Refleksi Kemerdekaan, PMII Rayon Jaka Tingkir Komisariat Ngalah adakan diskusi "Membuka Tabir Nasionalisme dan Multikulturaliame di Indonesia"


Tepat pada tanggal 23 Agustus 2017, bertepat di Hall Meeting Universitas Yudharta Pasuruan. Pmii Rayon Jaka Tingkir Komisariat Ngalah mencoba membongkar dan membedah terhadap doktrin-doktrin nasionalisme dan multikultural di indonesia, acara ini dalam rangka merefleksi kembali kemerdekaan Indonesia yang ke 72 ini, dengan nara sumber Sahabat Anang selaku dosen Pascasarjana Universitas Yudharta njuga sebagai senior pmii komisariat ngalah. Acara siang hari ini diawali dengan menyayikan lagu kebangsaan dan mars PMII serta  sambutan dari Sahabat Imam Tantowi selaku ketua PMII Komisariat Ngalah dan juga Mukhamad Siha Budin ketua rayon jaka tingkir dan Misbahul Munir sebagai ketua panitia.

Bangsa yang katanya merdeka ini ternyata masih perlu  kajian-kajian ulang yang harus dilakukan oleh para kaum pergerakan demi terwujudnya kemerdekaan secara deklarasi dan kemerdekaan yang sejati. Acara ini juga dimeriahkan oleh delegasi dari lembaga lembaga yang ada di bawah yayasan Darut Taqwa, seperti MADATA, SMADATA, dan SMKDATA. Yang tidak lain bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme para pemuda indonesia, khususnya lingkup yayasan Darut Taqwa, tidak hanya dalam kalangan mahasiswa, para pelajar SLTA pun berhak dan wajib untuk mengerti sejatinya indonesia milik siapa,??  milik mereka yang katanya berjihad atas nama agama atau milik bhinneka tunggal ika. " lndonesia sudah dihegemoni oleh isu-isu SARA yang mengatas namakan agama, mahasiswa dan para kaum pelajar selayaknya tidak mudah terpengaruh oleh hal2 yang masih tabu dan sebaiknya lebih pada memunculkan nilai-nilai persatuan bangsa lndonesia"  salah satu isi sambutan oleh sahabat Mukhamad Siha Budin selaku ketua Rayon Jaka Tingkir sebagai simulasi bagi para audiens sebelum pemaparan langsung dari narasumber.

Kajian singkat yang dilakukan pada siang hari ini oleh PMII Rayon Jaka Tingkir Komisariat Ngalah diharapkan dapat memberikan sumbangsih fikiran kepada pemuda-pemudi bangsa indonesia tentang pentingnya sebuah persatuan dan hidup saling berdampingan dalam perbedaan. Bangsa yang dijunjung oleh para pahlawan, bangsa hasil perjuangan dan bangsa yang jaya dalam perbedaan harus tetap dijaga dan dipertahankan. Diskusi siang ini berjalan cukup efektif dengan dibentuknya kelompok oleh narasumber yang mampu memantik emosional para audiens tentang ayat2 yang telah disiapkan, ayat2 yang dijadikan dasar kebenaran antara golongan anti pluralisme, multikultutalisme  dan golongan pluralisme, multikultural.

Sahabat Dr. Anang Sholikhudin, S.PdI., M.PdI selaku narasumber dalam kajian siang hari ini mencoba mempertemukan titik temu atau garis merah kenapa dua golongan diatas saling beradu pendapat dengan kitab yang sama yaitu al-quran nul karim. "bangsa ini masih dijajah dalam hal idiologi dan pemikiran, yang menjajah bangsa indonesia yang dijajah bangsa indonesia ", " tanah ndek mekkah digegem kenek di cul buyar, tanah ndek indonesia digegem lan di cul tetep kenek " cuplikan kecil yang menggambarkan isi dari kajian pada siang hari ini oleh narasumber, yang dimana itu menggambarkan bahwa hukum-hukum keras tidak dapat diterapkan dalam masyarakat indonesia yang luwes dan luwas.  serta Dunia ini mulai gonjang ganjing mula pada abad ke 13 yang dimana banyak munfasir2 al quran yang berbeda beda yang dilihat  dari situasi dan kondisi lingkungan sekitar para munfasir itu sendiri.

"bangsa kita sebagian besar dirong-rong oleh kelompok kita sendiri, yaitu kaum muslim, kelompok kita sendiri yang berusaha meruntuhkan NKRI, lalu bagaimana tanggapan kita sebagai salah satu bagian dari kelompok itu sendiri ?? ", salah satu pertanyaan yang muncul dari salah satu audiens kepada nara sumber, yang dimana menjadi bukti hidupnya kajian pada siang hari ini dan pemantik berhasil dalam menggugah pemikiran-pemikiran para audiens. Singkat saja, dari pertanyaan yang diajukan narasumber memaparkan bahwa "setiap agama punya golongan yang moderat dan ortodok, sedangkan islam di indonesia 80%  prosentasenya, dengan mayoritas islam yang ada diindonesia yang begotu banyak dijadikan objek propaganda bangsa lain"

Dapat ditarik kesimpulan dalam kajian siang hari ini, bahwa apapun landasan kita, siapapun munfasir yang dijadikan Marojek kita , landasan urgennya adalah KITA TETAP CINTA TANAH AIR INDONESIA, pemikiran-pemikiran yang tidak dapat sesuai dengan kultur budaya indonesia tidak dapat diterapkan dalam masyarakat indonesia, karena kultur budaya mempengaruhi produk hukum suatu bangsa itu sendiri. " dengan acara diskusi kali ini, saya lebih mampu untuk memahami rana sosial iti seperti apa, perbedaan harus disikapi bagaimana dan cinta tanah air tidak harus sama dengan cinta pada agama " itulah tuturan dari saudara Sofi, salah satu delegasi dari lembaga SMKDATA.

#SALAM_PERGERAKAN
#NKRIhargamati
#PmiiKomisariatNgalah
By : Lihun Badry

Lihat
https://youtu.be/Lj8HPY6Noyshttps://youtu.be/Lj8HPY6Noys
Share on Google Plus

About Wawasan kita

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Comments
0 Comments
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment

Chat Room

Kamu bisa chat bareng Admin di sini dengan Messenger,
Terima kasih.

Chat on Messenger