sang kakek tetap dengan keadaan santai. Seakan tak peduli apapun.
“bagaimana kakek bisa tenang? Sementara kita kebingunga memikirkan siapa yang pantas merawat Raihan”. Suara ibu Raihan getar.
“tak perlu susah-susah mencari. Kita sudah punya orangnya”. Kalimat kakek mengundang perhatian mereka.
“siapa?”. Tanya Ibu Raihan.
“gadis itu”. Kakek menunjuk Asya. Deg. Hati Asya kaget.
Aku?apa benar aku. Asya kebingungan. Tanpa pikir panjang ibu Raihan menghampiri Asya.
“asya...”. ibu Raihan memelas.
“iya tante”.
“tante minta kamu rawat Rai ya sya....”. ibu Raihan memegang tangan Asya. Memohon dengan sangat mengharap.
“tap...tapi tante....”. Asya merasa dirinya tak lagi pantas bersanding dengan Raihan.
“perlukah tante bersujud di hadapanmu nak?”. Ibu Raihan semakin mengiba.
“tapi tante, asya nggak pantas untuk berdampingan dengan Raihan”. Ucapnya.
“kenapa?”. Sahut ayah Raihan.
“bukankah aku ini anak orang biasa?sedangkan Raihan kaya raya”. Tutur Asya. Sheila menangis di pelukan Revan.
“asya tante yang menyebabkan raihan seperti itu”. Ujar Asya.
“nggak sya, nggak. Kejadian itu sudah takdir”. Sheika memotong di tengah tangisnya. Revan tetap mendekapnya.
“kalian akan saling membutuhkan”. Ujar kakek sembari pergi meninggalkan mereka. Asya teringat pesan kakek terhadapnya.
“apa kamu tidak kasihan dengan Raihan nak?”. Tanya Ibu Raihan.
“bahkan aku merasa bersalah tante”.
“kalau begitu rawatlah dia”.
“iya tante”. Asya menurut. Ibu Raihan memeluk Asya.
“terima kasih nak”. Bisik Ibu Raihan.
                Hari semakin senja, matahari perlahan merangkak ke barat. Sinar merah membalut ufuk barat. Angin senja bertiup sepoi-sepoi. Burung-burung kembali ke sarangnya. Mentari semakin redup, sinarnya mulai melemah. Memberikan kesempatan orang untuk menikmati dinginnya malam. Langitpun mulai gelap, membiarkan sinar matahari terbenam di dalamnya. Sebagaimana Asya membenamkan rasa sedihnya di hati yang paling dalam.
                Aku akan merawatmu han, sampai kau benar-benar sembuh. Apa pun yang akan menghalang takkan ku risauakan, dekat denganmu adalah sebuah kehormatan bagiku. Kan ku jaga namamu harga dirimu semampuku. Aku berjanji. Asya menatap langit dengan bintang-bintang yang berkedip seakan memberinya semangat  untuk melalui tantangan hidup. Sheila dan Revan berdiri tepat di belakang. Mereka berdua akan setia menjaga Asya selama Raihan sakit bahkan selamanya, barang kali.




Asya Faithfulness
Satu minggu kemudian.
                Awan kelabu itu masih menyelimuti kota mega metropolitan. Asya masih terlarut dalam kesedihan, dia jatuh sakit. Tubuhnya lemah. Kakinya tak kuat untuk berjalan. Matanya serasa panas. Tapi ia teringat Raihan butuh pelayanannya.
“halo, shel”. Suara Asya lemah.
“iya, gue sendiri...ada apa sya?”. Tanya Sheila.
“anterin aku ke rumah Raihan”. Pinta Asya.
“tapi kamu kan sedang sakit sya”.
“sudahlah, anterin aku.....”. Asya memelas.
“baiklah...”. sheila hanya bisa menurut.
Sheila segera menjemput mobilnya di garasi. Terburu-buru ia berangkat ke rumah Asya. Tungguin aku han.. gumam Asya.
                Taj berselang lama, sebuah mobil hitam berhenti dirumah Asya. Asya segera menghampiri walau dengan langkah yang tertatih. Sya janga paksain diri loe. Gumam Sheila.
“ayo berangkat”. Asya masuk mobil dengan sweater biru menyelimuti tubuhnya.
“gue antar loe berobat dulu ya sya”. Tawar sheila. Asya mengangguk. Hati Sheila sedikit lebih lega. Gue tau loe masih sedih sya, gue ngerti perasaan loe ke raihan begitupun sebaliknya. Bersabarlah sya. Gue yakin ini adalah ujian kalian berdua yang bisa kalian lalui bersama-sama. Berjuanglah sya.  Gumam Sheila memandang iba Asya. Asya melawan sakit tubuhnya sendiri. Aku harus kuat, aku harus kuat. Gumam Asya. Sheila membawa Asya ke apotik terkenal. Ia mencarikan obat untuk Asya. Sheila tak tega melihat sobatnya itu menderita. Baginya, penderitaan Asya penderitaannya juga.
                Raihan..tunggu aku han.  Gumam Asya. Sheila kembali dengan segenggam obat di tangannya. Ia menyodorkan obat itu pada Asya.
“lebih baik kita berangkat sekarang”. Pinta Asya.
“baiklah sya”. Sheila membawa mobilnya melaju melintasi keramaian kota mega metropolitan. Dalam beberapa menit sampailah dia di rumah Raihan. Asya segera masuk. Satpam mengantarkan Asya dari belakang.
“selamat pagi tante..”. sapa Asya ramah.
“pagi sya....”. jawab ibu Raihan. “rai ada di kamar...sudah satnya sarapan, beri dia suapan ya sya”. Pinta ibu Raihan. “iya tante”. Asya segera naik ke lantai dua. Ditemuinya Raihan sedang duduk berada di kursi roda. Dia berjalan mendekat. Selangkah demi selangkah.
“han.....”. sapa Asya.
“kenapa loe datang lagi, siapa loe?kenapa loe panggil gue han?”. Raihan membentak. Asya tetap mendekat. Hatinya tak gentar.
“makan dulu han”. Asya membujuk. Raihan menggeleng kepala.
“ayo lah han...”. Asya mengahadapkan kursi roda ke arahnya. Raihan mendapati wajah Asya yang cantik. Kecantikan Asya mampu menundukan Raihan. Asya tersenyum. Bibir manisnya berwaarna merah muda. Lesung pipi menambah cantik wajahnya. Rambut halusnya menjadi ciri khas yang tersendiri. Asya menyuap Raihan sesendok demi sesendok dengan sentuhan kasih di setiap suapan. Raihan memandang Asya dalam-dalam. Kenapa loe setiap hari ada buat gue...siapa loe... gumam Raihan.

Di depan rumah.

                Alwi datang dengan Zaskia. Mereka memakai mobil honda civic. Ibu Raihan menyambut mereka dengan suka cita. Ibu Raihan memaksakan senyum terbit di wajahnya.
“pagi tante”. Sapa Alwi ramah.
“pagi.....ini Zaskia ya” Ibu Raihan menyalami Zaskia.
“iya tante. Saya Zaskia”. Respon Zaskia.
“wah..sudah besar ya sekarang. Semester berapa Zas?”. Tanya ibu Raihan.
“sama dengan Alwi tante”. Jawab Zaskia.
“semester empat tante”. Sahut Alwi. “oh ya tante, ma’af ya baru bisa njenguk Raihan..ada kerjaan di rumah”. Terang Alwi.
“oh, nggak apa-apa kok”. Ibu Raihan merespon.
“ngomong-ngomong dimana Raihan?”. Tanya Alwi.
“di kamar wi, samperin aja”.
                Alwi mengajak Zaskia naik keatas tangga, menuju kamar Raihan. Saat hendak masuk kamar mereka terperangah mendapati sosok gadis muda tengah menyuapi Raihan. Gadis itu menghentikan pekerjaannya. Ia melangkah mendekat. Zaskia tertegun melihat sosok gadis seanggun dia. Cara berjalan yang khas. Mata yang berbinar. Pipi yang ranum. Raambut yang terurai indah. Senyum yang khas. Semua itu belum pernah Zaskia sebelumnya.
“kalian siapa?”. Tanya Asya lembut.
“aku Alwi, kakak sepupu Raihan”. Jawab Alwi.
“aku Zaskia”. Zaskia memperkenalkan diri. Jadi ini yang Raihan ceritakan, mereka benar-benar pasangan yang serasih. Gumam Asya.
“kenapa melamun”. Zaskia membuyarkan lamunan Asya.
“nggak, aku teringat cerita Raihan tentang kalian sebelum ia lupa ingatan”. Terangnya.
“oh.....kamu apanya Raihan?’. Tanya Zaskia selidik.
“aku temennya”. Jawab Asya seadanya. Gadis yang cantik. Gumam Alwi.
“eh, aku lanjutin dulu nyuapin Raihan, kakak tunggu aja di bawah”. Pinta Asya. Asya berlalu dari mereka dan melanjutkan tugasnya.
Menyuapi Raihan, lalu memberinya obat. Setelah Raihan tertidur Asya pergi menemui kakak-kakak Raihan. Selamat tidur han. Asya memasangkan selimut di tubuhnya.
“ma’af menunggu lama”. Asya menuruni tangga.
“bagaimana keadaannya?”. Tanya Alwi.
“sudah mulai membaik....kata dokter cara kerja otaknya sudah kembali normal”. Terang Asya sembari duduk. 
“lalu bagaimana dengan kecelakaan Raihan?polisi sudah menemukan bukti?”. Taya Alwi.
“belum, hasilnya nihil”.
“izinkan aku dan Zaskia meneliti kasus ini”. pinta Alwi.
“ya silahkan, kak kamu kakak Raihan, jadi boleh-boleh saja”. Asya merapikan rambutnya. Gila cantik bener nih gadis. Beruntung adek gue. Gumam Alwi.
“eh ngomong-ngomong nama kamu siapa?”. Tanya Zaskia.
“aku Asya....”.
“nama yang indah....”. puji Zaskia. Asya tersipu malu.
“makasih...”. respon Asya.
Mereka bercengkrama. Mereka asyik membicarakan cerita mereka masa SMA dulu. Cerita-cerita indah dan mengharukan. Dalam hati Asya bersyukur karena dapat bertemu langsung dengan sosok yang berkali-kali Raihan ceritakan. Diam-diam Asya mengagumi keanggunan Zaskia. Dalam hatinya bergumam. Andai aku seperti dia, aku yakin Raihan nggak akan menghidar dariku.

**********

                Hari demi hari berlalu, Asya tetap continue  merawaat Raihan. Setiap hari ia datang, menyuapinya, menghiburnya walau kadang Raihan membentak-bentak mengusirnya pulang.
“nggak usah loe datang ke sini lagi....gue muak ngeliat muka loe....jangan sok perhatian loe”. Bentak Raihan. Asya terdiam, sama sekali tak gentar. Ini bukan diri kamu han, ingatanmu masih belum pulih..aku tahu kamu bukan tipe cowok yang mau menyakiti hatiku. Gumam Asya. Asya melanjutkan suapannya.
“thaar......”. Raihan menampik piring yang dibawa Asya hingga pecah. Asya tak bergeming. Ia mengambil pecahan piring yang berserakan. Ia mengambil setiap pecahan dengan tangannya. Raihan tak bisa membohongi dirinya sendiri, ia kasihan melihat kejadian itu. Tapi percuma, ia tak ingat siapa gadis dihadapannya. Siapa loe sebenarnya. Gumam Raihan.

Kakek muncul membawa dari balik pintu kamar Raihan. Ditangannya terdapat sebuah foto berukuran sedang.

“asya...”. panggil kakek. Asya menoleh.
“kakek....”.
“sedang apa kamu sya?”. Tanya Kakek.
“ini kek, merapikan pecahan piring”. Ujar Asya. Tidak salah aku memilihmu merawat Raihan, kamu begitu sabar. Gumam kakek.
“apa itu kek?”. Asya balik bertanya.
“ini untuk usaha penyembuhan Raihan”. Ujar sang kakek.
“biarkan kakek tangani ini”. kakek melangkah mendekati Raihan. Raihan menatap tak enak pada kakek. Ia tak suka di dekati pak tua itu . kakek menyerahkan foto itu. Raihan menolak, ia menjatuhkan foto itu. Kakek mengambilnya. Ia memberikannya lagi.
“foto apa ini pak tua?”. Tanya Raihan ketus.
“lihat saja, anak muda”. Suara kakek terdengar ketus mengimbangi Raihan. Raihan melihat foto itu. Ia kaget melihat dirinya tengah berfoto dengan gadis dihadapannya itu. Foto itu memaksanya untuk mengingat kembali kenangan sebulan lalu, tepat satu minggu sebelum kecelakaan Raihan. Syaraf-sayaraf otaknya menegang. Deg....ia bagai tersengat aliran listrik. Matanya memelototi foto itu. Ia menangkap gambar dirinya tengah berada dekat dengan gadis yang selama ini selalau merawatnya. Begitu dekat. Ya, sangat dekat. Hingga tak ada jarak di antara keduanya. Di foto itu, si gadis tersenyum manis.
                Apa maksud dari semua ini. gue nggak mengerti.  Otaknya bekerja sangat keras. Pusing. Itulah yang ia rasakan. Sesak. Nafasnya terengah-engah. Panas. Sekujur tubuhnya memanas, ia berjuang mati-matian mengingat kembali foto itu. Kakek tersenyum. Tiba-tiba, deg.. Raihan jatuh pingsan. Asya khawatir.
“kakek, rai pingsan kek”.
“itulah yang kakek harapkan”. Asya membopoh Raihan. Ia meletakkannya perlahan di kasur. Rambutnya terjuntai menyapu dada Raihan. Mata Asya memanas. Air matanya meleleh.
“kenapa begitu kek?”. Asya heran.
“dengan begitu berarti dia telah memaksa otaknya bekerja keras, hingga ia tersentak dan pingsan”. Terang kakek.
“maksud kakek?”. Asya bingung.
“ia memaksa mengingat kembali ingatannya”. Sambung kakek.
                Asya mengerti. Tapi hatinya tetap resah. Tak tahu apa yang akan menimpa diri Raihan nanti. Asya menatao Raihan. Air matanya meleleh, air mata itu jatuh di lengan Raihan. Tetes demi tetes.

Ibu dan ayah Raihan naik menuju kamar Raihan.

“ada apa tadi, kenapa tante mendengar pecah?”. Tanya Ibu.
“nggak apa-apa tante, Cuma ketidak sengajaan kok”. Jawab Asya menghapus air matanya.
“pasti Raihan lagi ya?”. Tanya ibu selidik. Asya tak menjawab.
“dia itu pura-pura tidur atau tidur beneran?”. Tanya Ayah.
“dia pingsan”. Sahut kakek.
“kenapa bisa yah?”. Tanya Ayah Raihan.
“dia baru saja memaksa fikirannya mengingat kembali foto itu”. Kakek menunjuk foto di genggaman Raihan. Ayah Raihan mengambil foto itu.
“mana yah coba lihat”. Ibu Raihan mendekat. Ayah dan ibu melihat foto itu bersama.
“mirip kita waktu SMA ya bu”. Ujar ayah.
“iya yah”. Jawab ibu. Keduanya tersenyum mengingat kembali masa-masa SMA mereka. Asya tersipu malu. Melihat raut yang berbeda di wajah Asya ibu Raihan berkata.
“nggak usah malu sya...kalian serasi nak”. Perkataan ibu Raihan semakin membuat Asya belingsetan salah tingkah.
“belum saatnya, tante”. Asya tersenyum.



Sejarah janganlah dilupakan, kenangan janganlah dihapuskan.
Biarkan ia menjadi arsip hidup kita sebagai pijakan
Menyongsong hidup yang mendatang



Recovery Of Consciousness Raihan

                Asya masih merasa malu akan gurauan ibu Raihan. Asya kembali mendekati Raihan. Dibelainya rambut Raihan.
“segeralah siuman han....”. doa Asya di dekat telinga Raihan. Keluarga Raihan memandang Asya. Mereka membiarkan gadis itu melakukan apa yang ia inginkan. Mereka pergi ke bawah.
“aku rindu kamu, dirimu yang sebenarnya...dirimu yang selalu melindungiku dari kejahilan Rasya. Bangkitlah han...aku butuh kamu. Bangunlah han...keluargamu menanti di sana.”. kata-kata Asya begitu lembut. Air mata Asya kembali menetes.
                Di lain sisi. Dalam fikiran Raihan.
Suara itu, gue kenal suara itu. Asya.....asya...di mana kau... Raihan kebingungan dalam kegelapan alam bawah sadarnya. Raihan tak menemukan sebuah jalan. Hanya gelap gulita, hening. Ia tak dapat melihat. Dia kebingungan mencari jalan keluar. Bagunlah han...banyak orang menantikan kesadaranmu.....suara itu bergema di kegelapan Raihan. suara itu, asya...bantu gue keluar dari sini sya..... Raihan berlari mencari arah suara itu.
“asya.....asya”. kata itu keluar dari mulut Raihan, begitu lemah.
Asya terhenyak oleh suara itu. Senang bercampur haru bersatu di hatinya. Asya memegang tangan Raihan. menempelkannya di pipi kananya.
“aku disini han, aku disini”. Asya menangis.
                Gue harus bisa keluar dari sini. Raihan beratarung dengan alam bawah sadarnya. Ia melihat seberkas cahaya putih di hadapannya. Ia mendekati cahaya itu. Cahaya itu semakin membesar, dibuatnya silau Raihan oleh cahaya itu.  Mata Raihan terbuka perlahan.
“asya....”. panggilnya lirih. Menengokkan kepala ke arah Asya. Reflek Asya menangis. Ia menanggapi panggilan Raihan.
“om...tante....kakek...Raihan sadar”. Teriak Asya dari dalam kamar. Mereka berlari ke kamar Raihan.
“ayah....ibu...kakek....”. suara Raihan lemah.
“iya nak....ibu disini..”. ibu Raihan memeluk erat Raihan. haru bercampur bahagia. Kebahagian mereka terungkap, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“akhirnya kamu sadar han.....”. ujar Asya mengahapuskan air matanya.
“terima kasih sya, untuk semuanya...”. suara Raihan mulai menguat.
“sama-sama han....itu sebuah kehormata bagiku”.
Keduanya bertatapan sejenak. Memulihkan kenangan yang telah lama tercipta. Keluarga Raihan segera menyebarkan berita kesembuhan putranya. Ke sekolah, ke rumah Alwi, Zaskia, Faris dan masih banyak lagi.

************

Satu hari setelah berita tersebar.
                Bersama-sama Alwi dan Faris, kakak Alwi datang mengunjungi Raihan. suara mobil mereka menggelegar di halaman rumah Raihan.
“itu mereka datang”. Ujar ibu Raihan. dia segera membukakan pintu menyambut kedatangan mereka.
“selamat pagi tante”. Sapa Alwi.
“pagi tante”. Sambung Faris.
“pagi..ini Faris ya?”. Tanya ibu Raihan. Faris mengangguk.
“iya tante..”. sambung Faris.
“wah...sudah gagah ya,,,,cakep lagi”. Puji Ibu Raihan.
“ngomong-ngomong Raihan di mana tante?” tanya Alwi.
“dia di kamat. Samperin aja”. Ujar  Ibu Raihan. Alwi dan Faris berjalan menuju kamar Raihan. setelah menaiki tangga, sampailah mereka di depan pintu Raihan. pintu itu dibiarkan terbuka. Mereka langsung masuk.
“hey han...”. sapa Alwi.
“hey kak”. Raihan menjalankan kursi rodanya mendekat.
“kamu sudah ingatkan?”. Tanya Alwi.
“iya, sudah. Namamu Alwi tan dan yang bersamamu ini Faris tan”. Tutur Raihan, membuktikan ingatannya sudah kembali. Faris terseyum.
“kakimu sudah membaik?”. Tanya Faris.
“sudah, hanya perlu latihan untuk berjalan. Dokter membolehkan aku sekolah besok” terang Raihan.
“jangan kamu paksa dulu han...”. Alwi menyarankan.
“aku udah nggak sabar melihat dunia luar..udah dua bulan aku terkurung di kamar ini”. protes Raihan.
“oh ya han...apa kamu masih ingat bagaimana terjadinya kecelakaanmu?”. Tanya Faris mencari info.
“berawal dari rem, aku pikir remnya bekerja dengan baik. Sebelum keluar sekolah aku sudah mencoba remku terebih dahulu. Dan aku rasa berjalan remku dengan baik. Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Saat beberapa puluh meter dari traffic light aku menginjak pedal rem, namun tak berfungsi. Lalu untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang berhenti, aku banting stir ke kanan. Namu na’as ada mobil yang berlari kencang dari arah yang berlawanan” tutur Raihan.
“bagaimana bisa rem tidak berfungsi mendadak?”. Alwi heran.
“bisa, di balik semua ini pasti ada pengendalinya, aku pernah tahu sisitem perusak rem. Tinggal tekan tombol, maka remmu takkan berfungsi”. Terang Faris.
“seperti apa itu kak?”. Tanya Raihan.
“sekarang mobilmu di mana?”. Tanya Faris balik.
“di garasi pribadi”. Ujar Raihan. Faris pergi  tanpa permisi. Ia melangkah menuju garasi pribadi Raihan. Alwi bingung dengan ulah kakaknya. Ia membiarkan kakaknya pergi, jika sedang serius Faris bukanlah orang yang bisa diganggu.
                Faris tiba di depan garasi. Didapatinya mobil Raihan remuk. Bagian depannya hancur. Benar-benar mengenaskan. Faris segera mengecek kap depan mobil. Ia menemukan keganjilan. Mengapa kabel ini terhubung dengan kabel ini. bukankah ini kabel pematik listrik mobil?. Gumam Faris. Ia melihat ke bagian dalam mobil. Ia tak menemukan apa-apa. Ulah Faris mengundang tanda tanya para satpam Raihan. tapi hal itu tak ia hiraukan. Ia meneruskan penelitiannya. Lalu “jrennng.....”. ia menemukan sebuah chip mencurigakan, ia bawa chip itu. Lalu ia mengecek rem tangan. Ia menarik rem tangan itu “kreek”. Tak berfungsi. Pelaku benar-benar menginginkan kematian Raihan. bahkan rem tangan pun tak bekerja. Gumam Raihan. aku harus segera lacak chip ini. Faris kembali ke kamar Raihan. melihat kedatangan Faris membawa sebuah chip Alwi menjadi heran.
“chip apa itu kak?”. Tanya Alwi.
“ambil laptopku di mobil, kita harus pastikan chip  apa ini?”. terang Faris.
                Alwi segera berlari. Menuju mobilnya. Ia mengambil laptop dan beberapa sensor sinar blue ray.
“orang yang menjebakmu benar-benar menginginkanmu mati han”. Ujar Faris. Raihan tak mengerti.
“maksud kakak apa?”. Tanya Raihan.
“dia mematikan seluruh kerja remmu han...”. terang Faris.
Tak berselang lama Alwi datang membawa laptop dan alat blue ray. Faris segera memasukkan chip itu ke blue ray. Setelah terscan. Faris mengup-datenya ke internet. Di internet, ia mencari info seputar chip itu.
“ini dia....”. Faris menemukan sebuah black web.web teralang.
“kita harus membobolnya dulu”. Faris membuka sebuah aplikasi pembobol kode. Dalam hitungan detik, web itu terbuka. Betapa terkejud mereka saat mereka tahu bahwa chip itu adalah salah satu hasil karya MASTA CORPORATION, perusahaan yang membuat alat-alat jebak dan juga senjata mematikan. Perusahaan itu di kelola oleh Jacob Martini, ketua teroris di mega metropolitan. Catatan terakhir mengatakan bahwa dia dan perusahaannya tengah mengembangkan alat pembunuh tak terduga.
“coba cari tahu sapa yang memasang chip itu”. Pinta Raihan.
“bisa....”. Faris segera mencari lokasi pemicu reaksinya. Peta menunjukka koordinat rumah. Bukankah itu rumah Rasya. Gumam Raihan.
“dialah yang memasang chip itu”. Terang Faris.
“sudah ku duga, dia sangat memusuhi ku”. Ujar Raihan.
“aku tak bisa terima, dia harus dibalas”. Alwi geram.
“nggak perlu, biarkan aku yang membalasnya...kali ini aku takkan kalah”. Raihan memandang bebas ke angkasa.
“aku akan ajarkan cara membalasnya”. Ujar Faris.
“tapi sebelumnya kamu butuh sikap yang sangat cuek dan dingin”. Tambah Faris.
“belajarlah padaku”. Alwi mengajukan diri.
“beruntung punya kakak seperti kalian”. Kata Raihan.
Faris dan Alwi tertawa. Mereka geli mendengar ucapan adik mereka. Faris mengacak-acak rambut Raihan. Raihan tersenyum.
Tunggu aku rasy.....gue telah kembali..bersiaplah, siapkan jebakan yang menantang untukku.  Tantang Raihan.



Tactics may always win in the beginning. But patience will beat Slowly. And the truth will be revealed









Raihan’s Arrival in OLIVER

Satu minggu setelah kabar kesembuhan Raihan.
                Raihan memulai sekolahnya hari ini. niatnya telah bulat. Dia telah siap menghadapi apa pun yang akan menimpanya hari ini. dia berjalan ditemani tongkat setianya. Tongkat itu selalu menemaninya kemanapun ia pergi. Revan datang menjemputnya pagi-pagi. Mereka berangkat bersama. Pagi tampak cerah, secerah raut muka Raihan. dalam dirinya telah menyala semangat baru. Bersama kepakan sayap merpati, Raihan melebarkan keinginannya untuk segera sekolah.
                Di sisi lain Sheila tengah menjemput Asya. Mereka berangkat dengan mobil ford hitam.
“van tambah kecepatannya..”. pinta Raihan.
“loe nggak kapok ya?”. Revan menggerutu.
“gue udah lama nggak ngerasain sensasi kecepatan”. Ujarnya. Revan terdiam.
“ayolah....”. Raihan memaksa.
“baiklah”. Revan memacu mobilnya hingga angka seratus, masih meningkat hingga seratus dua puluh.
Suara mesin, getarannya. Nyaman sekali, gue rindu ini. begitu nikmat. Tekanan kecepatan. Roda yang berdecit. Semuanya, gue serasa hidup lagi. Gumam Raihan.
                Dalam beberapa menit sampailah mereka di pintu gerbang. Kedatangan mereka bersamaan dengan mobil Sheila. Kedua mobil itu berhenti tepat di depan gerbang. Sheila mengangkat tangannya, mengacungkan kedua jarinya lagu menggerakkanya kedepan. Memberi isyarat agar Revan masuk dahulu. Melihat Raihan, Asya tersenyum. Senyum yang menawan. Membuat semua tergila-gila karenanya. Raihan membalas senyum Asya dengan senyum khasnya.
                Mobil Revan masuk halaman, disusul oleh mobil Sheila. Mobil itu mengundang perhatian seluruh siswa oliver. Kedatangan Raihan membawa perubahan yang besar. Kedua mobil itu berjalan perlahan, beriringan hingga berhenti di satu tujuan.
                Raihan keluar dari mobil dengan tongkat setianya dibantu Revan sahabat karibnya. Raihan berjalan tertatih didampingi Revan. Tak jauh mereka berjalan. Asya mengikuti, ia memegang lengan dan bahu kanan Raihan, membantunya berjalan. Asya tersenyum pada Raihan. Raihan merasakan siksaan kecil di kaki kanannya. Sebuah cubitan-cubitan kecil, bentuk protes kaki kanan Raihan yang tak mau diajak berjalan. Raihan meringis.
                Dengan setia Asya mendampingi setiap langkah Raihan menuju kelas. Dia tak merasa malu berjalan berdampingan dengan Raihan, walau semua mata memandang. Mereka berdua tak peduli. Revan dan Sheila memandang mereka dari kejauhan. Revan mengacungkan jempol pada Sheila. Sheila tersenyum. Keduanya berjalan membuntuti Raihan dan Asya.
“wah...wah...ternyata loe sudah sembuh?”. Ejek Rasya.
“loe kayak pembantu aja sya....kerjanya ngikuti Raihan melulu”. Timpal Nita. Raihan dan Asya tak bergeming. Mereka berdua tersenyum.
“eh ngapain loe senyum-senyum?”. Bentak Rasya. Raihan tak menjawab.
“loe tuli ya?’. Rasya, menendang tongkat Raihan. “bruuk”. Tanpa sengaja Asya lengah memegangi tangan Raihan. Revan dan Sheila ikut tersenyum. Bukan berarti mereka senang melihat Raihan jatuh, melainkan mereka menertawakan sikap Rasya dan Nita yang kekanak-kanakan. Asya membantu Raihan berdiri sembari tersenyum. Raihan tersenyum.
“kalo loe mau nantangin gue, buang dulu sifat kekanakan-kanakan loe”. Ujar Raihan dingin.
“come on guys, kita tinggalkan bayi besar ini”. timpal Raihan. Asya membawa Raihan berlalu dari Rasya dan Nita. Sebelum sempat melewati mereka, Revan dan Sheila sengaja nabrak tubuh Rasya dan nita yang menghalangi jalan mereka. “bugg.....”.
“minggir loe....”. ucap Revan.
“dasar anak kecil....”. ledek Sheila
                Rasya dan Nita berdiri mematung, mereka tak percaya dengan hal barusan. Mereka bahkan tak mampu berkutik dan tak memberikan respon apapun.
                Sepanjang koridor berbaris siswa-siswi sembari menyambut kedatangan Raihan.
“wellcome back han”. Sapa seorang siswa.
“thanks”. Jawab Raihan.

                Mereka tiba di depan kelas.
Suasana kelas terbilang gaduh. Karena para siswa sedang asyik ngobrol. Kedatangan Raihan menyedot perhatian seisi kelas.
“wah...han, syukurlah loe udah sembuh.....”. ujar salah seorang siswa.
“semenjak loe nggak ada kelas menjadi dikuasai oleh Rasya dan Nita”. Adu Rendi, ketua kelas.
“memangnya apa yang ia lakukan?”. Tanya Raihan.
“dia jailin semua anak han..”.
“lalu bagaimana dengan asya?”. Raihan menanyakan keamanan Asya.
“dia aman bersama Revan dan sheila”. Tutur Rendi. Raihan meonoleh ke arah Revan.
“gue teringat amanat loe han, buat ngejagain Asya selama loe ngggak ada”. Tutur Revan.
“bukan hanya Asya han, revan dan sheila juga membalas perbuatan rasya”. Tambah Rendi.
“maksudnya?”. Raihan memperjelas.
“mereka juga membalaskan dendam teman-teman, seisi kelas”. Terang Rendi. Raihan tersenyum, ia bangga pada sahabatnya itu.
“loe hebat van”. Ujar Raihan.
“biasa aja kali bro....sudah menjadi tanggung jawab gue, sebagai teman kita harus saling tolong kan, iya nggak temen-temen?”. Revan memancing pendapat seisi kelas.
“yo’i brow”. Seisi kelas merespon.
“bener loe van”. Ucap Raihan.
“gue gitu, ya nggak shel?”. Revan menarik Sheila mendekat.
“apa-apaan sih....”. Sheila kesal. “plakk”. Sheila menampar Revan. Seisi kelas tertawa melihat Revan ditampar. Suasana kelas menjadi hidup kembali.
“gue bercanda kok van”. Sheila mengelus pipi Revan.
“sakit ya?”. Tanya Sheila. Revan meringis mengangguk.
“makanya jangan genit van”. Ujar Asya. Raihan tertawa. Nampak dari mulutnya gigi-gigi yang putih.
“revan.....revan”. sambung Raihan. Revan menendang kaki Raihan.
“adau....”. Raihan meringis menahan sakit. Seisi kelas tertawa.


****************
                Bel pulang sekolah berdering. Seleruh siswa sebelas ipa segera mengosongkan kelas. Kecuali Raihan, Asya, Revan, Sheila dan pak ketua kelas, Rendi. Mereka masih ngoborol seputar keadaan kelas selama Raihan tinggal beberapa bulan lalu. Revan menceritakan semua ulahnya saat Raihan tak ada.
“eh apa aja yang loe lakuin selama gue nggak ada?”. Tanya Raihan.
“ngerjain tuh cowok resek”. Jawab Revan.
“sendiri?”.
“ya nggak lah”. Ujar Revan. “gue selalu jaga kekompakan dengan Sheila, ya nggak shel?”. Tambah Revan.
“nggak....”. Sheila cuek.
“kok gitu sich sama gue”. Revan memelas.
“ah lebay loe van”. Sheila gemas.
                Raihan memegangi kakinya yang masih mati sebelah. Ia tak dapat merasakan syaraf-syarafnya bekerja. Tak ada tanda kehidupan, dingin. Raihan mencoba berdiri. Tapi ketika ia mencoba, urat-urat di kakinya memprotes. Mereka memberikan rasa sakit pada Raihan. “ahh.....”. Raihan melenguh.
“jangan maksain diri han”. Asya membantu Raihan berdiri.
“sampai kapan aku harus kayak gini?”. Raihan berucap penuh keputus asaan.
“kamu jangan putus asa han, aku akan tetap mendampingimu”. Asya memberi semangat.
“aku ragu”. Raihan membuang pandangannya.
“percayalah han.....tatap mataku”. Keduanya bertatapan muka. Di wajahmu memang tak ada tanda-tanda kebohongan sya, tapi aku ragu, dan keraguan itu nggak bisa hilang begitu saja. Gumam Raihan.
“kalau kamu masih nggak mau percaya, harus dengan apa aku membuktikannya?”. Asya menyambung dawai kata-kata sihirnya. Raihan menggeleng.
“mau loe apa han?.....katakanlah”. Revan angkat bicara.
“kita kan sudah lama temenan...jujurlah han”. Sheila memperkuat.
“loe yang gentle donk han....”. Rendi menyahut.
“baiklah Rai...beri aku waktu saja...”. mata Asya mulai berkaca-kaca.
“biarkan waktu, yang membuktikan....”. Asya beranjak pergi. Sebelum sempat Asya melangkah, tangan Raihan terlampaui cepat memegang tangannya.
“gue percaya sya....”. Raihan tiba-tiba berubah pikiran. Asya berlutut di hadapan Raihan.
“merawatmu adalah sebuah kehormatan bagi gadis biasa sepertiku han, jangan kau cabut sebuah penghargaan itu dariku, saat aku mulai masuk hidupmu. Izinkanlah aku mengenalmu lebih dalam, sedalam ikan menyelami samudra, izinkan kasih dan perhatianku tercurahkan seutuhnya padamu. Biarkan ia mengalir bebas. Aku tahu aku gadis biasa yang tak punya apa-apa, tapi setidaknya buanglah firasat burukmu terhadapku, aku tahu kau berkali-kali terkhianati, tapi berilah aku kesempatan untuk menghapuskan itu”. Kata-kata Asya mampu menekuk lututkan Raihan. Sheila terpaku mendengar ungkapan Asya. Dari mana loe belajar merangkai kata sya?padahal loe yang dulu sosok yang pendiam, tak banyak bicara. Tapi lihatlah sekarang. Perubahan besar nampak pada dirimu. Gumam Sheila. Romantis, gue belum pernah mendengar kata kata tulus semacam itu. Hanya beberapa untaian kata dari novel bertajuk cinta, gue pernah baca. Gumam Revan. Beruntung loe han...jangan loe sia siain  gadis satu ini. gumam hati Rendi.
                Perlahan air mata Asya menetes. Mengalir perlahan membasahi pipi. Menciptakan alur air yang mengalir dan berakhir di dagunya. Tangan Raihan dengan lembut menghapus air mata itu.
“ma’afin gue sya.....gue yang selalu buat loe khawatir sedih dan apapun hingga kau menangis”. Tutur Raihan.
“udah han, udah”. Asya sesenggukan menahan air matanya. Asya berdiri. Tangannya meraih tangan Raihan, menariknya untuk berdiri.
“mari pulang....”. ajak Asya. Raihan menurut. Ia memaksa kakinya berjalan perlahan. Kadang ia meringis menahan siksaan kecil di kaki kanannya. Cubitan-cubitan kecil, terasa cenat cenut mengiringi setiap langkah kakinya. Ia mencoba bertahan.
                Beberapa langkah di belakang, Revan, Sheila dan Rendi mengikuti. Membiarkan mereka berdua menyatu dalam cobaan yang membuat cinta mereka kuat. Walau kata cinta tak pernah terucap dari mereka, tapi hati mereka menyimpan suatu rasa. Ya, sebuah rasa. Rasa cinta yang begitu mendalam. Tak dapat terungkap dengan kata, hanya hati mereka yang berkata. Tak bisa ditebak.

**********

                Matahari memancarkan sinarnya lembut, menyelimuti kota mega metropolitan. Embun pagi perlahan menguap bersama datangnya sinar matahari. Bunga-bunga bermekaran di taman rumah Raihan. udara terasa begitu segar walau rumah Raihan berada di tengah kota mega metropolitan. Suasana alam milik rumah Raihan mampu menetralisir pemanasan yang berlebihan. Asya sangat senang berada di taman Raihan. ia merasa begitu nyaman, sejuk dan tentram di sana. Raihan memandang dari lantai dua. Asya sedang asyik menyalami bunga. Kecantikan alaminya berpadu dengan suasana alam membuat Raihan takjub akan pesona menawan itu. Gue nggak sadar selama ini gue punya bidadari. Gumamnya. Kalau gue pikir-pikir gila juga gue, masak harus asya yang setiap hari kasih perhatian ke gue....?cowok macam apa gue ini, nggak gentle. Tapi tak apa lah, setelah gue sembuh gue akan perhatiin dia sebagai rasa terima kasih gue.  Raihan melihat kakinya yang masih tak mau berjalan. Sampai kapan loe mau manja seperti itu...ha?.huft... Raihan sebal.
                Indah banget....harum lagi. Emmm hari ini hari minggu. Kira-kira bunga apa ya yang cocok buatku hari ini. gumam Asya memilah-milah bunga di taman Raihan.
“asya....kemari sayang....”. panggil ibu Raihan. beliau telah menganggap Asya sebagai anak sendiri.
“iya tante....”. Asya berlaro mendatangi tante.
“wah...kamu kelihatan cantik deh, dengan bunga yang terselip di telingamu”. Ujar ibu Raihan.
“makasih tante...”.
“lihatlah tante punya sesuatu buat kamu”. Ibu Raihan mengeluarkaan sebuah kotak kecil berisikan liontin perak yang cantik.
“wah....indah banget tante”. Asya kagum.
“iya...ini buat kamu sya”. Ujar ibu Raihan.
“buat asya tante?...wah makasih tante”. Ujar Asya senang.
“seharusnya tante yang bilang gitu. Sini tante pasangkan”. Ibu Raihan memasangkan liontin itu. Asya nampak anggun. Bagai cinderella. Kulitnya yang putih. Rambutnya yang lembut. Matanya yang bening. Pipinya yang ranum. Semua itu berpadu menjadi satuu dengan liontin pemberian ibu Raihan, menambah cantik Asya.
“sekarang kamu ke atas. Tunjukin ke Raihan”. ujar ibu Raihan.
“iya tante”. Asya menaiki tangga.
                Raihan tengah duduk di teras kamar. Asya membuka pintu. Ia berjalan perlahan.  Setelah beberapa langkah dari Raihan. Asya memanggil Raihan.
“raihan....”. panggil Asya. Raihan menoleh. Betapa terkejutnya dia dengan penampilan baru Asya. Matanya terbengong. Darahnya berdesir. Tanpa sadar ia berdiri melangkah bebrapa langkah.
“astaga han...”. Asya terkejut.
“apa?”. Raihan heran.
“kamu, kamu bisa berjalan”. Ujar Asya. Raihan melihat kakinya. Ia merasa kakinya sudah kembali. Syaraf-syarafnya sudah mulai bekerja dengan baik.
“gue sembuh, gue sembuh....”. Raihan bahagia.
“kemarilah han...”. Asya membentangkan tangannya. Raihan berjalan perlahan. Dengan penuh keyakinan ia mendekati Asya. Raihan tersenyum.
“belum saatnya sya”. Ujar Raihan. Asya malu dan kecewa. Dia membalikkan badan. Hendak melangkah, namun terhenti.
“kamu begitu cantik pagi ini....”. bisik Raihan memeluk Asya dari belakang. Asya tersenyum. Akhirnya, kamu mau berkata jujur han. Terima kasih tuhan...engkau telah satukan kami. Gumam Asya.
“jaga kehormatanmu sya....untukku”. bisiknya lembut.  Asya mengangguk.
“aku akan menjaga kehormatanku demi dirimu han.....”. ujar Asya. Raihan melepaskan pelukannya.
Asya membalikkan badan. Keduanya saling bertatapan. Ketahuilah, walau nggak pernah ada kata cinta yang terucap dari mulut gue, tapi gue sayang loe sya.gue sayang loe. Gumam Raihan. perlu kamu tahu han...walau aku terlalu malu untuk mengungkapkan cinta, tapi sejujurnya aku mencintaimu....sepenuh hatiku. Gumam Asya.
                Hubungan mereka semakin menguat. Jalinan kasih diantara mereka telah kokoh. Mereka takkan gentar melalui hambatan demi hambatan. Rintangan demi rintangan. Mereka akan selalu bersama. Menyatukan kekuatan. Membulatkan tekad menyongsong masa depan.



Ketulusan, Kesabaran Dan Kepercayaan Akan Membawa Pada Kekuatan Cinta Sejati.



The  Terorism
Terjadi kejar-kejaran antara polisi dan sebuah mobil mustang hitam.
                Malam nampak cerah. Raungan mobil sport terdengar di sepanjang area start. Setelah lama absen tidak hadir balapan, Raihan kembali ke jalur balap. Ia rindu sensasi kecepatan tinggi. Kakaknya membelikannya sebuah mobil sport baru. Sebuah nissan keluaran tahun 2012 akhir. Bertenaga 2000 tenaga kuda. Memiliki empat tabung gas nitrogen dan dilengkapi alat pendukung lainnya. Raihan sangat senang. Alwi tersenyum bahagia melihat adik sepupunya bahagia. Alwi telah lama berniat memberi hadiah Raihan sebuah mobil sport baru. Mobil yang jauh lebih cepat dari miliknya yang dulu.
                Seperti biasa, adu drag dimulai pukul sepuluh malam dan diakhiri jam tiga pagi. Kali ini Raihan masih belum bertanding. Ia hanya melihat-lihat saja. Tak berselang lama Asya datang bersama Zaskia. Alwi sengaja meminta Zaskia untuk menjemput Asya. Alwi bermaksud agar Asya mengetahui kesukaan Raihan.
“lho kenapa asya ada di sini?”. Tanya Raihan heran.
“sengaja gue aku suruh Zaskia untuk ngejemput asya, biar dia tahu kesukaanmu han”. Papar Alwi.
“hey han....”. sapa Asya.
“hey....”. Raihan tertegun melihat penampilan baru Asya.
“kenapa?heran dengan penampilan baruku?”. Tanya Asya. Zaskia tersenyum. Raihan mengangguk.
“kata kak Zaskia beginilah penampilan yang di sukai cowok zaman sekarang. Aku menurut saja untuk nyenengin kamu han”. Ujar Asya. Alwi menghampiri Zaskia.
“gaun yang indah”. Puji Alwi pada Zaskia.
“sengaja aku samakan antara aku dan Zaskia, karena ku rasa kalian memiliki selera yang sama”. Tutur Zaskia. Kostum Asya malam ini terlihat mewah. Dengan baju lengan pendek dan ramping, sangat cocok dengan postur tubuhnya. Ditambah lagi dengan rok sepanjang lutut yang mengikuti lekuk tubuh Asya. Begitupun Zaskia, pakaiannya sama dengan Asya.
                Ketika sedaang asyik ngobrol. Tiba terdengar suara peringatan dari pengeras suara.
Peringatan, harap segera kosongkan jalan polisi sedang mengejar mobil mustang yang sedang menuju ke arah kita dengan kecepatan tinggi. Sinkirkan mobil kalian segera...... mobil sport yang tadinya berjajr rapi di sepanjang garis start mendadak kalang kabut karena peringatan tadi. Mereka sayangkan jika mobil mereka rusak tertabrak mobil polisi.
                Tak berselang lama dari arah barat melaju sebuah mobil mustang dengan kecepatan tinggi melewati are balap itu. Lalu disusul beberapa polisi di belakangnya. Raihan heran melihat kejadian itu.
“ada apa kak?”. Tanya Raihan penasaran.
“seperti biasa, selalu saja da yang membuat ulah di jalanan”. Ujar Alwi.
“maksud kakak, pengemudi ugal ugalan”. Raihan meyakinkan.
“iya...bahkan bukan hanya itu. Kabar terahir mengatakan telah terjadi peramokan bersenjata oleh komplotan pembalap mobil yang entah sampai sekarang tak diketahui siapa pelakunya. Hingga kini polisi mega metropolitan masih memburu pelaku itu.”. terang Alwi.
“perampok ya?”.
“bukan hanya perampok, mereka bisa di bilang teroris. Beberapa kali mereka mencoba meneror klub-klub balap resmi, sperti forum ini.”. ujar Alwi.
“mereka itu bekerja di bawah masta corporation”. Sahut Faris muncul dari dalam tenda pribadinya.
“apa tujuan utama mereka?”. tanya Raihan.
“sejauh ini yang kutahu mereka selalu meneror orang terkaya di suatu kota”. Ujar Faris.
“selain itu mereka juga ahli strategi dan taktik. Mereka memilik jebakan berbahay di sarangnya. Selama ini belum ada yang bisa masuk ke dalam sarang mereka”. sambung Alwi.
“di mana sarang mereka?”. tanya Raihan.
Faris menunjuk kesebuah gunung di utara kota new city.
“di sanalah sarang mereka. mereka menamakan gunung itu dengan sebutan death mountain. Artinya gunung kematian” terang Faris.
Asya dan Zaskia ngeri mendengar nama itu.
“apa sudah pernah ada yang mencobanya?”. Tanya Raihan.
“dua puluh intel terbaik kota new city tewas di sana. Tak membekas. Mobil mereka hancur berkeping keping”. Tutur Faris.
                Ketiganya terdiam, mereka merenung sejenak. Raihan mersds tertantang untuk menyelidiki hal itu. Faris berpikir habis-habisan mengaitakn satu hal dengan hal yang lain. Alwi terdiam, dalam hatinya ia menyimpan dendam. Dendam yang belum terbalaskan, di saat dia duduk di bangku SMA ia di paksa melihat terorisme bertebaran di mana-mana. Dia teringat saat tangannya terluka oleh tikaman penebang hutan liar. Dia teringat saat habis-habisan melawan Doni dan Jodi untuk mendapatkan Zaskia kembali, dan pada akhirnya dia harus kehilangan Anet. Sosok yang sangat cerdas dalam menemukan suatu hal yang rumit. Jalan pikiran Anet dan Faris sangatlah mirip. Hampir tak ada perbedaan diantara cara berpikir keduanya. Kamu sedang apa an sekarang? Gumam Alwi.
                Tiba-tiba terdengar suara ledakan di beberapa titik di mega metropolitan. Ledakan pertama terdengar di kantor pusat wali kota. Ledakan kedua di bank pusat kota. Ledakan ketiga di tempat pengisian bahan bakar pusat. Dan terakhir di pusat pembangkit listrik kota. Seluruh listrik padam seketika. Orang-orang berlarian kebingungan. Suara sirene polisi, ambulan dan pemadam kebakaran berpadu menjadi satu. Seluruh kota bagai kota mati. Asya dan Zaskia ketakutan. Raihan dan Alwi mendekap Asya dan Zaskia. Faris mencari penerangan.
“hey....nyalakan lampu mobil kalian”. Teriak Faris pada seluruh peserta balap. Teriakan dari the king of race ini dihiraukan. Mereka segera menyalakan lampu depan mobil mereka. suasan menjadi lebih terang.
                Secara mendadak, listrik hidup kembali. Dari layar media massa besar kota mega metropolitan muncul sosok bertopeng.
“hahahahaa.....hey rakyat mega metropolitan. Ingatkah kalian denganku?...hahaha aku yakin kalian semua lupa dengan pengemis kecil yang selalu kalian tindas. Kini waktunya aku menuntut balas..hahaha....berikan aku uang dua ratus milyar atau jika tidak. Kota metro akan aku bakar...atau kalian ingin orang ini mati?”. Pria bertopeng itu menunjukkan wali kota bersamanya.
“jangan coba-coba melawanku atau kalian akan menyesal...hahahaha......aku akan kaya...ku beri kalian semua waktu empat puluh delapan jam dari sekarang.....hahaha....jika dalam waktu itu  kalian tidak dapat memenuhi keinganku maka akan ku ledakkan sleuruh kota....lihatlah detonator di sekitar kalian..benda itu takkan bisa di hentikan..hahahahaha selamat bersenang-senang”.  Listrik padam kembali.
                Raihan menengok ke sekitar. Ia menemukan banyak sekali detonator. Di jalan, di bawah jembatan, di dasar gedung pencakar langit, di pinggir jalan. Dan yang paling berbahaya di pusat pengembangan nuklir.
“dia sudah gila”. Alwi berucap.
“kita takkan mati seperti ini”. ujar Faris.
“lalu apa yang bisa kita lakukan”. Para peserta balap bergumul mengerumuni kelima anak itu.
“kita susun rencana”. Faris mencoba menenangkan.
“rencana apa?..apa yang bisa kita lakukan?”. Tanya seorang dari grup BMW LOVER.
“kita ini hanya pembalap biasa ris, kita nggak akan bisa ngelakuin apa-apa..gue sayang nyawa gue”. Ujar salah seorang dari bad boys.
“hey kawan-kawan. Bukankah kita keluarga.?”. Faris menengahi.
“iya”. mereka menjawab serempak.
“yakinlah jika kita bersama-sama kita akan mampu mengalahkannya. Di luar sana ada jutaan jiwa yang berada dalam bahaya. Kita sebagai komunitas remaja resmi kota metro tak ada salahnya jika kita menyelamatkan kota metro dari kehancuran”. Ujar Faris. Mereka semua terdiam. Mereka menunduk putus asa. Tak ada segelintir harapan muncul di raut wajah mereka.
“apa kalian nggak sayang keluarga kalian?”. Alwi angkat bicara. Mereka semua menunduk.
“bayangkan jika keluarga kalian mati sia-sia karena rencana jahat orang itu...apa kalian terima?”. Kata kata Alwi menggugah emosii mereka. satu persatu kepala mulai terangkat. Raihan diam mendengarkan kalimat-kalimat kakaknya.
                Sementara itu, api akibat ledakan ledakan itu masih berkobar, seluruh kota kacau. Pemadam kebakaran sibuk memadamkan api. Mobil ambulans sibuk mengambil korban-korban yang berserakan di jalanan. Para polisi tengah dalam keadaan kacau. Semua sistem kota terpecah belah. Tak ada listrik, jalur komunikasi terputus.
                Mereka semua panik. Suara jeritan tangis di mana-mana. Api berkobar semakin besar. Hari semakin larut. Peserta balap masih bergumuk di area drag mereka tak berani mengambil langkah yang sia-sia. Mereka kebingungan mencari orang yang pantas yang dijadikan pemimpin. Asap tebal menyebar ke seantero kota. Debu-debu berterbangan membuat sesak nafas.
“han....aku..ahik..ahik....”. Asya terbatuk-batuk.
“sebaiknya kamu masuk saja ke mobil”. Pinta Raihan. Asya menurut, ia masuk ditemani Zaskia.

listrik kembali menyala.

                Media layar besar kota metro kembali menampilkan wajah pria bertopeng itu.
“satu hal lagi. Setiap langkah dan gerak kalian aku pantau dari radar. Jangan macam-macam”. Ancam pria itu.
Listrik kembali padam. Seakan seluruh kota dia yang memegaang kendali. Setiap gerak gerik penduduk ia teliti.
                Faris diam, dia berpikir keras tentang cara menyelamatkan jutaan jiwa dari kemusnahan. Raihan duduk termenung. Ia menatap langit yang kelam di balut dengan suara isak tangis dan deruan sirene ambulans. Alwi tengah sibuk menahan emosinya. Ia berusaha mengendalikan emosi.


************







The Strategy
MEGA METROPOLITAN, pukul 00.30 dini hari.
                Suasana kota masih hiruk pikuk. Beberapa kobaran api belum dapat dipadamkan. Suara-suara sirene masih bersahut-sahutan. MEGA RUNNER, sebutan untuk komunitas yang Raihan datangi saat ini masih saja terdiam. Mereka tak bisa mencari pemecahan masalah dari teror ini.
“harus ada yang jadi pemimpin”. Ujar Rafael seorang dari grup bad boys.
“iya, tapi siapa?”. Sahut joe dari dark angel.
“kita punya king of race, kenapa bukan dia saja?”. Ujar Rafael.
“iya betul...”. mereka bersahut-sahutan.
“apa kenapa aku?”. Faris terhenyak. “itu hanya sebuah julukan guys”. Tambahnya.
“justru dari julukan itulah, loe pantes jadi pemimpin kita”. Sahut dingin Rafael.
“tapi guys....”. Faris mencoba menolak.
“ayolah...kita tak punya pemimpin sekarang”. Tambah Rafael.
“baiklah..”. Faris mengiyakan permintaan mereka.
                Dia diam sejenak. Dia duduk di atas kap depan mobilnya. Semua mata tertuju padanya.
“baiklah ini dia rencananya”.  Faris memberi isyarat kepada setiap ketua regu untuk berkumpul. Ada sekitar sepluh grup. Rafael dari bad boys. Shinta dari speed lover.  Stark dari BMW LOVER. Paul dari king street. Raul dari ferari inc. Soni dari mars. Jack dari youndaime. Inzagi dari king of hill. Peter  dari matzda community. Dan yang terakhir Faris sendiri dari dark angel.
“Alwi, kamu pulanglah ke new city...sebarkan berita ini di komunitas flash. Komunitas balap di new city. Katakan pada mereka kita butuh bantuan. Beritahu juga Raka tentang hal ini”. ujar Faris. Alwi mengangguk paham. “gunakan penghilang radar agar kau tak terlacak...lakukanlah dengan cepat”. Saran kakaknya.
“jangan lupa kau telepon Anet. Beri tahu dia kota tetangga dalam bahaya”.  Tambah Faris. Bersama Zaskia Alwi melesat menembus pekatnya malam, dalam beberapa detik mobil Alwi menghilang dalam gelapnya malam.
“dan untuk kalian, menyebarlah. Umumkan kepada semua warga untuk tidak terlihat panik, yang mereka butuhkan hanya berpura-pura takut. Janga ada aktifiktas di esok hari. Beri peringatan mereka untuk tidak keluar. Jadikan kesan kota ini bagai kota mati.”. ujar Faris. Mereka paham.
“baik untuk bad boys dan speed lover kalian keutara. Bmw lover king street ferari inc kalian ke selatan, mars dan youndaime kalian ke barat. King of hill matzda comumunity dan dar angel kalian ketimur”. Papar Faris.
                Raihan takjub melihat kepemimpinan kakanya itu. Dalam hati ia berkeinginan menjadi sosok seperti dia.
“lalu apa yang ita lakukan?”. Tanya Raihan.
“kita pulang menyusun rencana awal”. Ujar Faris.
“baiklah”. Raihan mendatangi mobilnya. Ia masuk dan mendapati Asya tengah tertidur pulas di bangku sampingnya.
“selamat tidur sya...mimpi yang indah”. Raihan menyingkapkan rambut Asya.  Faris memberi isyarat Raihan untuk mengikutinya dari belakang. Ke dua mobil itu melesat menghilang dalam gelapnya malam. Sementara para grup yang telah di tugasi faris segera menyebar. Mereka menjakankan tugas sebagaimana Faris titahkan kepada mereka.


**********

                Sementara itu, di lain sisi. Alwi tengah melaju dengan kecepatan tinggi menembus pekatnya malam. Jarum kecepatannya menunjukkan angka seratus tiga puluh. Zaskia memandang Alwi yang sedari tadi seperti menyimpan sesuatu. Ada apa wi....apa yang kau risaukan. Gumam Zaskia. Alwi menambah kecepatannya hingga angka seratus lima puluh. Suara mesinnya berdenging. Piston mobilnya bekerja sangat cepat. Alwi tak melawati jalur pegunungan itu, ia memilih jalan memutar melewati kota DESTRON. Kota yang subur makmur dengan mayoritas penduduk petani. Alwi terus memacu mobilnya. Dalam hatinya ia khawatir jika terjadis sesuatu yang menimpanya dan berakibat pada Zaskia.
Secepatnya aku harus keluar dari zona bahaya ini. jika tidak, nyawa Zaskia dalam bahaya. Gumam Alwi. Ia memandang Zaskia. Aku tak ingin kehilangan dirimu lagi...seperti waktu itu. Gumam Alwi.
                Alwi sudah memasuki zona aman, ia melihat ada listrik di kota DESTRON.
“Zas, segera hubugi Anet untuk segera pulang”. Pinta Alwi.
“dengan apa wi?”. Zaskia balik tanya.
“itu”. Alwi menunjuk sebuah laptop yang masih tersimpan rapi mobil Alwi.
“gunakan laptop itu”. Pinta Alwi.
“ini laptop Anet?”.
“iya...”. jawab Alwi. Zaskia segera membuka laptop itu. Tanpa sengaja Zaskia menemukan sebuah file menurigakan ia buka itu. Isi dari file itu adalah pesan otomatis terakhir Anet.
                Melihatmu senang adalah sebuah kebahagiaan untukku. Cinta tak harus memiliki wi. Aku tau itu. Cinta adalah bagaimana kita berkorban untuk orang yang kita cintai. Cinta itu telah memberiku ketabahan dan memberikan aku pelajaran yang berarti. Selamanya perasaan ini akan selalu ada untukmu wi. Kapanpun kamu butuh aku akan selalu ada untukmu. Zaskia yang terbaik untukmu. Jagalah dia sebaik mungkin. Jangan pernah kau tinggalkan ia sendirian lagi. Alwi, mungkin tugasku sekarang sudah usai. Menemani masa kesendirianmu adalah suatu kehormatan untukku, bersanding denganmu dan balapan bersama denganmu akan menjadi suatu kenangan yang tak terlupakan. Masa-masa itu akan tetap  ada dalam memoryku, dan akan tersimpan rapi hingga aku mati. Wi, munkin ini kali terakhir pertemuan kita. Aku harap bisa bertemu lagi denganmu. Walau jarak memisahkan kita aku harap itu tak menjadi halangan buat kita untuk tetap menjaga komuikasi. Aku akan pergi ke paris mengikuti orang tuaku. Ma’afkan aku karena aku tak memberitahumu lebih dahulu. Dan semoga kamu bahagia bersama Zaskia


Salam:Anet

                Isi dari file itu membuat Zaskia terenyuh. Selama ini kamu memendam rasa sedlam itu ya an?. Ma’afkan aku yang egois... gumam Zaskia.
“hey Zas kenapa melamun....ayo dong ini suasana genting”. Ujar Alwi. Zaskia tersadar dari lamunanya. Ia segera mencari web media untuk dapat berkomuikasi. Akhirnya dia menemukan nomor Anet. Zaskia segera men-dial-up nomor itu. Tak berselang lama nampak wajah Anet dari layar laptop itu. Zaskia dapat berbicara langsung dnegan Anet.
“malam an....”. sapa Zaskia. Anet kaget melihat sosok yang membawa laptop miliknya itu.
“kamu, kamu Zaskia kan?”. Tanya Anet memastikan.
“iya, aku Zaskia”.
“lama tak bertemu Zas....kamu tambah cantik aja...”. ujar Anet ramah. Bahkan ia mau bersikap ramah padaku. Gumam Zaskia.
“kamu juga an.... kamu tanpak cantik dengan sweater itu an...”. Zaskia berkomentar.
“hey suda basa basinya....”. teriak Alwi.
“siapa sih tuh cowok..”. Anet geram
“biasalah...siapa lagi kalau bukan Alwi”. Ujar Zaskia. Zaskia mengahadapkan laptop itu pada Alwi. Lalu memnghadapnya kembali.
“kalian dalam perjalanan?”. Tanya Anet.
“iya”. jawab Zaskia.
“dari mana?”. Tanya Anet.
“dari kota sebelah, kota mega metropolitan. Sekarang keadaan kota itu sedang dalam keadaan bahaya. Kota itu mendapat teror yang mengancam nyawa semua penduduk kota”. Terang Zaksia.
“bagaimana bisa?”. Anet kaget. Raut muka Anet berubah seketika.
“ceritaya panjang. Kamu bisa pulang sekarang?”. Tanya Zaskia.
“kebetulan ini aku sudah selesai studyku dan aku dalam perjalanan pulang. Aku masih di bandara paris Zas”. Terang Anet.
“syukurlah, eh jangan lupa bawa peralatan canggih dari paris ya? Itu pesan kak Faris”.  
“alat canggih seperti apa Zas?”. Anet kebingungan.
“entahlah...kak Faris tak mendetailkannya an..”. papar Zaskia. Anet terdiam sesaat, ia berpikir alat apa yang dimaksud.
“iya aku tahu....nanti aku bawakan”. Ujar Anet.
“kapan kamu tiba di sini?”. Tanya Zaskia.
“mungkin nanti malam”. Ujar Anet.
“apa nggak bisa dipercepat?”. Zaskia kebingungan.
“ini sudah maskapai tercepat di paris Zas, kenapa kamu terlihat kebingungan seperti itu?”. Tanya anet.
“teroris itu hanya memberi kita waktu dua kali dua puluh empat jam”. Terang Zaskia.
“bersabarlah Zas, jemput aku jam tujuh malam di bandara new city”. Anet menghimbau.
“iya an...ku tunggu kedatanganmu, satu lagi an. Setelah kau datang aku ingin bicara hal pribadi denganmu”. Ujar Zaskia. Kata-kata Zaskia membuat Alwi bingung. Hal pribadi?. Pertanyaan muncul dari benak Alwi.
“gampang Zas, it’s ok”. Anet mengiyakan permintaan Zaskia. Ia sama sekali tak curiga dengan kata-kata Zaskia.
“ok. Bye”.
“bye”. Anet mengakhiri video call.
“hal pribadi apa Zas?”. Tanya Alwi.
“urusan perempuan, bukan urusanmu”. Zaskia cuek. Alwi terdiam.


***********

NEW CITY, PUKUL 03.00 PAGI.
                Suasana masih terbilang hening. Tak ada mobil yang lewat di jalanan kota new city. Alwi mengurangi kecepatan mobilnya hingga angka sembilan puluh. Alwi memutuskan menuju ke kediaman Raka segera untuk memberi tahukan kejadian yang menimpa kota mega metropiltan.
“thok thok thok”. Alwi mengetuk pintu rumah Raka. Tak ada jawaban, hening.  Alwi melihat ke sekitar. Lampu-lampu jalan masih menyala. Lampu lampu merah berfungsi. Tapi aneh, kemana perginya semua orang? Alwi mengetuk pintu sekali lagi. Alwi keheranan setengah mati. Tak lama berselang pintu pun terbuka.
“eh kamu wi...masuk..masuk”. Raka mempersilahkan masuk. Alwi memberi isyarat Zaskia untuk masuk.
“ada apa pagi-pagi gini udah nyamperin gue?”. Tanya Raka mengusap-ngusap kedua matanya.
“aku diminta kakak untuk menemuimu guna menyampaikan berita tentang keadaan kota sebelah, mega metropolitan. Yang saat ini nyawa para penduduknya dalam bahaya”. Papar Alwi.
“gue udah liat beritanya di internet. Gue juga kasian ngeliat penduduk kota itu.”. ujar Raka.
“lalu kakak kamu minta gue ngebantuin apa?”. Tanya Raka menangkap arah pembicaraan Alwi.
“kakak minta supaya kamu menghubunggi komunitas flash  dan ngebantuin kakakku di sana”. Tutur Alwi.
“kakak kamu di sana sekarang?”. Tanya raka kaget.
“iya...dia di sana”.
“baik gue akan segera hubungin flash agar segera ke rumahku, pagi ini juga. Kamu istirahat aja sekarang, kasihan tuh Zaskia”. Raka menoleh ke Zaskia. Zaskia nampak pucat pasi. Mungkin karena kelelahan.
“kamu istirahat dulu ya Zas”. Pinta Alwi. Zaskia menurut. Raka menunjukkan kamar yang biasa dipakai Alwi menginap dirumahnya. Zaskia mengikuti dari belakang.
“ini kamar yang biasa Alwi gunakan nginep di sini”. Ujar Raka.
“iya..makasih.”. Zaskia kelelahan. Dia merasa pusing, dia membaringkan diri di kasur. Terasa nyaman.
“ngomong-ngomong kemana seluruh penduduk new city?”. Tanya Alwi.
“kamu lupa ya? Hari ini kan hari minggu. Jadi mereka beristirahat habis-habisan di hari ini”. Raka mengingatkan.
“oh iya ya...”.
“kapan kita berangkat ke sana?”. Tanya Raka.
“setelah anet datang”. Tutur Alwi.
“lho, Anet sudah selesai studynya?”. Tanya Raka heran.
“sudah. Nanti malam dia datang”.
“ngapain nunggu dia segala?”. Raka tambah heran.
“karena dia kunci sukses misi ini”. tutur Alwi. “sudah ya aku mau istirahat”. Alwi berjalan menuju kamar yang biasa ia tempati. Ia melihat Zakia tampak begitu lelah. Ia memakaikan selimut untuknya. “selamat tidur, bidadariku”. Ucap Alwi pelan. Alwi menuju sofa di sebelah lemari. Dia merebahkan tubuhnya di sofa itu, perlahan-lahan pandangannya melemah. Kemudian tertidur.
                Sementara itu, Raka menyebarkan info ini pada seluruh anggota flash. Ia meminta flash untuk segera datang ke rumahnya, pagi ini juga. Raka memandang gunung di barat kotanya itu. Memang sudah lama gunung itu menjadi sarang teroris. Gumam Raka. Kenapa baru sekarang tekuak?. Raka heran. Tapi tak apa, dari pada tidak sama sekali. Hatinya menuturkan.
                Diambilnya secangkir kopi dari dapur, ia membawanya ke meja komputer. Raka meminumnya sedikit. Hmm teroris ya. Raka mencari tahu di internet. Blog demi blog ia telusuri. Black web demi black web ia tembus. Hasilnya nihil. Dia sangat pandai merahasiakan informasi. Gumamnya. Tiba-tiba muncul situs black web milik masta corporation yang di kepalai oleh jacob martin. Di link itu tertera alat-alat teroris. Seperti bom bunuh diri. Bubuk potasium. Gas nitrogen cair. Perusahaan itu menjualnya terbuka. Dan diam-diam juga menjual alat-alat elektronik berbasis tekhnologi tinggi untuk kegiatan pembunuhan dan terorisme. Gue curiga perusahaan ini ada kaitannya dengan para teroris itu. Raka melanjutkan kembali penelitiannya. Ia memindai lokasi gunung death mountain dengan alat buatannya sendiri. Alat itu berupa corong gelombang alpha berfrekuensi dua ribu megahertz. Mampu untuk menembus gunung. Dengan Alat itu dia menemui beberapa keganjilan di gunung itu. Gelombang alpha buatannya tak mampu menembus gunung itu. Aneh, kenapa tak bisa tembus?. Raka heran. Ia menyimpan pertanyaan itu di otaknya.


*************

PARIS, PUKUL 08.30 MALAM . 2 JAM SEBELUM KEBERANGKATAN ANET.
                Anet memikirkan alat apa yang kiranya sesuai dengan yang di maksud Faris. Kira-kira apa ya? Mungkin dia butuh nano magnetik penolak peluru. Lalu untuk menambah kecepatan, gas murni nitrogen. Lalu apa lagi yach??aku bingung. Anet teringat sesuatu. Di paris dilegalkan pertanyaan-pertanyaan seputar teroris di web site. Aku bisa gunakan itu. masih ada waktu dua jam sebelum keberangkatan. Anet segera membuka web site tanya jawab Paris. Ia menanyakan seputar teroris.
                Muncul beberapa pilihan terorisme di web site. Terorisme pembunuhan, terorisme perampokan, terorisme pengeboman, terorisme penyadapan data. Dan masih banyak lagi. Aduh yang mana ya....jadi bingung aku....pilih semua saja lah. Anet memilih semua. Lalu keluarlah alat-alat dan bahan-bahan canggih yang ia butuhkan. Ia mengcopynya. Semuanya. Bahan udah, alat udah. Sekarang di mana aku bisa mendapatkan bahan dan alat-alat itu. gumam Anet. Ia mencari lagi di web site. Muncullah beberapa nama toko besar yang menyediakan alat dan bahan itu. Anet segera mendatangi itu toko itu. lalu menyerahkan daftar alat dan bahan itu.
à ce que toute cette, poussin?”. Untuk apa semua ini, gadis manis?. Tanya penjual itu.
Notre pays a vraiment besoin”. Negara kami sangat membutuhkannya. Ucap Anet.
pour quoi faire?”. Untuk apa?. Tanya penjual itu heran.
contre les terroristes”. Melawan teroris. Jawab Anet.
D'accord, mais soyez prudent”. baiklah, tapi berhati hatilah. Ujar penjual itu. penjual itu segera mengambilkan barang-barang permintaan Anet. Menyerahkannya pada Anet.
combien est-il?”. Berapa harganya?. Tanya Anet pada penjual wanita tua itu.
déjà, prenez-le. Je vais vous donner gratuitement. nous espérons que votre ville en arrière paix”. sudah, bawa saja. aku beri gratis untukmu. semoga kotamu kembali damai. Ujar penjual itu.
merci beaucoup”. Terima kasih banyak. Anet tersenyum sembari membawa koper besar itu pulang. Ia mencari taksi menuju bandara paris. Dan bersiap meluncur kembali ke new city.
                Anet senang bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia rindu wajah Alwi. Sosok yang hingga kini masih ia cintai. Empat tahun lamanya mereka berpisah, mereka kini akan dipertemukan kembali. Aku rindu kamu wi. canda tawamu, perhatianmu....begitu mengenang dan tak terlupakan. Gumam Anet.











Raihan Accurate Tactics
MEGA METROPOLITAN, PUKUL 07.30.
                Suasana masih mencekam. Asap tebal hitam masih berterbangan di angkasa kota. Pagi itu terasa panas. Tak dijumpai embun di sana. Hanya sisa-sisa kebakaran yang hempir menghanguskan seluruh kota pusat.  Orang-orang menjalankan apa yang Faris minta, mereka bersikap selolah-olah takut. Banyak dari mereka yang memilih untuk tidak keluar rumah. Namun ada juga yang tetap           Suasana masih mencekam. Asap tebal hitam masih berterbangan di angkasa kota. Pagi itu terasa panas. Tak dijumpai embun di sana. Hanya sisa-sisa kebakaran yang hempir menghanguskan seluruh kota pusat.  Orang-orang menjalankan apa yang Faris minta, mereka bersikap selolah-olah takut. Banyak dari mereka yang memilih untuk tidak keluar rumah. Namun ada juga yang tetap beraktivitas seperti biasa.
                Raihan menatap penuh kasih pada Asya. Ia melihat gadis itu tengah terbaring di kamarnya, lemah tak berdaya. Raihan merasa bersalah atas apa yang menimpa Asya. Seharusnya gue nggak ngelibatin loe sya. Sesal hati Raihan. Raihan  menghampiri Asya. Dipegangnya dahi Asya sembari berucap.
“beristirahatlah sayang......”. suara Raihan begitu pelan. Ya, sangat pelan. Hingga nyaris tak terdengar. Raihan merapikan selimut Asya. Lalu pergi turun menemui kakaknya.
                Ia dapati Faris tengah sibuk dengan laptop bertenaga surya miliknya. Faris mengolah-olah kemungkinan yang terjadi dengan laptop itu. ia mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan  yang bisa saja terjadi.
“kenapa hanya menggunakan laptop kak?’. Tanya Raihan dari belakang.
“jika datang langsung terlalu berbahaya”. Ujarnya.
“siapa juga yang suruh datang langsung”. Raihan mendekat.
“lalu rencanamu apa?”. Faris heran.
“kita kirim mobil remote”. Raihan memecah keheningan. Faris tertawa terbahak-bahak.
“ini bukan permainan han....ini menyangkut nyawa”. Ujar Faris.
terperangah mendengar pernyataan Raihan.
“kalau nggak mau ya sudah”. Raihan berlalu pergi darinya.
“eh...tunggu....”. Faris mengikuti dari belakang.
“ikuti gue”. Raihan mengajak Faris ke garasi pribadinya.
                Raihan membuka pintu garasi. Faris terkejud melihat mobil ferari merah di garasi Raihan. namun Raihan menuju sisi lain dari garasi itu. ia menyingkapkan sebuah tirai putih. Dengan kepala matanya sendiri, Faris menyaksikan sebuah mobil yan belum pernah ia jumpai. Sebuah mobil remote besar.
“ini, dengan ini kita bisa memantau keadaan gunung itu”. ujar Raihan. Faris memeriksa mobil itu. persis seperti mobil asli. Gumam Faris.
“lalu alat pengendalinya di mana?”. Tanya Faris.
“kita bisa gunakan laptop surya itu”. ujar Raihan dingin.
“baiklah mari kita mulai”. Faris bersemangat.
                Mereka merancang jalur menggunakan mobil itu. Faris memasang camera kecil di bagian depan mobil itu, dan memberinya chip potition. Chip untuk mengetahui lokasi benda. Raihan mengganti kaca depan mobil itu dengan kaca hitam, agar tidak di ketahui komponen dalam mobil itu dengan mudah. Faris menanamkan memori kecil yang dapat menyimpan video selama dua kali dua puluh empat jam. Faris juga menanam sistem safety data. Program keamanan data.
                Faris menyiapkan semuanya di laptop, radar, pelacak lokasi, penampil video selama perjalanan, sensor bahaya. Dan juga camera pengawas yang nantinya akan Faris letakkan di beberapa tempat. Mobil itu telah siap.

it’s show time.

                Dua laptop surya mereka gunakan sekaligus, satu laptop untuk kendali mobil, satu laptop untuk statistik mobil dan pengawasannya. Raihan bertugas mengeudikan mobil. Faris mengawasi.
                Raihan menjalankan mobil itu perlahan keluar dari perkarangan, camera di depan mobil berfungsi sebagai pengelihatan Raihan. camera itu menunjukkan jalan yan kan di tempuh Raihan. perlahan Raihan memacu mobilnya sedikit demi sedikit. Mobil itu bergerak menuju gunung death mountain. Faris mengawasi dengan sangat hati-hati, setiap kilometer yang Raihan tempuh, Faris selalu mengganti radar. Ini bertujuan agar tidak terlacak perangkat musuh yang jauh lebih canggih.
                Baiklah, ini saatnya. Gumam Raihan. Raihan memacu mobil itu hingga angka seratus dua puluh dan masih meningkat. Faris semakin cepat memindah radar setiap kilometernya. Keduanya bekerja sama. Beberapa ratus meter lagi, mobil itu tiba di kaki gunung. Raihan mengurangi kecepatan.
“jangan kurangi kecepatan terlalu banyak.....”. ujar Faris. Raihan mengurangi kecepatan sedikit demi sedikit.
“sekarang gunakan trik menyetirmu”. Pinta Faris. Raihan menurut. Dia menggunakan drift di berbagai tikungan tajam. Tiba-tiba alarm mobil berbunyi.
“bahaya...bahaya....”. Faris memberi peringatan.
“gue tahu itu”. Raihan berupaya mengkondisikan mobilnya yang tiba oleng tak terkendali.
“zona apa ini?”. Raihan bingung. Faris segera melacak daerah sekitar dengan perlatan seadanya.
“tidak terdeteksi...”. Faris heran. Ia menjatuhkan satu kamera di zona itu.
“sudah han....tambah kecepatan...”. Perintah Faris.
“nggak bisa.....terlalu berat....entah apa..seperti ada medan magnet di sekitar sini”. Ujar Raihan. firasat Raihan terbukti saar kamera ia melihat sebuah mobil yang sudah hancur menempel di dinding lereng.
“iya....ini memang zona magnet”. Faris mendapatkan informasi.
“lalu kita harus apa”. Raihan panik. Mobil remot itu semakin melambat dan terseret ke dnding lembah.
“cepatlah.....kita tak punya banyak waktu....”. Raihan kebingungan.
“tambah saja kecepatannya, gunakan gas nitrogen dua puluh persen”. Saran Faris. Raihan menurut. Ia menggunakan dua puluh persen gas nitrogen. Kecepatan mobil itu perlahan meningkat dan semakin menjahui lereng gunung. Suara mobil itu menderu-deru. Mencoba melawan Zona magnet.
                Keadaan di gunung itu sudah berubah total. Empat tahun lalu pernah ada seorang pelarian yang bersembunyi di gununng itu. pelarian itu bekas teroris terhebat di kota mega. Mungkinkah dia orangnya?
                Raihan melanjutkan perjalanan menyusuri jalan gunung itu. perlahan tapi pasti ia merangkak ke puncak gunung. Mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi. Tak berselang lama. Suara ledakan muncul dari depan mobil itu. sebuah jebakan menantinya.
“gawat ada jebakan”. Raihan tak tahu apa yang harus ia lakukan.
“terus saja....jika ada tempat bersembunyi, bersembunyilah”. Faris menyarankan. Camera depan mobil Raihan menampilkan api besar dihadapannya. Api itu menyambar-nyambar setiap benda yang lewat di hadapannya.
“bagaimana kita bisa melewati ini?”. tanya Raihan. Faris mencari alternatif lain. Ia memindai daerah itu.
“kamu lihat pepohonan di sana?”. Tanya faris.
“iya”.
“bersembunyilah di sana”. Raihan mengendalikan mobil itu ke pepohonan yang rindang. Pohon ini aneh sekali... gumam Raihan melihat pohon yang berjajar di layar laptopnya itu.
“pohon apa itu?”. Faris bertanya.
“gue nggak bisa mastiin”. Ujar Raihan.
                Mobil Raihan berhenti disana. Ia istrirahat sejenak. Tak ada tanda-tanda mencurigakan dari pohon itu. tiba-tiba muncullah seorang pria jangkung berpakaian acak-acakan  di layar laptop itu. ia menghadap kamera Raihan dan memberi isyarat ingin bicara. Faris menyalakan video call. Muncul gambar Raihan dari dalam mobil.
“siapapun kau tolong aku...”. ujar laki-laki jangkung itu. kira-kira umurnya sekitar dua puluh lima tahunan.
“siapa kamu?”. Tanya Raihan.
“aku mantan teroris kota metro yang melarikan diri ke gunung ini..tolonglah aku, aku tahu seluk beluk gunung ini. ini sudah bukkan gunung lagi melainkan sebuah markas rahasia masta community”. Papar laki-laki jangkung itu. Raihan tercengang mendengar pernyataan itu.  Faris mendekat.
“apa kami bisa pegang janjimu?”. Tanya Faris mencari kepastian.
“pasti..pasti..percayalah aku suda berubah. Beri aku kesempatan. Jika aku berbohong maka bunuhlah aku”. Laki-laki itu menjadikan nyawanya sebagai taruhan.
“baiklah, tapi kami tidak bisa membawamu sekarang. Mobil ini hanya sebuah mobil remote besar. Tunggulah teman kami menjemputmu”. Ujar Faris. “ambilah chip potition ini”. Faris memberikan chip itu melalui kap depan mobil.  “bawa alat itu, agar kami bisa melacak lokasimu”. Ujar Faris. Laki-laki itu mengangguk.
“aku permisi..berhati-hatilah”. Laki-laki jangkung itu bersembunyi di pepohonan. Raihan melanjutkan perjalanan.
                Mobil itu berjalan kembali di jalan pegunungan. Sejauh ini tak ada apa-apa. Raihan curiga itu jebakan. Ia terus menjalankan mobilnya perlahan.
“puatr balik mobilmu, kita terdeteksi musuh”. Ujar Raihan.
“baik”. Raihan memutar balik mobilnya. Dengan cepat ia memacu mobilnya, jarum kecepatan menunjukkan angka seratus tiga puluh dan terus meningkat.
“aktifkan mode safety data”. Pinta Faris pada Raihan. Raihan mengaktifkan mode itu. mobilnya menuruni bukit semankin cepat. Rocket peluncuran keamanan data muncul dari atas kap mobil itu.
“kita ter-lock”. Ujar Faris.
Sebuah peluru kendali mengikuti mobil Raihan dengan cepat. Raihan mengurangi kecepatan.
“jangan main-main han...”. protes Faris. Raihan tersenyum, mendadak ia menambah kecepatan sehingga mengecoh peluru kendali itu.
“biarkan aku bermain”. Ujar Raihan dingin. Kamu semakin pandai ya han.... gumam Faris tersenyum.
“baiklah...”. Faris membiarkan adiknya meladeni peluru demi peluru kendali.  Ini bukanlah hal yang sulit...siapa loe dibalik semua ini, akan gue ungkap. Gumam Raihan.
“han awas....”. sebuah peluru tepat berada beberapa meter di belakangnya mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Raihan berusaha mengecoh. Tapi gagal. Apa, ini bukan peluru kendali biasa. Gumam Raihan. “blumm”. Mobil Raihan meledak. Satu detik sebeum ledakan itu, rocket yang sedari tadi telah meluncur bebas.
“sial...gue gagal”. Sesal Raihan.
“tak apa...yang penting kita dapat datanya”. Ujar faris.
                Raihan menghela nafas. dia lelah. Dia ingin istirahat. Raihan berjalan menaiki tangga. Ia menuju kamarnya. Menemui asya yang terbaring lemah tak berdaya.
                Asya terbangun dari tidurnya. Matanya menerawang ke setiap sudut kamar Raihan. Asya merasa lemas. Sekujur tubuhnya terasa panas. Ia terlalu lemah untuk berjalan.
“raihan.....”. panggil Asya. “raihan...”. Asya mengulanginya ke kedua kali. Raihan mendengar suara itu. begitu lemah. Nyaris tak terdengar.
“iya sya...aku di sini”. Raihan memegangi tangan Asya.
“jangan tinggalin aku han....”. ujar Asya lemah.
“aku akan di sini sayang...”. Raihan mengelus lembut rambut Asya. Asya tersenyum.
“kau baik han....”. Asya memaksakan dirinya tersenyum.
“istirahatlah sya...aku akan menjagamu”. Raihan menyeka keringat Asya.
                Kamu udah berubah han...perhatanmu mulai tercurahkan  untukku....terima kasih tuhan.. Asya bergumam. Matanya sayuu menatap Raihan.
“sya...jika aku tak kembali...aku ingin kau jaga kehormatanmu..jangan biarkan orang lain mendekatimu. Karena dirimu hanya untukku sya...aku sayang kamu”. Raihan mengelus pipi Asya.
“iya han...tapi kembalilah untukku, karena tak ada yang mampu menggantikanmu....”. ucap Asya pelan.
“iya sya...aku berjanji...”. Raihan mencium tangan Asya.
“istirahatlah sya......”.
“iya han..”.
                Raihan melepaskan tangan Asya dan mebiarkanya istirahat. Faris masih terus berusaha melacak dan mengumpulkan data. Aku harus segera menmukan cara untuk memanipulasi sistem keamanan gunung itu, tapi sebelum anet tiba aku tak akhu bagaimana caranya.kapan kiranya kau datang an...kami membutuhkanmu di sini. Gumam Faris.


***********


NEW CITY, PUKUL 08.30.
                pertemuan Raka dan flash  digelar. Rekan-rekan Raka banyak yang datang. Raka membuka pertemuan itu.
“baiklah kawan...lawan kita kali ini adalah seorang teroris ulung dengan anak buahnya. Aku tak dapat memastikan berapa?”. Raihan membuka pertemuan.
“semalam mereka membumi hanguskan kota mega..kita diminta Faris untuk membantu di sana”. Ujar Raka.
“ada yang keberatan?” Raka melemparkan pertanyaan.
“ya..kalo faris yang minta sih kami sama sekali nggak keberatan.tapi kita bantu apa?kita hanya pembalap resmi jalanan”. Ujar Yuga.
“terserah apa kata faris. Yang penting kita datang ke sana malam ini”. ujar Raka.
“baiklah...”.
“kita bertemu di bandara jam tujuh malam”. Tambah Raka.
“kenapa di bandara?”. Protes yuga.
“anet datang malam ini. Alwi meminta kita menjemput dia”. Terang Raka.
“anet teman Alwi yang  cantik itu kan...yang pandai merancang taktik?”. Tanya Yuga.
“betul...”.
“baiklah kita sepakat....ayo teman-teman,,,bubar”.
                Mereka membubarkan diri. Alwi terbangun dari tidurnya.ia mendapati Zaskia tergeletak lemah di kasur. Seharusnya aku tak melibatkanmu Zas. Gumam Alwi. Tapi itu semua terlambat. Zaskia terlanjur terjun dalam kejadian itu.
                Alwi mendekati jendela. Diingkapkannya tirai jendela itu. ia menatap langit yang hitam. Bahkan langit pun menghitam akibat ledakan semalam. Sebenarnya siapa dia?sehebat itukah kemampuannya, mungkinkah raihan bisa mengungkap siapa dalang dibalik semua ini...semoga usahaku tak sia-sia....gumam Alwi. Dari negeri yang jauh di sana sedang terbang seorang malaikat penyelamat, dia itu kau anet, ya hanya dirimu yang mampu menandingi siasat licik teroris itu. kami mengharapkanmu segera datang. Walau dalam hati kecilku aku juga rindu padamu, aku terlanjur memliki Zaskia. Aku juga mencintainya. Sungguh pilihan yang sulit bagiku...ma’afkan aku an....usahamu bersamaku mengambil kembali Zaskia dari tangan doni dan jodi takkan pernah aku lupakan, jasamu sangat berharga bagiku. Pesan terakhirmu itu sangat menyiksa batinku. Kau menuturkan sesuatu yang lama kau pendam. Sebuah rasa yang kau pendam sejak pertama kali bertemu denganku. Kini kau akan kembali. Masihka kau mencintaiku?. Jika iya, bagaimana aku harus menyikapimu?. Mana yang harus aku pilih Zaskia atau kamu an.....kalian berdua sangatt berharga bagiku. Aku tak mau melukai perasaan kalian berdua. Di sini, di lubuk hati yang paling dalam aku mencintai kalian berdua. Alwi menatap kosong ke arah langit.
                Zaskia mengahmpirinya. Ia mendekati Alwi. Zaskia merasa ada yang berbeda dalam diri Alwi, ia tak tahu pasti apa itu.
“sudah bangun wi?”. tanya lembut Zaskia. Alwi kaget, ia menoleh.
“sudah....”. jawab Alwi tak bersemangat.
“kenapa kamu kelihatan lesu wi?kamu kelelahan ya?”. Tanya Zaskia.
“nggak Cuma...”. Alwi memotong kalimatnya.
“Cuma apa wi?”. Zaskia penasaran. Alwi tak tega menyatakan yang sebenarnya. Alwi pergi menghindar.
“wi....”. panggil Zaskia, Alwi tak menghiraukan. Apa yang salah dengan ucapanku. Kenapa kau kelihatanbegitu berbeda hari ini, apa mungkin ini karena kedatangan Anet?apa kamu mencintainya wi?. Zaskia membiarkan Alwi pergi. Menghilang di balik pintu. Jika iya, maka aku rela membagi cinta dengannya.gumam Zaskia.
                Alwi merasa tak enak pada Zaskia. Tapi mau bagaimana lagi. Ia harus melawan perasaanya sendiri demi Zaskia. Ma’afin aku Zas... gumam Alwi. Zaskia turun menghampiri Alwi. Dia mencoba mendekat.
“wi....”. suara lembut itu menggetarkan hati Alwi.
“iya, ada apa?”. Alwi memberi respon.
“katakan yang sejujurnya wi, apa yang kau pendam saat ini?kataknlah”. pinta Zaskia.
“bukan apa-apa Zas, aku hanya takut kehilangan dirimu untuk yang kedua kalinya”. Alwi berjalan mendekati Zaskia, memeluknya.
“ma’afin aku Zas”. Ujar Alwi.
“iya wi....” Zaskia mengelus punggung Alwi. Raka tersenyum melihat keduanya.
“disaat genting seperti ini kakian masih romantis saja ya?”. Raka bergurau.
“inilah cinta....”. sahut Alwi. Tawa Raka pecah, disusul Alwi.
                Hari semakin siang. Mereka tak sabar menunggu kedatangan Anet. Mereka bertiga menganggur. Tak melakukan apa-apa. Raka masih terus mencari info yang bisa ia dapat dari internet. Alwi kembali merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Zaskia dengan sabar memijat lembut pundak Alwi.
“enak banget loe wi...iri gue...”. ujar Raka.
“udahlah....dari pada nganggur mendingan loe cari koneksi dengan kak Faris”. Ujar Alwi.
“kayak raja aja loe wi....perintah-perintah seenaknya”. Ujaar Raka.
“sudahlah..aku masih capek. semalam nggak bisa tidur”. Bela Alwi. Zaskia tersenyum melihat sifat kekanak-kanakan Alwi muncul kembali. Masih saja seperti dulu kamu wi. gumam Zaskia.
“yang kanan sayang”. Alwi memamerkan kemesrannya.
yang kanan sayang, enak banget loe”. Nada Raka sedikit mencela.
“hahaha”. Alwi tertawa. Zaskia tersenyum.
“awas loe, gue kasih tau kekasih gue, ngiler loe”. Raka geram. Ia kembali menghadap komputer. Dia membiarkan Alwi bersenang-senang dengan Zaskia terlebih dahulu karena ia tahu Alwi akan menjalankan tugas yang berat malam ini.
“makasih raka...gue udah punya...”. senyum Alwi sembari melirik Zaskia.


*************

               
BANDARA NEW CITY, 19.00.
                Tepat sesuai rencana, jam tujuh malam flash berkumpul di bandara. Mereka menanti kedatangan Anet. Semua mata tertuju pada sebuah pintu keluar bertuliskan “kedatangan luar negeri”. Mereka semua rindu dengan pembuat taktik terbaik yang pernah mereka miliki dan seorang yang cantik, tentunya. Tak hanya seorang pembuat taktik, bagi mereka Anet telah mereka anggap sebagai adik sendiri. Banyak diantara mereka yang menyanyangi Anet layaknya seorang kakak kandung. Kepandaian Anet tidak hanya dalam urusan strategi tapi dia juga pandai memperkirakan komposisi yang pas dalam balapan. Sehingga keselamatan mereka terjamin.
                Tak berselang lama, muncullah sosok gadis muda berperawakan tinggi, berambut panjang dengan kaca mata diwajahnya. Gadis itu menebar senyum pada flash. Tak lain gadis itu adalah Anet.
“wellcome back anet....”. Zaskia menyambut ramah.
“hey Zas....lama tak berjumpa”. Anet memeluk Zaskia. Tak nampak dari keduanya kalau mereka bekas kompetator pemilik Alwi di masa SMA dahulu. Alwi tersenyum.
“kalian serasi sekali...”. ujar Anet. Alwi tersenyum. Aku tahu dalam hatimu kau menyimpan perasaan cinta pada Alwi an... gumam Zaskia.
“mari berangkat...”. Anet langsung mengajak ke kota mega.
“kamu nggak isitirahat dulu an?kamu tampak begitu lelah..”. Zaskia menaruh perhatian pada Anet.
“ah sudahlah...aku bisa beristirahat di mobil”. Ujar Anet ”ni aku bawakan alat dan bahan yang kamu minta wi”. sambung Anet. Sekilas Anet memandang wajah Alwi, sekedar untuk melepaskan rindu yang terpendam begitu lama.
“baiklah mari segera berangkat....”. raka mengajak mereka berangkat. Anet masuk mobil Alwi. Mobil yang memberinya kenangan terakhir perjuangannya bersama Alwi kala itu . Dia duduk di belakang bersama Zaskia. Anet juga melihat laptop kesayangan miliknya masih terawat di mobil Alwi. Ia senang Alwi merawatnya dengan baik. Dalam laptop itu berisi semua diari anet dan pesan terakhir Anet pada Alwi juga ada juga aplikasi untuk mobil Alwi yang sudah terpasang di sana.
                Mereka berangkat bersama dengan para flash. Perlahan Alwi memacu mobilnya. Angka menunjukkan sembilan puluh dan masih terus meningkat. Mobil Alwi melaju dengan cepat memimpin para flash dan diikuti Raka tepat di belakngnya. Anet mengambil laptop kesanyangannya itu. Anet segera menyalakan radar laptop itu. dia membuat koneksi dengan kak Faris di kota sebelah. Dia juga mengatur kembali mesin mobil Alwi. Mobil Alwi berlari lebih halus. Suara mesinnya mulai berirama, teratur. Zaskia diam mengamati Anet. Anet juga membuka akses satelit. Dia mencari letak Faris sekarang berada. Dalam beberapa menit dia telah terhubung dengan Faris.
“hay kak...”. sapa Anet ramah.
“kamu sudah datang an?”. Tanya Faris.
“iya, ini sedang menuju ke lokasi kakak”. Anet melacak keberadaan Faris di saat melakukan video call dengannya.
“baik...eh..tunggu. suruh flash jangan melalui gunung itu. terlalu berbahaya. Perintahkan mereka untuk melalui jalur utara gunung”. Terang Faris.
“baik kak”. Anet menyuruh Alwi memberhentikan mobilnya. Ia keluar dari mobil. Alwi heran dengan yang dilakukan Anet. Anet meminta Raka untuk memimpin flash menuju kota mega melalui jalan utara. Raka mengerti. Dia memberi aba-aba flash untuk mengikutinya. Anet kembali masuk mobil.
“jalan....”. pinta Anet. Alwi kembalii memacu mobilnya menuju gunung.
“kak faris menyuruhku untuk memberi tahu Flash agar melalui jalan utara....kita punya tugas menjemput seorang laki-laki jangkung di kaki gunung itu”. papar Anet. Alwi mengerti.
“berapa lama lagi kita sampai di kaki gunung itu?”. Anet menunjuk gunung tinggi yang menyeramkan.
“satu menit”. Ujar Alwi.
“satu menit?”. Anet dan Zaskia heran. Alwi memacu mobilnya hingga angka seratus enampuluh.
“pelan-pelan wi....”. Anet mengingatkan.
“kita harus berhati-hati di sekitar pegunungan itu, ada sekitar dua belas pusat senja di gunung itu”. papar Anet.
“dari mana kau tahu?”. Tanya Alwi heran.
“dari hasil terakhir satelit”. Ujar Anet.
“baiklah awasi setiap kilometer kita”. Ujar Alwi.
“iya”. Anet mengakses jaringan satelit melacak keberadaan orang yang Faris maksud. Anet menemukan orang itu tak bergerak. Dalam radar satelit, keadaan orang itu tak bergerak sama sekali. Apakah dia mati. Gumam Anet. Dia memperjelas gambar dengan sensor panas satelit. Dia mendapati warna orange berbentuk tubuh manusia. Tanda masih ada kehidupan. Tapi kenapa orang itu sama sekali tak bergerak?. Anet heran.
                Mobil Alwi memasuki lereng gunung. Dia berhati-hati, jaga-jaga kalau ada jebakan. Alwi memacu mobilnya dengan cepat. Ia ingin cepat-cepat sampai di sisi lain gunung. Radar menunjukkan bahwa target semakin dekat. Lalu muncullah seorang laki-laki dari semak-semak. Alwi memberi isyarat pada orang itu untuk segera masuk. Orang itu pun masuk. Alwi memacu mobilnya secepat yang ia bisa. Orang itu berterima kasih pada Alwi.
“bahaya,,,,,”. Anet berteriak histeris.
“kita terlock peluru kendali wi....”. sambung Anet.
“tenanglah...”. Alwi menenangkan Anet. Zaskia diam ketakutan. Anet memeluk Zaskia.
                Sebuah rocket mengejar mobil Alwi. Alwi melakukan drift. Rocket itu terkecoh dan menghantam dinding gunung. Alwi tersenyum. Tiba-tiba.
“thar......”. kaca belakang Alwi pecah tertembus sebuah peluru. Peluru itu menancap di bagian control utama. Alwi hendak menyentuhnya.
“jangan disentuh.....”. Anet melarang.
“kenapa?”. Tanya Alwi.
“sudah lanjutkan saja.bawa kita ke zona aman..”. Anet panik.
“iya..”. Alwi memacu mobilnya hingga angka seratus tujuh puluh. “.
Dalam beberapa menit tibalah mereka di kediaman Raihan. kedatangan mereka disambut hangat oleh Faris.


















The Great Strategy

MEGA METROPOLITAN, 22.00.
                Kedatangan Anet disambut hangat oleh Faris dan mega runner. Mereka segera menyusun rencana hendak mengalahkan sii joker, sebutan bagi si teroris. Anet segera meminadai seluruh area mega metropolitan. Dia dapati banyak titik bom di kota itu. Anet memancarkan gelombang inframerah, dia melihat ada banyak camera tersembunyi mengintai mereka. Anet memindai gunung itu, dia terperangah. Betapa terkejut hatinya saat mendapati gunung itu telah berubah menjadi sebuah benteng markas. Markas yang dijaga ketat.
“gunung itu telah dialih fungsikan jacob sebagai benteng”. Tutur laki-laki jangkung itu.
“siapa jacob?”. Tanya Raihan.
“dia adalah pemilik masta corporation, perusahaan yang menjual berbagai macam alat terorisme”. Paparnya.
“lalu apa yang harus kita lakukan?”. Tanya Raka.
“begini...”. Anet memotong kalimatnya. Semua orang mendengarkannya.
“kita bagi tim kita menjadi dua regu. Satu regu untuk mengambil dan memanipulasi bom yang tersebar di seluruh kota, dan satu tim lagi untuk penyergapan di gunung itu” terang Anet.
“rencana yang bagus”. Ujar faris.
“untuk regu penyergap aku merekomendasikan para pembalap yang lincah. Silahkan kak Faris tunjuk yang menurut kakak mampu”. Anet memberi kuasa Faris.
“baiklah untuk tim penyergap. Alwi Raihan Raka joe dan aku sendiri. Serta Anet sebagai navigator. Yang lain, kalian bertugas menjinakkan bom yang tersebar di berbagai penjuru kota”. Terang Faris.
“blooom......”. tiba-tiba terdengar suara ledakan. Satu bom telah di ledakkan.
“dia sudah mulai”. Ujar Alwi.
“kita harus segera bertindak”. Ujar Anet.
“baiklah kita berangkat sekarang”. Ajak faris.
“tapi sebelumnya, untuk kelima mobil yang akan menyergap ada baiknya jika kalian menggunakan ini.”. anet menyodorkan sebuah koper besar. Berisi lima tabung gas nitrogen, chip penghilang jejak. Chip anti magnetik. Chip penolak peluru. Dan sebuah chip tanam untuk menciptakan perisai elektromagnetik di sekitar mobil.
“pasang semua ini pada mobil kalian”. Ujar Anet.
Mereka segera memasang chip chip itu. dalam beberapa saat mereka telah kembali.
“kami siap”.
Mereka berangkat ke gunuung itu bersama-sama. Di pimpin oleh faris di barisan terdepan. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi.
                Zaskia dan Asya tetap tinggal di rumah Raihan. Alwi melarang mereka ikut.
“kalian harus tetap disini”. Alwi mencoba lembut.
“tapi aku khawatir wi...aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu”. Zaskia menangis.
“percayalah. Aku akan kembali untukmu”.
Zaskia mengangguk.
                Alwi mengejar ketertinggalannya dari belakang.  Anet mengaktifkan radar kelima mobil itu. ia melihatnya dengan jelas. Kelima mobil itu mendekat ke gunung. Mencoba sebisa mungkin untuk menghindari perangkap. Tiba-tiba mereka dihadang oleh sebuah mobil mustang hitam. Mobil itu mengaung-ngaung. Mereka tahu itu adalah mobil si joker.
“bukankah itu mobil joker”. Tanya Raihan
“iya, tapi kenapa ia muncul begitu cepat”. Faris curiga.

Bersambung ke
“THE FLASH OF LITTLE STAR 2”

Buku seri pertama ini ditulis di:
Tembok rejo, jember.
Senin, 29 juli 2013
Alhamdulillah selesai ditulis di
Tembok rejo,jember.
Sabtu, 03 agustus 2013.

Biografi penulis
Nama M. Fajaruddin Shiroth, lahir di Trenggalek 21 Maret 1997, menempuh pendidikan di MI MWB Hidayatut thullab dan SMP serta Madrasah Aliyah  di Anwarul Haromain. Serta menempuh pelajaran kitab kuning langsung dari pengasuh pesantren Al Anwar Trenggalek. Dia aktif di organisasai ALC (Al Anwar language community) sebagai pembimbing belajar adik-adik kelasnya. Selain itu dia di percaya Abahnya untuk mewakili para santri berpedapat. Dia juga terlibat dalam forum musyawarah pondok (2012).
Selain itu ia aktif di organisasi lain seperti Osis (2012), Pramuka(2009), berkat ketekunan dan keuletannya dalam menggali prestasinya ia pernah menjuarai lomba pidato tingkat madrasah Ibtidaiyah ia mendapat juara 3 (2005), selain itu prestasinya tak terlepas dari juara 1 sampai 3.prestasi non akademik menjuarai Volly se kecamatan Durenan (2008).   Belakangan ini dia ikut olimpiade bahasa inggris se-karesidenan kediri (2013). Karyanya the bad boy, yang di perankan oleh temannya, irfan arfa’i berhasil memenangkan lomba story telling di pondok ANWARUL HAROMAIN (2013). Karya-karya drama bahasa inggrisnya selama SMP kelas satu dan dua menduduki peringkat teratas kelas drama bersama grupnya (2009-2010).
Diselasela kesibukannya menuntut ilmu ia masih meluangkan waktu untuk menulis novel dalam upaya menyalurkan bakat kreatifnya yang sampai sekarang masih tetap di asahnya agar kreatifitas yang ia miliki mampu setajam pisau. Novel perdananya adalah STAR NIGHT (Sabda Media 2013). Kini ia tinggal di alamat RT 11 RW 03 Jethak Baruharjo Durenan Trenggalek jawa timur. Untuk korespondensi agar dapat tegur sapa dapat melalui Email:
fajarudinsiroth@yahoo.com,  fajar.assmawy@gmail.com
Share on Google Plus

About Wawasan kita

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Comments
0 Comments
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment

Chat Room

Kamu bisa chat bareng Admin di sini dengan Messenger,
Terima kasih.

Chat on Messenger